Pengalaman Saya Naik Ojol Motor Listrik: Senyap, tapi Bikin Badan Pegal-pegal

Pengalaman Saya Naik Ojol Motor Listrik: Senyap, tapi Bikin Badan Pegal-pegal

Pengalaman Saya Naik Ojol Motor Listrik: Senyap, tapi Bikin Badan Pegal-pegal (unsplash.com)

Beberapa waktu lalu, saya pergi ke perayaan ulang tahun salah satu media massa terkenal. Perjalanan saya mulai dengan memesan ojek online (ojol) untuk mengantarkan saya ke halte Transjakarta terdekat. Awalnya saya mengira kalau ojol yang saya pesan akan datang dengan motor pada umumnya: motor konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun ketika saya cermati pergerakan ojol di peta aplikasi, terdapat simbol kilat. Saya menduga bahwa ojol yang datang menjemput saya menggunakan motor listrik, dan itu benar.

Sebuah motor listrik berwarna hitam doff bersama pengendaranya datang menghampiri saya. Kebetulan itu adalah pertama kalinya saya menjajal naik motor listrik. Setelah memastikan bahwa ojol motor listrik tersebut pesanan saya, perjalanan pun dimulai. Saya merasakan sensasi berbeda ketika naik ojol yang menggunakan motor listrik.

Sisi terang ojol motor listrik

Saya menilai terdapat sisi terang dan sisi gelap dari ojol motor listrik. Mari kita bicarakan sisi terangnya terlebih dahulu.

Sisi terang dari ojol motor listrik adalah kendaraan satu ini begitu senyap, nggak berisik, dan sangat halus. Ini memang keunggulan dari motor listrik yang pernah saya dengar dan kini saya mengamininya. Tak ada sura mesin dan suara knalpot yang keras, semuanya hampir diam. Suara yang ada hanya berasal dari dinamo listrik ketika mas-mas ojol itu meningkatkan kecepatannya. Soal kecepatan pun tampaknya motor listrik bisa diadu dengan motor konvensional.

Saking minimnya suara, saya nggak menyadari kalau kecepatan motor listrik yang saya tumpangi sudah menyentuh angka 60 km/jam, setara dengan rata-rata kecepatan motor konvensional lain di jalan raya Jakarta yang padat (kisaran 40-60 km/jam). Sungguh pengalaman yang unik ketika saya naik motor listrik.

Sisi gelapnya: bikin badan pegal-pegal!

Meski senyap, ojol motor listrik ini punya sisi gelap, yakni bikin punggung saya pegal. Dari awal hingga tengah perjalanan, saya merasa nyaman duduk di jok belakang motor listrik yang cukup lebar. Namun ketika mendekati lokasi tujuan, saya mulai merasa pegal di bagian punggung sampai pinggang. Saat turun dari motor, mas ojol meminta maaf jika selama perjalanan terasa kurang nyaman.

Motor listrik yang saya naiki memang nggak memiliki behel belakang sehingga tangan saya nggak bisa memegang apa pun untuk mengistirahatkan punggung. Untungnya, suspensi motor yang empuk menolong saya meminimalisir rasa pegal.

Rasa pegal yang saya alami mengingatkan saya pada keluhan warganet atas motor listrik yang pernah viral sekitar satu dua tahun yang lalu. Mereka mengeluh mengalami pegal di bagian belakang badan kalau naik ojol motor listrik. Selain itu dari segi kecepatan pun beberapa orang mengatakan kalau motor listrik lemot dan bikin mereka telat sampai kantor. Atau dengan kata lain, kendaraan ini memang nggak cocok buat yang lagi terburu-buru.

Dua alasan itulah yang membuat banyak penumpang enggan naik ojol motor listrik. Bahkan terkadang mereka membatalkan pesanan begitu tahu driver yang datang membawa motor listrik.

Cocoknya untuk mengangkut penumpang jarak pendek

Pada akhirnya saya bisa mengatakan kalau motor listrik yang digunakan untuk mengangkut penumpang seperti ojol motor listrik ini memang cocoknya digunakan untuk jarak pendek. Yah, perjalanan di bawah 7 kilometer lah. Kebetulan jarak rumah saya dan tujuan saya kemarin sekitar 4,5 kilometer.

Saya pribadi sebenarnya nggak masalah naik motor listrik karena rasa pegal yang saya rasakan nggak berlangsung lama. Mungkin karena jaraknya cuma 4,5 kilometer juga, yaaa. Tapi soal kenyamanan ini memang bersifat subjektif. Tiap orang bisa saja memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda dengan saya.

Akan tetapi satu hal yang perlu diingat, kendati naik ojol motor listrik bikin pegal ataupun jalannya lambat, saya rasa jangan sampai membatalkan pesanan. Cobalah untuk menahan sedikit rasa pegal itu. Hitung-hitung kita berbagi rezeki ke orang lain.

Kalau kalian gimana? Punya pengalaman naik ojol motor listrik seperti saya? Tulis di kolom komentar, ya!

Penulis: Muhammad Arifuddin Tanjung
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Honda Beat Sebaik-baiknya Motor Ojol, Nyaman bagi Driver dan Penumpang.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version