Pengalaman Jual Hewan Kurban, Pernah Diajak Kenalan Sampai Ditawarin Asuransi

Pengalaman Jual Hewan Kurban, Pernah Diajak Kenalan Sampai Ditawarin Asuransi Terminal Mojok

Menjadi penjual hewan kurban tentu bukan profesi idaman yang akan disebutkan oleh anak-anak jika ditanya apa cita-cita mereka. Tidak jadi masalah, meski bukan profesi keren, keberadaan para penjual hewan kurban akan selalu dibutuhkan terlebih saat Idul Adha tiba. Meski didera pandemi, permintaan akan hewan kurban, baik sapi maupun kambing, tetap ada walau tidak sebanyak tahun sebelumnya.

Selama berjualan hewan kurban, saya sudah bertemu dengan ratusan pembeli setiap tahunnya. Ada yang menetap menjadi pelanggan, ada juga yang tahun ini beli tapi tahun depan tidak. Yah, namanya juga jual beli, pasti ada suka dukanya, apalagi jika mendapat pelanggan yang super unik nan menggemaskan.

#1 Ngajak kenalan

Setiap mengadakan transaksi jual beli hewan kurban, tentu pembeli akan mendapatkan nomor telepon penjual agar pada saat pengiriman hewan kurban tidak ada masalah. Nah, memberikan nomor telepon pribadi saya juga merupakan hal yang lumrah, sampai suatu ketika datang seorang pembeli yang lucu menurut saya.

Blio datang tidak hanya mencari sapi betina, namun juga kambing betina. Tentu bukan hal yang lumrah karena biasanya orang akan mencari yang jantan. Tapi, namanya juga pembeli tentu kami layani sebaik mungkin. Kebetulan hari itu kami memiliki sapi betina dan kambing betina. Alhasil, transaksi pun dimulai. Blio membayar uang muka dan akan melunasi lima hari sebelum pengiriman. Agar memudahkan, saya memberi nomor telepon saya dengan alasan di atas.

Malam hari sekitar pukul 10, saya menerima pesan masuk dari langganan saya ini. Dia menanyakan apakah saya punya pacar atau tidak. Saya tertawa terbahak-bahak sebelum menjawab pertanyaannya lantaran saya sudah memiliki anak berusia 5 tahun saat itu. Dengan sopan saya membalas pesan itu dengan mengatakan kalau saya sudah memiliki anak. Sepertinya pelanggan ini agak malu juga hingga tidak pernah lagi menghubungi. Bahkan, untuk pelunasan dan pengiriman hewan kurban dia percayakan pada orang suruhannya saat itu.

#2 Salah lapak

Malam itu ada seorang bapak tua yang datang kepada saya menanyakan keberadaan kambing yang sudah dibelinya. Saya melihat bapak ini dan merasa belum pernah bertemu sebelumnya, namun untuk memastikan apakah penjualan bukan saya yang mencatat, akhirnya saya minta bukti bayarnya seperti biasa. Saya kaget juga karena nota yang diberikan berbeda dengan nota yang biasa saya berikan kepada pelanggan.

Sebagai bukti pembelian hewan kurban, pelanggan tentu akan saya beri nota lengkap dengan nama lapak dan nomor telepon saya agar memudahkan pencatatan pembayaran, baik bagi saya juga bagi pelanggan. Akan tetapi, bapak tersebut ngeyel kalau blio membeli kambing dari lapak kami. Blio bahkan menunjukkan bekas pylox hijau di tangannya sebagai bukti bahwa dia sendiri yang mengecat kambingnya dengan inisial namanya.

Akhirnya setelah kami jelaskan bahwa warna pylox yang kami gunakan berwarna merah dan biru, si bapak tersadar kalau sedari tadi dia salah lapak. Lapak yang dia maksud ada di ujung jalan. Selain aneh, blio berpotensi membuat langganan saya yang lain kabur, kepanikanmu merugikan loh, Pak. Huhuhu.

#3 Nawarin asuransi

Sambil berenang minum air, mungkin peribahasa ini yang dipegang teguh oleh pelanggan yang satu ini.  Betapa tidak, setelah melakukan pembayaran atas pembelian seekor kambing, tidak tanggung-tanggung saya langsung ditawari untuk ikut program kesehatan pada perusahaan asuransi tempat dia bekerja.

“Karena pandemi kita butuh program asuransi, Mbak,” katanya saat itu. Saya hanya manggut-manggut. Logika saat itu sederhana, asuransi bisa ditawarkan pada siapa saja dan di mana saja, tidak peduli di lapak jualan sapi dan kambing sekalipun. Padahal saya tahu dengan pasti dia enggan lama-lama berada di dalam lapak karena aroma kambing dan sapi yang uwow itu. Hehehe~

Sebenarnya masih banyak pengalaman lucu yang pernah saya alami dengan pelanggan setelah beberapa tahun berjualan sapi dan kambing ini. Apalagi saat ada salah satu konten kreator yang datang ke lapak untuk melakukan pengambilan gambar, saya sampai bingung. Memangnya lapak saya mau dipakai untuk konten apa? Iseng saja saya tanyakan nama akunnya. Setelah saya cek, nyatanya dia dan tim belum memiliki banyak subscriber maupun viewer. Setelah saya persilakan, eh mereka malah ambil gambar di lapak sebelah yang disangka jadi satu dengan lapak saya. Sungguh pengalaman berharga dan sangat bersyukur bertemu makhluk Tuhan yang unik-unik begini.

BACA JUGA Betapa Tak Istimewa Kurban yang Sebatas Nyembelih Kambing atau tulisan Luvia Intan Sinawang Asri lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version