Pengalaman Jualan di Pasar Kaget Gasibu: Bukannya Untung, tapi Malah Buntung Dipalak Preman Berkali-kali!

Pengalaman Jualan di Pasar Kaget Gasibu: Bukannya Untung, tapi Malah Buntung Dipalak Preman Berkali-kali!

Pengalaman Jualan di Pasar Kaget Gasibu: Bukannya Untung, tapi Malah Buntung Dipalak Preman Berkali-kali!

Pernah dulu ketika lulus SMA, saya mencoba peruntungan untuk berjualan di Pasar Kaget Gasibu yang terletak di seberang Lapangan Gasibu, depan Gedung Telkom hingga Taman Monju Kota Bandung. Dinamai pasar kaget karena memang sistem pasarnya diadakan hanya pada Minggu.

Sebelum berjualan, saya sempat mengobrol dengan beberapa pedagang yang ada di Pasar Kaget Gasibu. Rata-rata penjual merupakan perantau yang mendapatkan untung lumayan dari berdagang. Berbeda dengan pengalaman saya ketika mencoba berjualan di Pasar Kaget Gasibu yang benar-benar membuat saya kaget karena banyaknya jasa preman (jasprem).

Kesalahan saya memang kurangnya persiapan ketika akan berjualan di Pasar Kaget Gasibu yang sudah mulai ada sejak 2000-an. Saya hanya bertanya mengenai pengalaman para penjual meraup rupiah dan mendapatkan keuntungannya saja ketika berjualan. Saya tidak bertanya Tentang pahit getir serta preman di balik itu semua.

Sebelumnya saya sudah tahu sekilas dari warga sekitar kalau ingin berjualan di Gasibu, harus bayar karcis lapak atau uang kebersihan. Saya pikir hal tersebut memang normal sebagaimana terjadi di tempat lain ketika membuka lapak. Jadi saya tidak banyak bertanya mengenai uang lapak, jasprem, pungutan liar, dsb.

Ternyata perkiraan saya yang bakal langsung untung itu salah besar. Nyatanya banyak pungli yang harus saya bayar ketika berjualan di sini. Bukannya untung, malah buntung.

Bayar lapak yang tidak hanya sekali

Baru juga saya menggelar lapak untuk berjualan di Pasar Kaget Gasibu, langsung dibuat kaget dengan tagihan bayar lapak yang tidak hanya sekali. Bayar lapak ini ditagih oleh pengurus setempat untuk biaya kebersihan.

Tak lama datang orang lain yang menagih bayar lapak lagi. Sampai di siang hari ketika pengunjung surut, masih ada lagi orang yang meminta uang kebersihan. Ketika dibilang tadi sudah bayar, petugas yang menagih rewel menjawab bahwa yang sekarang beda lagi.

Daripada protes, lebih baik saya bayar agar menghindari keributan. Lagi pula, niat saya hanya jualan. Cuma itu.

Preman yang bikin jualan di Pasar Kaget Gasibu nggak untung

Preman dari berbagai organisasi yang menebarkan kekerasan memang selalu meresahkan. Terlebih di Pasar Kaget Gasibu ini. Padahal sudah ada pos dan beberapa petugas keamanan. Tapi preman tetap berkeliaran bebas menagih jasa preman kepada para pedagang.

Dibandingkan keuntungan yang didapat dari berjualan, lebih banyak uang yang keluar untuk membayar jasprem. Bayangkan, preman-preman yang menagih jasa mereka yang bahkan kita tidak tahu apa jasanya bagi para pedagang, bisa dilakukan sampai berkali-kali. Bahkan teman saya yang berjualan baju pernah ditagih preman yang dihitung-hitung sampai 40 kali.

Memang sih preman-preman yang menagih jasprem biayanya tidak terlalu besar, hanya dua ribu. Namun jika dilakukan sampai 40 kali uang yang keluar bisa sebanyak 80 ribu. Belum pungli, ini ditambah adanya jasprem yang malah membuat rugi.

Kalian mungkin akan berpikir, kenapa nggak dilawan aja. Jadi preman yang berkeliaran untuk menagih ini biasanya suka berbau alkohol. Pernah ada pedagang yang melawan, preman tersebut malah mengamuk, merusak, dan merugikan banyak hal. Daripada membiarkan hal tersebut terjadi, saat ini lebih banyak pedagang yang mengalah memberikan recehan ketimbang hal yang tidak diinginkan terjadi.

Parkir yang lebih mahal

Biaya parkir di Pasar Kaget Gasibu ini nyatanya lumayan juga. Bagi pengunjung biasa saja dikenakan tarif minimal 5 ribu. Bagi pedagang, biaya parkir ini bisa lebih mahal lagi karena pedagang biasanya lebih lama menyimpan kendaraannya. Kurang pungli apa coba ketika berusaha berjualan di Pasar Kaget Gasibu ini?

Oleh karena buntungnya jelas lebih banyak ketimbang untung, saya tak sudi lagi jualan di sini. Kapok, pake banget. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi saya dan siap apun ketika akan memulai usaha jualan, terutama di Pasar Kaget Gasibu. Ternyata ada yang lebih penting daripada menyiapkan modal usaha di sini, yaitu menyiapkan mental menghadapi pungli dan preman yang menghantui.

Penulis: Handri Setiadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kawasan Braga dan Sekitarnya Itu Asyik buat Nongkrong, asal Nggak Ada Punglinya Aja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version