Bapak kos minus akhlak dan suka menyebar fitnah
Ada harga ada kualitas memang benar adanya, tak terkecuali dalam urusan kos-kosan. Harga murah sering kali datang dengan berbagai konsekuensi, dan salah satu minus besarnya bisa jadi adalah bapak kos yang rese. Suatu hari, teman saya ditegur hanya karena orang tuanya parkir mobil di halaman kos tanpa izin lebih dulu. Kami sebenarnya tidak tahu kalau bapak kos akan datang berkunjung dan membawa mobilnya sendiri sehingga nggak kebagian parkir.
Bukannya menegur langsung dengan baik, bapak kos malah nyindir di grup WhatsApp penghuni kos, bilang kalau ada “bapak-bapak tidur di kamar” teman saya. Melihat pesan itu, teman saya otomatis mencak-mencak, dirinya merasa terfitnah seolah dirinya peliharaan gadun. Padahal, itu cuma ayahnya sendiri yang sedang berkunjung. Daripada sekadar memastikan parkiran cukup untuk semua, bapak kos ini justru lebih sibuk mengurusi hal-hal yang nggak penting.
Jadi arena berantem pacar dan selingkuhan
Kos bebas ternyata nggak cuma identik dengan tamu lawan jenis yang keluar masuk seenaknya, tapi juga rawan jadi tempat berantem. Saya ingat betul, saat itu hari Minggu pagi, saya dan penghuni kos lain sedang bermalas-malasan di kamar masing-masing. Tiba-tiba, suasana berubah ricuh. Ada dua pria dewasa yang berantem di tangga kos. Awalnya saya nggak tahu apa yang terjadi, sampai akhirnya ada penghuni lain yang nge-spill bahwa semua ini gara-gara salah satu penghuni kos yang ketahuan membawa dua cowok berbeda: yang satu ketahuan, yang satunya lagi justru memergoki.
Adegan pukul-pukulan pun tak terhindarkan. Penghuni kos lain yang panik sampai harus memanggil satpam dari klinik depan untuk melerai mereka. Sementara itu, saya cuma bisa menonton dari lantai dua, sambil live report ke teman saya yang sedang nggak ada di kos, seolah sedang jadi saksi mata pertandingan tinju dadakan.
Itu dia hal-hal kocak yang pernah terjadi selama ngekos di kos bebas dan murah. Tinggal di kos LV Jogja bukan berarti harus ikut-ikutan bebas. Meskipun lingkungan sekitar penuh dengan kebebasan tanpa batas, setiap orang tetap punya hak untuk berpegang pada prinsipnya sendiri. Butuh mental yang kuat untuk bertahan di tengah situasi yang sering kali bertolak belakang dengan nilai-nilai yang diyakini. Akan selalu ada tekanan sosial, stigma, atau bahkan omongan iseng yang menguji batas kesabaran. Bagi saya, yang penting adalah merasa nyaman dan tetap menjalani hidup dengan tenang, tanpa perlu terpengaruh oleh standar orang lain. Seperti prinsip saya: Stay waras stay single, teman-teman!
Penulis: Annisa Rifka Nurwijaya
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Seturan Jogja: Bekas Kerajaan Jin yang Kini Jadi Surganya Coffee Shop dan Kos LV
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















