Tiada hari tanpa kemacetan. Itu yang dirasakan oleh orang-orang di kota-kota besar, apalagi Jakarta dan sekitarnya. Kemacetan menjadi momok yang membuat semangat menjadi kendor dengan cepat. Muka kinclong jadi pucat. Dandanan menor jadi horor. Atau baju rapi, wangi, dan licin menjadi bau sangit karena asap knalpot.
Bisa jadi saat bangun tidur kita sangat semangat untuk menjemput rezeki dan berangkat ke tempat kerja. Namun, ketika keluar gang dan melihat kendaraan sudah berderet-deret, mau nggak mau keluhan akan keluar dari mulut, yang membuat energi positif hilang begitu saja. Syukur-syukur cuma mengeluh, daripada mengumpat dan memaki nasib.
Sebagai driver ojek online di Jakarta dan sekitarnya, saya setiap hari harus berkompromi dengan kemacetan. Jika sedang terjebak macet, untuk menempuh jarak 4 km dengan tarif sebesar 8 ribu (ini adalah jarak maksimal untuk tarif minimal), waktu yang dibutuhkan bisa 30 menit, bahkan bisa lebih. Jelas ini adalah sebuah kerugian waktu, mengingat untuk mendapatkan bonus harus mencapai poin tertentu di mana satu orderan dihitung satu poin.
Setiap hari di jalanan membuat saya sedikit tahu daerah-daerah dengan kemacetan parah dan waktunya. Makanya, saya harus bersiasat agar badan tidak cepat penat. Dengan begitu, rezeki yang dapat saya kantongi pun menjadi berlipat.
Kemacetan membawa banyak dampak negatif. Namun, kalau mau berpikir sejenak, banyak kok pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari kemacetan. Paling nggak, ini adalah sedikit pelajaran hidup yang saya dapatkan dari seringnya terjebak dalam kemacetan.
Pertama, yakinlah bukan hanya kita yang terjebak macet. Kalau di jalan sendirian ya nggak bakalan macet, ya? Banyak kawan senasib atau bahkan terjebak kemacetan yang lebih parah. Di sini kita ambil pelajaran bahwa penderitaan atau masalah hidup yang kita hadapi, bukan hanya kita sendiri yang mengalami. Bahkan banyak orang di luar sana yang masalahnya jauh lebih berat dari masalah kita.
Misalnya, seminggu lagi kita harus membayar cicilan motor, kontrakan, SPP anak, dan sebagainya. Sementara uang tabungan hasil ngojek belum kelihatan hasilnya. Yakin saja, bukan hanya kita yang mengalami masalah itu. Ya, paling tidak, saat saya mengeluh keadaan seperti itu, tidak sedikit driver ojek mengeluhkan hal yang sama. Bahkan, orang di luar sana, mungkin keadaannya malah lebih parah.
Kedua, semacet apa pun jalanan, suatu saat pasti akan terurai karena di depan sana masih ada jalan yang kosong. Jadi, seruwet atau sesusah apa pun masalah yang kita hadapi, yakinlah suatu saat pasti akan selesai. Sebab, di depan sana masih banyak harapan yang dapat kita gapai.
Ketiga, kemacetan adalah tempat berbagi rezeki. Misalnya, dengan penjual es tebu pinggir jalan, pak ogah yang ikut mengatur lalu lintas (meskipun kadang mereka sengaja membuat jalanan macet), atau tukang parkir yang muncul tiba-tiba saat kita berhenti di depan minimarket.
Keempat, kemacetan adalah tempat terbaik untuk berlatih sabar. Sabar saat menunggu giliran. Sabar saat kendaraan kita kesenggol kendaraan lain. Sabar saat melihat angkot ngetem sembarangan. Atau, sabar melihat para driver ojek online asyik ngopi di pinggir jalan sementara kita hanya bisa menelan ludah dan menahan panasnya matahari.
Kelima, ini untuk para pengguna mobil pribadi, terjebak kemacetan adalah saat Anda perlu memikirkan jalur atau alat transportasi alternatif. Misalnya, naik kereta yang antimacet. Atau, berbagi rezeki dengan memesan driver ojek online seperti saya.
Yups, itulah beberapa pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari padatnya kendaraan di jalanan. Kemacetan yang telah menimbulkan kerugian yang sangat besar. Menurut Tim Jabodetabek Urban Transportation Policy yang dilansir dari Tempo, kemacetan di Jabodetabek pada tahun 2018 membuat kerugian 100 triliun rupiah. Warbiasah.
Naik MRT dari stasiun Fatmawati, turunnya di stasiun Senayan
Kita kita jangan sampai lupa diri, karena ada hikmah di setiap kemacetan
BACA JUGA Hey Customer Ojol, Driver Grab dan Gojek Itu Bukan Babu! atau tulisan Riswandi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.