Saya adalah seorang pekerja yang PP setiap hari Muntilan-Sleman. Biasanya saya lewat Jalan Tempel-Turi Sleman untuk bisa sampai kantor. Jalan satu ini menjadi jalan alternatif para pengendara dari arah Magelang yang hendak menuju Jogja selain lewat Jalan Magelang-Jogja.
Sekadar informasi, ruas Jalan Tempel-Turi ini nggak terlalu besar. Ya namanya juga jalan alternatif. Tetapi cukup untuk dilalui kendaraan besar seperti bus atau truk. Hanya ada dua lajur di sini. Selain itu, jalannya cenderung lurus dan sedikit naik turun di beberapa titik. Kemudian arus lalu lintasnya nggak terlalu ramai, tapi juga nggak sepi-sepi amat.
Setelah tiga tahun melintas jalan ini setiap hari, ada beberapa penderitaan yang saya rasakan yang bikin waswas. Berikut di antaranya.
#1 Jalan Tempel-Turi Sleman minim pom bensin, jadi pastikan nggak kehabisan bensin di sini
Ada satu hal yang bikin saya waswas tiap lewat Jalan Tempel-Turi Sleman ketika indikator bensin motor mulai berkedip. Ya, saya takut banget kehabisan bensin di sepanjang jalan ini. Nggak kebayang rasanya kudu mendorong motor di jalan ini.
Bukan tanpa alasan saya merasa ketakutan. Soalnya di sepanjang Jalan Tempel-Turi Sleman ini minim pom bensin. Ada sih satu, yakni SPBU Kembang Arum yang terletak beberapa ratus meter sebelum perempatan Donokerto Turi Sleman. Tapi kadang antrean kendaraan bermotor di sini lumayan panjang. Ya maklum, soalnya ini satu-satunya pom bensin yang terletak di jalur Tempel-Turi.
Sebenarnya dulu sempat ada Pertashop juga di jalur Tempel-Turi Sleman ini. Tetapi nggak lama tutup. Mungkin karena sepi, jarang ada yang isi Pertamax di jalur ini. Ada sih penjual bensin eceran, tapi jumlahnya juga bisa dihitung jari dan nggak buka sampai malam.
Kebayang kan kalau misalnya kehabisan bensin di jalan ini. Apa nggak pegel harus nuntun motor sampai ke pom bensin terdekat?
#2 Selain minim pom bensin, jalur ini juga minim tukang tambal ban
Hal lain yang menjadi penderitaan para pelaju yang lewat Jalan Tempel-Turi Sleman adalah jalur ini minim tukang tambal ban. Saya sudah pernah merasakan apes “kebanan” di sini.
Jadi waktu itu saya pulang kerja. Ban belakang motor saya tiba-tiba bocor. Alhasil saya kebingungan mencari tambal ban karena selama tiga tahun lewat Tempel-Turi, saya jarang sekali melihat ada tukang tambal ban. Ada, sih, tapi jumlahnya nggak banyak. Itu pun kalau sudah sore tutup.
Untungnya waktu itu saya bertemu dengan seorang bapak yang baik hati. Dia memberi tahu saya untuk melaju ke arah besar alias Jalan Magelang-Jogja yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari tempat saya berhenti. Soalnya sore itu sudah jam 5, tukang tambal ban sekitar sana sudah pada tutup. Sebelum saya menuju ke jalan besar, bapak tersebut membantu mengisi angin ban motor saya dengan pompa ban manual yang dia ambil dari rumahnya. Selanjutnya saya disuruh bergegas pergi sebelum angin di ban belakang motor saya habis.
Bayangkan kalau saya nggak ketemu bapak yang baik hati itu, mungkin saya bakal menuntun motor saya sampai Tempel Sleman. Apa nggak capek?
#3 Minim penerangan jalan di malam hari
Namanya juga jalur alternatif, Jalan Tempel-Turi Sleman yang saya lalui tiap hari ini minim lampu penerangan. Pengendara yang melintas di sini hanya bisa mengandalkan lampu kendaraan masing-masing dan juga lampu dari rumah-rumah warga yang ada di pinggiran jalan.
Makanya saya jarang sekali pulang kantor malam. Selain karena rumah saya jauh, takut juga euy melintasi jalur ini gelap-gelapan. Bukan takut ketemu setan di jalan, tapi takut sama orang jahat yang memanfaatkan minimnya penerangan jalan di sepanjang jalur ini.
#4 Aspal sepanjang Jalan Tempel-Turi Sleman nggak semua mulus
Derita terakhir yang kerap saya rasakan tiap kali melintasi Jalan Tempel-Turi adalah aspal yang nggak semuanya mulus. Di beberapa bagian, aspalnya memang terasa mulus. Misalnya dari depan SPBU Kembang Arum yang saya sebutkan tadi sampai ke perempatan Lapangan Donokerto, aspalnya mulus. Tapi di beberapa titik, misalnya seperti setelah perempatan lampu merah Balerante-Sedogan, jalannya nggak rata.
Kondisi jalan yang nggak rata ini tentu nggak menyenangkan untuk dilalui. Ban motor jadi selip, atau bahkan kejeglong lubang-lubang kecil yang sebenarnya nggak begitu dalam. Belum lagi kalau ada pasir atau kerikil di jalan yang terjatuh dari truk pengangkut material yang lewat sini. Beuh, harus ekstra hati-hati.
Itulah beberapa derita yang saya rasakan saat melintasi Jalan Tempel-Turi Sleman. Awalnya saya memang kaget waktu lewat jalan ini karena hal-hal di atas. Tapi lama-lama jadi terbiasa juga. Yang jelas, mau lewat jalan mana pun, jangan lupa berdoa agar selamat sampai tujuan.
Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















