Pernah ketemu oknum pedagang soto ayam yang nakal kayak gini?
Selain bakso, makanan yang dapat dengan mudah kita temukan adalah soto. Menariknya, beda daerah beda pula rasa sotonya. Saya jadi ingat saat pertama kali mencicipi soto di Banyumas. Namanya, soto Sokaraja. Alangkah kaget lidah ini saat mengecap ada sensasi bumbu kacang di dalam soto Sokaraja. Alamak, lagi apa si kacang di dalam soto? Begitu saya bertanya-tanya. Maklum, lidah ini terbiasa makan soto Tegal dengan bumbu tauco yang khas dan medok.
Soto Sokaraja dan soto Tegal hanyalah dua di antara banyak jenis soto yang bisa kita temukan di Indonesia. Masih ada soto Makassar, soto Semarang, soto Pekalongan, dan banyak lagi jenis soto lain yang bisa diicip-icip untuk memperkaya khazanah kuliner kita. Yang penting jangan sampai ketemu dengan pedagang soto ayam yang curang saja, sih. Mereka adalah pedagang yang tega melakukan kecurangan demi kecurangan demi meraup lebih banyak cuan. Dalam hal ini, konsumen jelas jadi orang yang paling dirugikan.
Daftar Isi
#1 Pedagang soto ayam nakal pakai boraks biar awet
Salah satu kecurangan yang dilakukan oleh oknum pedagang soto adalah dengan menambahkan boraks saat merebus ayam. Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi berwarna putih yang mengandung atom Boron (B) dan Oksigen (O). Bahan yang memiliki sebutan kimia Natrium tetraborat decahydrate ini ditambahkan saat merebus ayam supaya daging ayam bisa bertahan lama.
Bayangkan, berdasarkan berita ini, ayam yang telah diberi boraks saat perebusan bisa awet hingga 2 minggu. Gila nggak tuh? Dua minggu, cuy!
Dari tinjauan medis, mengonsumsi makanan yang mengandung boraks sangat berbahaya karena bersifat karsinogen, alias bersifat kanker. Boraks yang masuk ke dalam tubuh juga menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan. Namun, apakah para oknum pedagang licik ini peduli? Oh, ya tidak.
Padahal kalau memang pengin ayam lebih awet, pedagang soto ayam bisa saja menggunakan air abu. Air abu adalah air yang diperoleh dari hasil pembakaran tangkai bulir padi (merang) dan daun pisang kering (klaras). Tapi, ya mana mau mereka melakukan hal tersebut? Jelas ogah. Repot. Buang-buang waktu dan tenaga. Penak pake boraks. Yang jadi korban? Kita. Konsumennya.
#2 Masak langsung banyak, belatung sampai beranak pinak
Tak berhenti sampai di situ saja. Aksi nakal pedagang soto ayam juga terlihat dari bagaimana cara mereka memperlakukan bahan-bahan yang akan digunakan untuk meracik soto.
Jadi begini. Atas nama efisiensi, pedagang soto sering kali memasak bumbu dalam porsi yang langsung banyak. Dengan cara ini, selain bisa menghemat waktu, pedagang juga bisa menghemat tenaga. Hasilnya, mereka nggak perlu bolak-balik ke dapur, ceplak-ceplek gas untuk sekadar membuat bumbu dasar soto. Mereka tinggal menyendok si bumbu saja ketika ada pesanan masuk.
Masalahnya adalah sediaan bumbu ini sering kali nggak terkontrol. Akibatnya, belatung asyik-asyik saja beranak pinak di sana. Sialnya lagi, ketika bumbu ini sudah hampir habis, bukannya dibuang karena sudah nggak layak, tapi malah dicampur dengan bumbu yang baru dibuat. Alasannya, eman-eman bumbunya. Kalau dibuang nanti mubazir. Mubazir nenek lu split!
Pengalaman menemukan belatung di dalam soto ayam ini pernah dialami oleh salah satu kawan saya. Jadi ceritanya, ketika kawan saya mau mengambil tambahan bumbu tauco yang disediakan oleh pemilik warung, tiba-tiba saja matanya menangkap ada sesuatu yang bergerak-gerak di dalam mangkuk tauco. Elah setelah diperhatikan, jebul belatung lagi pada trampolin. Nggak jauh beda lah dengan yang ada di berita ini.
#3 Kurang menjaga kebersihan
Kenakalan pedagang soto ayam juga bisa terlihat dari kurangnya kesadaran akan kebersihan dan kehigienisan baik dalam proses pembuatan maupun tempat. Saya pernah, lho, makan di salah satu warung soto yang terkenal banget, tapi tempatnya… aduh, duh, kotor! Apalagi di meja yang digunakan karyawan untuk meracik soto. Itu si daun bawang, bawang goreng, dan kuah soto kececer ke mana-mana.
Sudah gitu, serbet yang dipakai sudah nggak karuan bentukannya. Tangan karyawan asyik saja comot ini itu, yang mau dipakai untuk toping soto, dengan menggunakan tangan kosong. Hadeh, auto wareg aku, Bund.
Bahkan saya pernah menemukan di media sosial X, ada netizen yang membagikan pengalaman nggak menyenangkan saat berada di warung soto. Ceritanya, saat itu temen sender nggak sengaja numpahin sambel. Ehhh, sama si mas pelayannya, sambelnya disisihin, tapi bukannya dibuang malah dimasukkan lagi ke dalam mangkok sambel.
Kamu gimana? Punya pengalaman ketemu dengan penjual soto ayam yang nakal nggak?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Soto Khas dari Jawa Tengah yang Underrated, Sudah Pernah Coba?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.