Sebenarnya, Pasar Malam Kramat Jati, atau kita sebut dengan Pasar Kramat Jati saja, sama seperti pasar-pasar pada umumnya. Ada kios-kios yang menjual buah-buahan, sayur mayur, daging, beras, dan kebutuhan-kebutuhan pokok lain. Gedung pasar merupakan tempat dijualnya sepatu, berbagai jenis pakaian, dan perhiasan. Ada juga Ramayana, department store yang terkenal itu, berada di gedung pasar.
Sekilas, memang tampak biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial. Namun, kondisi yang biasa itu terjadi dari pagi hingga sore hari. Pada malam harilah terdapat pemandangan yang unik dan mungkin tidak ditemukan di pasar-pasar lain. Apakah itu?
Yap! Sesuai dengan judul, Pasar Malam Kramat Jati benar-benar mendefinisikan dengan tepat mengenai jualan di pinggir jalan; para pedagang benar-benar menggelar lapak dagangannya sedekat mungkin dengan pengguna jalan. Artinya, mereka berdagang di pinggir kedua sisi Jalan Raya Bogor yang padat dengan kendaraan berlalu lalang. Terbayang lah ya bagaimana ramainya pasar tersebut di malam hari. Para pembeli pun umumnya ialah ibu-ibu dan para pengguna jalan yang kebetulan melintas di hadapan para pedagang.
Maka jangan heran, kalau ada pemotor yang berhenti di pinggir jalan dengan helm yang masih terpasang di kepalanya, menunjuk-nunjuk barang dagangan seraya berkomunikasi dengan penjual.
Mungkin, Pasar Kramat Jati adalah pasar pertama dengan konsep drive thru. McD sungkem dulu sini.
Selain itu, ada pula pembeli yang datang ke pasar menggunakan angkot lalu berjalan kaki menyusuri deretan pedagang yang berjualan tepat di pinggir jalan; dan hal yang agak menegangkan terjadi. Pembeli-pembeli itu harus berhati-hati dalam berjalan karena langsung berhimpitan dengan kendaraan yang lewat di belakangnya. Bisa saja karena dirinya kurang hati-hati, seorang pembeli bisa tersenggol atau tertabrak kendaraan. Benar-benar contoh konkret dari jualan di pinggir jalan!
Berjualan di sepanjang jalan
Adanya pedagang-pedagang yang berdagang di pinggiran jalan tersebut memang sudah terjadi sejak dahulu. Pasar tampaknya jadi makin luas dan memanjang. Kalian yang melewati kawasan pasar ini di sore hari akan melihat para pedagang dengan gerobaknya yang sedang bersiap untuk menata barang dagangannya untuk dijual pada malam harinya. Mereka membentuk deretan sepanjang 800 meter mulai dari depan gedung pasar ke arah selatan hingga area di seberang gedung Ditbekang TNI.
Deretan pedagang ini berjualan di depan ruko-ruko yang sudah tutup pada malam hari. Barang dagangan yang dijual pun berbagai macam; sayur-sayuran seperti tomat, kangkung, bayam, wortel, dan masih banyak lagi. Beberapa pedagang juga terlihat menjual kue-kue tradisional. Sisanya menjual hasil laut, seperti ikan tuna, ikan kakap, dan kerang. Untuk menarik perhatian pembeli, para pedagang kerang dan ikan menggunakan lampu yang bersinar terang guna menunjukkan “kesegaran” dari kerang dan ikan itu.
Baca halaman selanjutnya
Pasar Kramat Jati yang “menyala” setelah maghrib
Lalu, mengenai jam operasinya, deretan pedagang di pinggir jalan ini mulai buka sejak azan maghrib hingga subuh. Pada malam hari, lalu lintas di Jalan Raya Bogor ramai lancar dan makin sepi menjelang dini hari sehingga memungkinkan para pedagang untuk berjualan. Kira-kira pada jam setengah enam pagi, para pedagang harus menghentikan dan menutup dagangannya karena alasan kelancaran lalu lintas; Jalan Raya Bogor akan dilalui oleh ribuan kendaraan yang bikin jalan ini padat dan macet. Tidak ada pedagang di pinggiran jalan saja kendaraan sudah merayap-rayap, apalagi kalau ada? Pasti macetnya tidak karuan.
Demikianlah cerita saya tentang Pasar Kramat Jati yang betul-betul berjualan di pinggir jalan tanpa space dengan kendaraan yang berlalu lalang. Tentu menjadikan hal ini sebagai sesuatu yang unik dari pasar tersebut. Para pembeli makin malam makin ramai, diikuti oleh kondisi lalu lintas yang makin lengang. Para pedagang dengan semangatnya berjualan, mencari rezeki hingga akhirnya datang pagi hari, ketika mereka harus mengakhiri penjualan mereka yang sudah berlangsung semalaman. Dan, hari demi hari, malam ke malam, tetap seperti itu.
Lalu, bagaimana kondisi pasar di dekat tempat tinggal kalian, Gaes? Cusss langsung komen ya!
Penulis: Muhammad Arifuddin Tanjung
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Ujungberung, Daerah yang Punya 4 Versi Sejarah yang Berbeda