Nasib Pasar Cinde Palembang, Pusat Perdagangan Selama Puluhan Tahun yang Berakhir Mengenaskan

Nasib Pasar Cinde Palembang, Pusat Perdagangan Selama Puluhan Tahun yang Berakhir Mengenaskan Mojok.co

Nasib Pasar Cinde Palembang, Pusat Perdagangan Selama Puluhan Tahun yang Berakhir Mengenaskan (unsplash.com)

Nasib Pasar Cinde Palembang memang mengenaskan. Pasar yang dahulu jadi pusat belanja warga Palembang itu kini berakhir menjadi gedung mangkrak yang nggak jelas statusnya. Padahal, bangunan pasar ini menyandang status cagar budaya. Amat disayangkan. 

Niatan awal merobohkan pasar yang berdiri sejak 1933 itu sebenarnya baik. Pasar Cinde ingin dibangun ulang dengan konsep lebih modern. Tujuannya supaya siapa saja yang belanja ke sana bisa lebih nyaman. 

Sayangnya, semua rencana apik itu hanya mimpi belaka. Bangunan Pasar Cinde nyatanya lebih mirip seperti gedung hantu, bahkan bisa dikatakan sarang segala hantu di Palembang. Bangunan berusia ratusan tahun itu kini berakhir mengenaskan. 

Pasar Cinde satu dari sedikit bangunan cagar budaya di Palembang

Pasar Cinde Palembang merupakan bangunan cagar budaya yang nggak boleh dirobohkan. Apalagi, bagunan ini adalah salah satu dari sedikit bangunan lama di Palembang. Amat disayangkan kalau bangunan ini dirobohkan atau diubah bentuk aslinya. 

Asal tahu saja, pondasi Pasar Cinde bukan disusun dari balok-balok, melainkan tiang-tiang menjulang berbentuk menyerupai jamur. Ini menjadi salah satu keunikan Pasar Cinde Palembang. Sebab, pondasi semacam ini hanya bisa ditemui di dua pasar di Indonesia, Pasar Johar di Semarang dan Pasar Cinde di Pelembang. 

Sebenarnya tiang-tiang berbentuk cendawan ini menjadi salah satu perhatian sejarawan. Mereka mendukung renovasi pasar dengan syarat tiang-tiang tersebut dipertahankan keasliannya. Memang sih, hingga saat ini tiang-tiang tersebut masih utuh, tapi tidak dengan bangunan lainnya. 

Baca halaman selanjutnya: Ada indikasi korupsi …

Ada indikasi korupsi 

Menurut pemberitaan, ada indikasi korupsi pada proyek renovasi Pasar Cinde Palembang. Indikasi korupsi pembangunan sebenarnya sudah ditelusuri dari tahun 2021. Namun, sampai 2024 ini kabarnya masih memeriksa saksi-saksi. Itu mengapa pembangunannya jadi lambat dan kini mangkrak. 

Setahu saya, dana yang dikorupsi mencapai Rp330 miliar. Jelas bukan jumlah yang sedikit. Andaikata semuanya berjalan lancar, uang ratusan miliar itu bisa membuat Pasar Cinde Palembang jauh lebih baik. Bukan tidak mungkin, kini Pasar Cinde Palembang menjadi pasar modern yang lengkap dengan bentuk bangunan lawas yang khas. 

Keluhan para pedagang di Pasar Cinde Palembang

Nasib yang tidak kalah malang dialami oleh para pedagang Pasar Cinde. Pembangunan mangkrak mempengaruhi kegiatan jual beli. Terlebih, mereka merasa dirugikan karena telah membayar uang muka untuk sewa kios baru setelah pasar selesai direnovasi. 

Sudah jatuh ditimpa tangga, peribahasa itu sungguh tepat untuk menggambarkan para pedagang Pasar Cinde. Rata-rata dari mereka sudah berdagang di pasar sejak tahun 80-an. Mereka terpaksa digusur sementara karena kios-kios yang ditempati akan dirobohkan. Sedihnya, penggusuran itu ternyata tidak sementara, tapi selama-lamanya karena pembangunan yang nggak beres. 

Memang, mereka disediakan tempat berdagang sementara renovasi dilakukan. Namun, tetap saja, tempat itu tidak senyaman kios sebelumnya. Di sisi lain, tidak ada kejelasan akan yang muka yang sudah dibayarkan sebelumnya. 

Secara etika, memang lebih baik uang muka para pedagang dikembalikan mengingat nasib pasar yang tidak jelas hingga detik ini. Walaupun, saya pribadi masih berharap renovasi asar  kembali dilanjutkan. Saya juga yakin banyak pedagang yang berharap renovasi pasar ini dilanjutkan.  Soalnya memang banyak sekali warga Kota Pempek yang menggantungkan nasib pada Pasar Cinde Palembang.  Semoga ini nggak jadi harapan kosong ya. 

Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Pasar Barongan Jombang, Pasar Paling Kalcer yang Wajib Dikunjungi Muda-Mudi Masa Kini

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version