Beberapa waktu yang lalu, saya ke Kediri untuk mengikuti kegiatan dari kampus. Berada di Kediri kurang lebih selama seminggu, bikin saya ketemu banyak sekali hal-hal unik yang jarang saya temui. Salah satunya mengenai sarapan. Kalau di rumah, menu sarapan di pinggir jalan yang paling banyak ya nasi uduk, nasi kuning, atau bubur ayam. Nah, kalau di sini tentu makanan khas Jawa Timuran, yaitu pecel.
Setiap pagi, hampir di setiap jalan ada, dan juga harganya murah. Uniknya lagi, di sini nasi pecel sudah include peyek. Sebab, kalau di rumah saya, jarang sekali ada peyeknya. Hanya berisi nasi dan sayur. Tapi, ya, saya perlu inget kalau saya di Kediri. Dan jujur saja, di kota tersebut selama seminggu, bikin perut saya maag.
Mohon maaf bagi orang Kediri, tapi, ini perasaan saya yang sebenarnya muncul dalam hati.
Pecel Kediri adalah kunci
Berada di luar rumah, tentu sebisa mungkin sehemat dan sefleksibel mungkin. Apalagi mengenai makanan, udah yang penting kenyang. Daripada perut nggak keisi. Di awal pertama kali ke sini, sarapan yang saya pilih adalah pecel, karena letaknya dekat dengan kos. Harganya murah, lima ribu lengkap dengan tempe goreng dan peyeknya. Rasanya begitu cocok di mulut saya, gurih dan pedas. Apalagi ditambah peyeknya yang renyah, sangat nikmat. Murah, mengenyangkan, dan yang pasti menyehatkan, karena isinya full sayuran dan kacang-kacangan.
Masalahnya di mana? Nah, ini.
Pecel di sekitar Magelang-Yogyakarta didominasi rasa manis, sesuai lidah warganya. Kalau di Kediri, gurih dan pedas. Sangat cocok dan tentu lebih bisa diterima di lidah saya. Sayangnya kadang pedasnya terlalu berlebihan. Sehingga tak jarang membuat perut saya mules dan nyeri. Meskipun demikian, pecel tetap jadi menu sarapan saya. Sebab, sangat cocok dimakan di pagi hari, sayurnya masih fresh dan murah.
Dan ya, saya nggak punya pilihan lain. Atau mungkin kecocokan itu muncul karena saya nggak punya pilihan.
Yang punya maag minggir dulu
Namun, kesenangan saya akan pecel seakan sirna ketika maag saya kambuh. Di hari pertama makan pecel saja, saya langsung minum obat maag. Waktu itu, saya pikir hanya karena telat makan. Eh ternyata karena nggak kuat dengan pedasnya pecel di pagi hari. Hampir selama empat hari setiap hari saya makan pecel, dan selama itu setiap paginya selalu saya minum obat maag terlebih dahulu.
Nekatnya lagi, saya tetap memakan pecel untuk sarapan setiap hari. Sepertinya bagi perutnya yang sensitif harus berhati-hati ketika makan pecel Kediri di pagi hari. Hingga akhirnya selama seminggu full saya minum obat maag, dan habis satu kaplet. Gila memang, tapi pecelnya begitu nikmat. Sayang kan kalau ditinggalkan.
Itulah Kediri dan pecelnya yang membuat saya rindu. Ternyata kekhasan makanan di Indonesia sangat beragam. Ada yang manis, pedas, gurih, ada pula yang suka dengan makanan bersantan. Meskipun demikian, di mana pun berada, tetap menghargai makanan yang ada. Nah, kalau kalian ke Kediri, jangan lupa mencicipi nasi pecel di sini. Bagi yang suka pedas, akan jadi favorit. Tapi ya buat kalian perut mental ciki, tolong minggir dulu.
Pecel Kediri, kamu jahat, tapi enak.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Daerah Penghasil Pecel Enak di Jawa Timur