Konservasi satwa di negara ini tak pernah diurus secara serius. Fokusnya nggak pernah jelas
Beberapa waktu lalu ada berita yang viral soal seseorang bernama I Nyoman Sukena asal Bali. Kasusnya bukan soal pembunuhan atau pencabulan, tapi soal memelihara hewan dilindungi, yaitu landak. Setelah sidang, untungnya yang bersangkutan dibebaskan. Menurut pengadilan, I Nyoman Sukena ini nggak tahu soal status landak yang dilindungi, plus landak yang dipelihara juga dirawat dengan baik.
Menurut saya dari kasus ini kita bisa melihat kalau konservasi satwa di Indonesia bobroknya bukan main. Gimana nggak, seseorang yang nggak paham soal hewan dilindungi dengan mudahnya ditangkap dan diadili. Sementara itu banyak pemburu liar dan oknum penjual hewan dilindungi yang masih berkeliaran bebas. Emang nggak pernah becus.
Konservasi satwa di Indonesia nggak pernah diurus dengan serius
Kalau kata warganet sebenarnya pemerintah nggak pernah ngurus masalah dengan serius. Tapi kalau masalah konservasi ini kayaknya udah kelewatan, deh. Sebagai contoh, tiap jam kita masih disuguhi berita soal penanganan kasus korupsi, pembunuhan, atau pencabulan. Kalau masalah konservasi? Paling beritanya beberapa hari sekali, kalau sepi ya seminggu sekali. Miris.
Padahal dengan luasnya negara ini pasti topik terkait konservasi satwa ada banyak. Entah soal konflik manusia dengan hewan liar, penyelundupan hewan dilindungi, dan sebagainya. Saya yakin ada banyak. Tapi entah mengapa serasa jarang disorot dan serasa nggak pernah diurus.
Itu baru berbicara soal penanganan. Kalau ngomongin upaya preventif atau pencegahan malah lebih sepi. Sekarang saya tanya, emangnya kalian sering mendengar atau melihat aparat pemerintah yang menggaungkan soal konservasi satwa? Masih jarang, sangat jarang malah.
Misal ada upaya pun, rasa-rasanya nggak efektif dan jangkauannya nggak luas. Hal ini berbanding terbalik dengan beberapa negara tetangga macam Singapura dan Thailand. Dua negara tersebut cukup sukses soal konservasi satwa liar dan dilindungi. Masa Indonesia kalah, nggak malu sama Singapura yang negaranya cuma seuprit?
Pemburu liar dan praktik jual beli hewan ilegal juga masih menjamur
Buntut dari penanganan yang nggak serius juga ada banyak. Salah satunya ya merajalelanya pemburu dan penjual hewan ilegal. Contoh paling nyata ada di Pasar Hewan Tomohon, Sulawesi. Tentunya sangat miris mengingat pasar ini ada di daerah perkotaan.
Ada dua faktor yang membuat Pasar Tomohon masih menjual hewan dilindungi, yaitu ketidaktahuan masyarakat dan petugas atau aparat yang nggak kompeten. Menurut Laporan Profauna di tahun 2015 banyak petugas terkait yang menangani masalah konservasi malah nggak paham soal hewan-hewan dilindungi. Kalau kayak gini gimana upaya konservasinya mau sukses.
Kasus yang sama juga kerap terjadi di forum jual beli online macam Facebook. Hal ini pernah ditelusuri oleh KOMPASTV yang mana tim KOMPASTV berhasil menginvestigasi penjualan kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) di Facebook. Padahal hewan tersebut termasuk satwa dilindungi.
Selain masalah jual beli satwa dilindungi perburuan satwa dilindungi juga marak. Contoh paling baru ya perburuan badak jawa di pertengahan tahun 2024 yang menewaskan 26 ekor badak. Sampai sekarang pun kasusnya belum tuntas dan masih ada beberapa tersangka yang buron.
Baca halaman selanjutnya
Berbenah, berbenah, dan berbenah