Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Penemuan Piyama Tie Dye Adalah Kemajuan Peradaban yang Layak Dirayakan

Riyanto oleh Riyanto
29 Januari 2021
A A
Penemuan Piyama Tie Dye Adalah Kemajuan Peradaban yang Layak Dirayakan terminal mojok.co

Penemuan Piyama Tie Dye Adalah Kemajuan Peradaban yang Layak Dirayakan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Puncak dari kemajuan peradaban bagi ciwi-ciwi adalah munculnya piyama tie dye. Bagaimana enggak, wong piyama yang hakikatnya dipakai untuk tidur, malah menjelma menjadi tren busana yang cucok dipakai buat mejeng lucu di kedai kopi, ketemu sama gebetan, kondangan, atau bahkan buat olahraga cantik. Tau kan olahraga cantik? Itu loh, yang lebih banyak foto ketimbang bakar lemak. Lihat? Betapa pakaian tidur ini telah menjadi paket komplet dalam urusan busana, mengambil alih hierarki perbajuan, dan layak dinobatkan menjadi baju adat nasional, terutama buat sista-sista.

Fenomena ini bisa jadi merupakan buntut panjang dari pandemi. Kebanyakan di rumah aja, ciwi-ciwi kepengin tampil modis juga. Nggak melulu pake kaus oblong dan celana sobek-sobek. Butuh nggaya. Butuh tampil yahud buat foto bareng tanaman-tanaman hias yang dibeli, disayang-sayang, terus dilupakan seiring waktu. Nah, berhubung muncul piyama tie dye yang cakep, nyaman, pun trendi, maka menjamurlah eksistensi sista-sista pemuja baju tidur dengan warna-warna abstrak ini. Sebelum ada terobosan fesyen tie dye, nyantai di rumah nggak pernah semodis ini.

Hubungan antara piyama tie dye dan para ciwi-ciwi menjadi terlampau erat. Lagi sayang-sayangnya, bisa dibilang begitu. Makanya selain dipake buat nyantai di rumah, baju jenis ini juga beralih fungsi menjadi pakaian main.

Saya melihat banyak banget yang pake piyama tie dye hampir di setiap tempat yang saya datangi. Di warung ayam geprek, eksistensi mereka ada. Di alun-alun, mereka berseliweran. Bahkan di gerai baju branded di mal-mal, banyak juga yang pakai. Ini maksudnya bagemana? Apa nggak kasihan sama jajaran baju brandednya? Di mal belanja baju branded, tapi pake piyama. Ini kalau bisa menangis, bakal tersedu-sedu baju brandednya. Terus mau dipakai ke mana si baju brandednya? Buat ke toko piyama biar gantian gitu?

Saking ngetrennya, saya jadi khawatir ketika mau ngado pakaian buat cewek bribikan saya. Misal sudah beliin baju dari brand lokal berkualitas macam thenblank, eh dianya malah ngeluh. “Kok baju branded sih, aku kan maunya piyama.” Maka berantakanlah upaya saya mbribik. Wanjeng bener, gagal mbribik karena urusan piyama, kan konyol banget.

Saking banyaknya pemakai piyama tie dye, saya mencoba nggak shock misal nanti bakal ada komunitas pemuja tie dye, atau bahkan parpol tie dye Indonesia. Asli, nggak bakal shock saya. Sudah menyiapkan diri sejak dini.

Tetapi sekalipun pakaian ini menjadi begitu multifungsi, ngetren, dan sudah menjadi top of mind, nggak mungkin para sista nggak kepengin buat pake baju lain. Ini akan menjadi berbahaya karena berujung pada decision fatigue alias kelelahan mengambil keputusan. Nggak ada piyama tie dye saja banyak sista yang kerap bimbang memilih busana yang mau dipake buat mejeng-mejeng lucu. Kudu pakai celana yang mana, warna apa, dipadukan atasan apa, outernya apa, sepatunya Converse, Vans, Brodo, Ventella, atau malah sepatu kaca sekalian?

