Gerai Mie Gacoan membuka cabang tidak buka cabang di Pemalang
Suatu ketika, saya pernah menawari adik saya untuk membeli Mie Gacoan di Purbalingga. Namun, adik saya menolak dengan mentah. Katanya, dia sudah bosan dengan mie yang disajikan dengan pangsit itu. Ternyata, adik saya yang sedang menempuh pendidikan di Pekalongan itu sering memesan Mie Gacoan lewat aplikasi online. Bahkan, waktu pertama kali gerai itu buka, dia (adik saya) bisa makan Mie Gacoan sebanyak lima kali dalam seminggu.
Cerita adik saya tentu berbanding terbalik dengan kawan saya yang berada di Pemalang. Mi yang terkenal karena sensasi pedasnya itu tidak membuka cabang di daerah dengan julukan Kota Ikhlas tersebut. Mungkin, pamor Pemalang kalah jauh dengan Pekalongan yang sudah jauh melampauinya. Baru-baru ini, pihak Gacoan membuka cabang di Purbalingga. Bukannya memilih Pemalang yang berada di jalur strategis (pantura), justru Kota Perwiralah yang menjadi tujuannya. Entah mengapa nasib sial memang tidak pernah luput dari kabupaten yang dikenal sebagai penghasil nanas madu ini.
Pemalang nggak punya perguruan tinggi negeri
Perguruan tinggi di Kota Batik yang menjadi tujuan para pelajar untuk melanjutkan studi adalah UIN Abdurrahman Wahid. Kampus negeri satu ini terbukti mampu menjadi daya tarik bagi para pelajar di Kota Pekalongan dan sekitarnya seperti Purbalingga, Pemalang, Brebes, Pekalongan, Batang, dan Semarang. Kota Pekalongan memang hanya memiliki satu universitas negeri. Bagi saya ini sudah lebih dari cukup. Lebih baik hanya ada satu universitas negeri daripada tidak sama sekali.
Berbeda dengan Pekalongan, Pemalang tidak memiliki satupun universitas negeri. Sungguh nestapa, bukan? Itu mengapa para pelajar di kota berjuluk ikhlas ini lebih memilih untuk melanjutkan studi ke kota lain seperti Purwokerto dan Pekalongan. Kalau terus begini, Pemalang bisa ditinggalkan anak mudanya lantaran merantau atau kuliah di luar kota. Tidak adanya universitas negeri di Pemalang membuat warganya merasa cemburu dengan Pekalongan.
Itulah beberapa kemajuan di Pekalongan yang menjadi bara api cemburu bagi warga Pemalang. Semoga ketimpangan ini segera berangsur memudar. Semoga pemerintah Kabupaten Pemalang segera berbenah dan bangun dari tidur panjangnya.
Penulis: Yanuar Abdillah Setiadi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Pengalaman Buruk di Alun-Alun Pemalang Bikin Kapok ke Sana Lagi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.