BLT atau Bantuan Langsung Tunai menjadi salah satu dari banyaknya bantuan yang sering dinilai tidak tepat sasaran penyalurannya. Bukan hanya para pengamat yang pandai dan berkompeten. Sekelas Mbok saya saja juga bisa menilai kalo tetangganya yang mempunyai sawah dapat BLT, artinya jelas salah sasaran.
Hanya saja saya nggak akan ikut-ikutan membahas soal tepat atau tidaknya penyaluran BLT karena sudah sering jadi gumaman Mbok. jadi saya akan bahas bobroknya BLT yang lain saja. Meski saya nggak tahu apakah ini juga terjadi di daerah lain, intinya saya akan ceritakan saja BLT di desa saya yang sepertinya harus ditinjau ulang oleh pemerintah pusat.
Daftar Isi
BLT bisa hangus karena masyarakat terlambat diberi tahu
Kalo dipikir-pikir ini memang sangat aneh, kok bisa BLT yang harusnya diterima serta dapat membantu masyarakat malah hangus karena keterlambatan dalam memberikan informasi. Aneh sekali!
Di desa saya, BLT ada yang dikirimkan melalui kantor pos. Sehingga masyarakat yang mendapatkan bantuan tersebut harus menunggu selembar surat pemberitahuan dari pemerintah yang dikirimkan kepada pihak desa melalui kantor pos.
Nah, setelah masyarakat mendapatkan surat pemberitahuan dari desa, barulah surat tersebut bisa digunakan untuk mengklaim BLT di kantor pos. Dengan syarat membawa KTP asli si penerima. Namun, baru-baru ini tepatnya akhir Desember BLT tersebut hangus karena keteledoran pihak tertentu. Ya begitulah yang saya ketahui.
Ibu saya mendapatkan surat pemberitahuan untuk pencairan BLT dari pihak desa di hari Sabtu sore, tanggal 30 Desember. Dan disarankan untuk melakukan pencairan di kantor pos hari Selasa tanggal 2 Januari karena memang kantor pos di desa saya di hari Minggu itu tutup. Sedangkan hari Seninnya tahun baru 2024 juga tutup.
Betapa terkejutnya ketika mengantarkan ibu saya untuk pencairan, pihak kantor pos mengatakan bahwa BLT itu sudah hangus. Tercatat kurang lebih ada 70 warga yang berhak menerima BLT harus gigit jari karena bantuan itu sudah hangus nggak bisa dicairkan!
Pengakuan kantor pos
Menjadi salah satu korban yang kecewa, saya pun mencoba menelusuri kecil-kecilan. Pertama saya bertanya mengapa bisa hangus kepada pihak kantor pos yang hari itu melayani kami. Pihak kantor pos mengaku bahwa bantuan ini adalah BLT alokasi November-Desember yang surat pemberitahuannya sudah disetorkan ke pihak desa ditanggal 22 Desember.
Kata mereka juga, bahwa dana BLT yang tersisa disetor kembali ke pemerintah pusat pada tanggal 31 Desember. Artinya, jika ada uang BLT yang belum diambil oleh penerima maka yang terjadi BLT tersebut dinyatakan hangus!
Sekitar 70 warga menjadi korban waktu itu karena terlambat mengambilnya. Meski diprotes, pihak kantor pos menjelaskan bahwa mereka nggak bisa berbuat apa-apa. Mereka merasa sudah memberikan surat pemberitahuan tersebut ke pihak desa untuk disampaikan kepada warganya yang menerima BLT tersebut.
Pengakuan pihak desa
Setelah bertanya dan mendapat penjelasan dari kantor pos, saya pun mengonfirmasinya kepada pihak desa dengan harapan mendapat jawaban tentang “kok bisa sampai terlambat disampaikan kepada warga penerima?”.
Tidak bertele-tele, pihak desa mengatakan bahwa mereka akan mencoba mengajukan kembali BLT yang hangus ini. Itu artinya, ada dua kemungkinan menurut saya. Antara mereka sudah menerima protes sebelum saya, atau memang mereka sudah sadar kalo suratnya terlambat disampaikan kepada kami para penerima. Tapi seolah tidak tahu apa-apa dan menyuruh untuk melakukan pencairan ke kantor pos. Hemmm..
Agaknya aneh kalo sampai terlambat disampaikan, di bagian mananya kok bisa terhambat? Saya sangat penasaran. Tertulis di surat bahwa BLT untuk alokasi Nov-Des (November-Desember), dari kantor pos diserahkan tanggal 22 Desember ke pihak desa. Dari desa disampaikan ke masyarakat tanggal 31 Desember, sedangkan tanggal 31 Desember itu hari Minggu, kantor pos tutup, uang juga disetorkan kembali ke pemerintah pusat. Lho, yaa, sudah pasti hangus toh!
Terus jadinya dana berjuta-juta itu cuma mampir di kantor pos dan balik lagi ke pemerintah?
Ini bantuan untuk masyarakat miskin, lho. Ada banyak yang akhirnya gigit jari, sebagian dari mereka mungkin kecewa, sebagiannya lagi sangat kecewa! Kata gua mah, hati-hati.
Kekecewaan penerima BLT
Seenggaknya sudah ada dua rencana ibu saya sesaat setelah menerima surat pemberitahuan pencairan BLT, yaitu membeli beras dan belanja kebutuhan dapur. Cuma dua rencana itu berakhir jadi “yowes lah, Le, dudu rejekine”.
Mungkin kalo saya mau mewawancarai puluhan penerima yang bernasib serupa, saya akan mendapatkan banyak kalimat yang mungkin jauh lebih menyentuh dari itu.
Pastinya banyak masyarakat penerima yang kecewa. Meski mungkin sebagian bisa legowo, tapi masalah seperti ini saya rasa sangat konyol untuk terjadi. Pihak siapa pun yang merasa telah menghambat proses pemberitahuan BLT, semoga tetap baik-baik saja. Dan saya pun nggak yakin kalo pengajuan kembali itu akan terealisasi. Ya, coba dilogika sendiri saja lah.
Semoga juga BLT berikutnya nggak ada yang males buat segera menyampaikannya ke penerima agar dapat dicairkan dan bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penulis: Muhammad Mundir Hisyam
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA BLT Minyak Goreng, Usaha Receh Menyelamatkan Muka Pemerintah