Proses kelelahan berpikir itu bikin proses macak menjadi lama. Padahal itu dulu sebelum tren ini muncul, lah setelah menjamur kayak gini, kelelahan berpikir bakal semakin menjadi-jadi. Makin banyak variabel yang kudu dihitung sehingga proses berdandan ciwi-ciwi menjadi lebih lama daripada seharusnya.

Baca Juga:

Mengenal Ciri-ciri Gondes dari Pengamatan Saya Selama Hidup di Bantul, Pusat Gondes di Jogja

3 Rahasia yang Bikin Uniqlo Sukses di Industri Fashion

Sebelum berangkat kudu milih berpenampilan ala putri tidur dengan pakai tie dye, biar tampak sayu-sayu alami nan menggemaskan, atau justru tampil kinclong kayak anak-anak hypebeast?

Semuanya dilematis. Jauh lebih dilematis ketimbang bubur lebih enak diaduk atau disiram ke mukamu.

Milih pake piyama tie dye sekalipun nggak sesimpel itu. Penuh pertimbangan serius juga. Milih warna apa yang cocok buat siang-siang ke kedai kopi, alas kakinya kudu pakai Swallow, New Era, atau malah sandal hotel curian. Tasnya mau pakai totebag, tas anyaman bambu, atau malah kresek bekas Indomaret? Bikin tambah ngelu dan berpotensi kantem pikir.

Semisal memang sudah niat pakai piyama tie dye buat main, si emak di rumah juga bakal kebingungan. Blio pasti tanya, “Jam segini mau tidur?” dan dijawab sama si eneng, “Nggak, Mak. Mau Mejeng!”

Permasalahan nggak hanya ada pas mau berangkat, tetapi juga sewaktu pulang. Misal sudah seharian mejeng pakai piyama dan pulang larut malam, terus tidurnya pake apa dong? Masa iya pakai baju yang udah buat jalan-jalan seharian? Pilihannya adalah piyama tie-dye lain, atau malah celana jeans, kaos Pull & Bear, sama outer Erigo.

Kalo misal pilihannya jatuh ke yang kedua, giliran emak bakal kebingungan lagi dan bertanya,, “Mau ke mana lagi?” Terus dijawab, “Mau tidur, Mak.”

Ah, piyama tie dye, sekalipun layak dinobatkan menjadi baju adat nasional sista-sista, tetapi malah nambah masalah decision fatigue sebelum main, juga berpotensi dikira pekok sama emak.

Sumber gambar: Instagram Anang Hijau

BACA JUGA Budaya “Pokok Duwe Masio KW” di Masyarakat dan tulisan Riyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: fashiontren berbusana
Riyanto

Riyanto

Juru ketik di beberapa media. Orang yang susah tidur.

ArtikelTerkait

Betapa Tidak Masuk Akalnya Desain Pakaian Wanita dalam Game Fighting terminal mojok

Menggugat Desain Pakaian Wanita dalam Game Fighting yang Ramashok Blas!

12 Juni 2021
memilih celana jeans sesuai bentuk tubuh terminal mojok

Jangan Asal Pilih Model Celana Jeans, Sesuaikan dengan Bentuk Tubuhmu biar Kelihatan Makin Stylish

22 April 2021
Bagi Saya, Sandal Selop Karet Adalah Alas Kaki Terbaik Sedunia terminal mojok.co

Bagi Saya, Sandal Selop Karet Adalah Alas Kaki Terbaik Sedunia

22 November 2020
Alasan Cowok Rambut Gondrong Males Banget Cukur terminal mojok.co

Alasan Cowok Rambut Gondrong Males Banget Cukur

28 September 2020
memilih celana jeans sesuai bentuk tubuh terminal mojok

Saku Kecil Celana Jeans Itu Nggak Ada Gunanya, Mending Dihilangkan Saja!

21 September 2021
Menelusuri 5 Jenis Kaos yang Sering Dipakai Pakdhe-pakdhe ke Sawah terminal mojok.co

Menelusuri 5 Jenis Kaos yang Sering Dipakai Pakdhe-pakdhe ke Sawah

3 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label “Mobil Taksi”

16 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.