Setiap orang memiliki referensi pernikahan masing-masing yang mungkin dipengaruhi oleh keinginan pribadi, keluarga, budget, serta vendor yang tersedia di tempat mereka. Pun setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai sederhana atau mewahnya sebuah pesta pernikahan.
Ada yang berpendapat pesta pernikahan harus digelar semewah dan sebagus mungkin. Ada pula yang memilih mengadakan pesta dengan sederhana. Sekali lagi, semua tergantung keputusan keluarga dan calon mempelai. Tugas kita hanya datang (kalau diundang) dan mendoakan yang baik-baik. Tidak perlu mengomentari konsep pernikahan orang lain. Tidak perlu sibuk nyinyir makanannya tidak enak atau dekorasinya kurang yahud. Cukup datang dan doakan yang baik-baik.
Dulu, saya bermimpi menggelar pernikahan seperti putri-putri Disney. Memakai kostum ala Belle dan berdansa di ball diiringi oleh lagu Beauty and the Beast versi Ariana Grande dan John Legend. Yah kalaupun tidak terwujud, minimal lagu pengiring pesta pernikahan jenis musik gambus atau band-band mirip Boyce Avenue dengan volume speaker yang biasa-biasa saja jangan sampai bikin telinga mendadak budek. Intinya saya ingin kelak pesta pernikahan saya konsepnya seminimalis dan seelegan mungkin.
Namun, semuanya berubah sejak negara api menyerang saya mengetahui biaya vendor pernikahan yang menghabiskan uang puluhan juta. Saya dan suami mulai menghitung-hitung, apa se-worth it itu menghabiskan puluhan juta hanya untuk pesta pernikahan? Pasca-pesta, tentu kebutuhan semakin banyak, apalagi saya dan suami saya “keluar” dari rumah orang tua hanya membawa pakaian dan benar-benar mulai dari “nol” alias tidak punya harta apa-apa selain “keluarga” karena “harta yang paling berharga adalah keluarga”. Apaan sih ini?
Uang yang sejatinya digunakan untuk membayar vendor, bisa saya alihkan untuk membayar DP rumah, membeli motor untuk mobilitas kerja, serta membeli perabotan rumah. Saya memiliki budget yang terbatas. Tentu saya tidak ingin selesai menggelar pesta, saya harus puasa tujuh hari tujuh malam karena tidak punya uang tersisa untuk membeli makan.
Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk menggelar pernikahan sesederhana mungkin. Ini beberapa pengalaman saya mengadakan pesta pernikahan dengan budget super murah:
#1 Memilih vendor dengan harga miring
Kami berkeliling kota membandingkan harga masing-masing vendor. Pesan saya cari vendor yang lokasinya berada di perkampungan penduduk, biasanya biayanya jauh lebih murah. Saya berhasil mendapat paket dekorasi 500 ribu, sewa baju pengantin pria dan wanita 300 ribu, dan paket 2 rol foto beserta album kenangan senilai 700 ribu.
Jangan keburu underestimate dengan jenis vendor ini. Ada banyak vendor di perkampungan yang memiliki gaun pengantin tidak kalah cantik dengan vendor besar, serta dekorasi mereka juga patut diacungi jempol.
#2 Memakai jasa makeup teman
Kalian punya teman yang jago makeup dan henna? Sok atuh minta bantuan mereka merias wajahmu di hari pernikahan. Saya memakai jasa makeup wisuda teman saya, waktu itu ia baru mulai merintis jasa MUA kecil-kecilan. Tarifnya ia samakan dengan customer lain, yakni 50 ribu sekali makeup. Sedangkan pemakaian henna putih ia patok dengan harga 100 ribu. Karena kalian memakai jasa teman, jangan berlebihan sampai minta gratis. Mintalah harga sewajarnya, minimal sama dengan customer-nya yang lain.
#3 Katering jasa tetangga
Dampak anjuran agama untuk memuliakan tetangga benar-benar saya rasakan. Saya benar-benar speechless dengan kebaikan dan kemurahan hati tetangga saya. Yang saya ketahui dari cerita bapak, tetangga saya menggelar rapat tertutup, tanpa ibu dan ayah saya, mendiskusikan apa-apa saja yang akan mereka bantu untuk menyiapkan acara pernikahan saya. Hasilnya, dibentuklah kepanitiaan kecil berisi divisi masak nasi, divisi mengolah aneka kue, divisi mengolah aneka hidangan utama, divisi cuci piring, dan divisi perlengkapan. Kelak jika tetangga saya memiliki hajatan, saya pasti masuk ke salah satu divisi di atas sebagai balas jasa atas bantuan mereka. Oh iya, untuk katering saya menyiapkan anggaran 4 juta menyesuaikan jumlah tamu yang diundang.
#4 Biaya lain-lain
Ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan seperti biaya mengundang penghulu dan penceramah ke rumah. Saya lupa persisnya berapa, yang jelas ada di kisaran 500 ribu.
Kalau dihitung-hitung, saya menghabiskan uang senilai Rp6.150.000 untuk pagelaran pesta pernikahan saya, akad nikah sekalian resepsi. Kalau kalian tanya, ada musiknya apa nggak? Saya jawab ada, musik yang saya putar online melalui YouTube.
Sekali lagi, setiap orang memiliki prioritas yang berbeda. Prioritas seseorang ditentukan oleh bermacam-macam faktor. Seperti saya, saya memilih mengadakan pernikahan sesederhana mungkin untuk membeli keperluan pasca pernikahan karena memiliki budget terbatas. Pesan saya, gelar pernikahan sesuai kemampuanmu. Dan untuk tamu undangan, yuk berhenti berkomentar macam-macam pada pesta pernikahan orang lain. Kamu tidak tahu perjuangan apa yang mereka hadapi sampai hidangan, dekorasi, dan kostum itu kamu lihat sambil mengeryitkan dahi.
BACA JUGA Pernikahan Sebagai Persepsi Happy Ending Adalah Pemikiran yang Sesat atau tulisan Winda Ariani lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.