Saya rasa akan banyak cerita yang dialami saat melaksanakan KKN, baik yang bisa diterima oleh khalayak maupun yang sengaja ingin disembunyikan. Tapi, saya yakin ada beberapa hal tentang yang menghantui kalian, bahkan setelah lulus.
Dan itu yang terjadi pada saya.
Setelah saya sudah selesai menjadi mahasiswa, tentunya saya selesai juga laksanakan KKN. Justru pikiran saya malah dihantui dengan adanya foto rektor yang dipasang pada baliho posko KKN. Mungkin itu nggak terlalu penting bagi orang yang hidupnya nggak mau ribet, tapi entah kenapa saya malah berpikir, itu tujuan dan faedahnya apa sih?
Mungkin hal tersebut juga terjadi di daerah lain, termasuk di daerah saya di Sulawesi Barat. Ada beberapa kampus yang ada di Sulawesi Barat, bahkan di luar Sulawesi Barat, yang mahasiswa KKN-nya ditempatkan di wilayah Sulawesi Barat, itu nggak pernah absen foto rektor selalu terpampang besar. Seakan menjadi dosa besar kalau nggak memasang foto rektornya di baliho tersebut.
Menurutku itu nggak penting, dan lama-kelamaan justru itu hanya akan merusak pemandangan saja. Mengapa mesti dipasang? KKN yah KKN saja, nggak usah ada embel-embelnya. Fokus saja mengabdi dan berbaur kepada masyarakat, mengenal kehidupan rakyat dan laksanakan program KKN dengan baik. Itu sejatinya KKN dilaksanakan. Pihak kampus, terlebih kepada rektor nggak usah juga cari-cari muka di masyarakat, seakan memasang badan kalau rektornya memiliki andil besar, padahal nggak juga.
Emangnya lho (untuk rektor terhormat) pernah berempati dan merasakan bagaimana pedihnya orang tua mahasiswa dalam membayar UKT tiap semester? Terlebih orang tua mahasiswa yang perekonomiannya rendah, nggak kan?
Boro-boro berempati, tuntutan mahasiswa untuk nurunin UKT saja, ehh malah nggak nongol-nongol juga.
“Kampanye” di baliho KKN, etikanya di mana?
Yang jadi problem sebenarnya, kalau ada rektor yang mau ikut dalam kontestasi politik alias mau nyaleg, selalu pasang fotonya pada setiap baliho posko KKN. Ini menurut saya nggak beretika, seakan ingin meraih popularitas dan suara rakyat lewat medium mahasiswa yang KKN. Mungkin nggak terlalu berpengaruh amat juga sih. Tapi tanpa sadar psikologi masyarakat bisa dipengaruhi secara nggak langsung, terlebih kepada mahasiswanya.
Mengapa saya ungkit ini, karena kebetulan ada rektor yang mau nyaleg di daerah saya Sulawesi Barat. Dan fotonya selalu terpampang besar saat ada mahasiswanya yang KKN. Bukan hanya kegiatan KKN, ketika ada program lain dari mahasiswa pun juga begitu. Faktanya lagi, sudah sering kali kampus tersebut yang kabar tersebar kalau rektornya mau nyaleg di daerah Sulawesi Barat, setiap kali mahasiswanya mau KKN selalu saja ditempatkan di wilayah Sulawesi Barat, di daerah pemilihannya nanti.
Pikirku malah menjadi-jadi. Jangan-jangan sang rektor ini mengambil setiap kesempatan demi kepentingannya saat nyaleg nanti. Bukan tanpa opini memang, balihonya juga banyak tersebar di kampung-kampung, terlebih di pinggir jalan, dengan motto yang jelas banget berbunyi kampanye.
Yang mengganjal pikiran saya sebenarnya, posisinya sebagai rektor dan kaum akademisi, tapi malah menggunakan posisinya itu untuk kepentingannya saat nyaleg nanti. Artinya kampus sebagai lembaga pendidikan, justru dijadikan sebagai ladang berpolitik dan ingin menggaet suara rakyat. Pikirku kalau mau jadi akademisi, fokus saja di situ dan laksanakan tujuan lembaga pendidikan sebagaimana mestinya.
Jangan malah jadikan jabatan rektor untuk bermanuver dalam politik praktis, menjadikan jabatan sebagai rektor untuk meraih suara dalam kontestasi politik. Apabila itu dilakukan, tentu lembaga pendidikan seakan ternodai.
Main dengan cara yang baik-baik saja
Kalau memang mau jadi nyaleg, main dengan cara yang baik-baik saja. Kalau perlu, lepaskan jabatan rektor, dan fokus untuk mencari suara rakyat mulai dari akar rumput. Saya rasa itu lebih bijaksana dan sangat terhormat, daripada gunakan jabatan rektor untuk mengelabui rakyat.
Jangan sampai kalau terlalu rakus soal kerjaan, menjabat sebagai rektor sembari harus melaksanakan program dan menawarkan visi yang bisa diterima oleh masyarakat, justru simpang siur. Efeknya malah jadi nggak fokus urus pendidikan. Masalah mahasiswa nggak tahu lagi karena sudah jarang di kampus, dan yang jadi tumbal pun adalah mahasiswa. Lalu apa kerjaan lembaga yang katanya bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa?
Sebagai penutup, meski terbilang aneh dan sepele, pasang foto di baliho posko KKN itu nggak ada faedahnya. Apalagi kalau rektornya rencana mau nyaleg, bukan lagi nggak berfaedah kalau begitu, justru malah merusak citra dan nurani lembaga pendidikan.
Penulis: Budi Prathama
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA KKN Itu Asyik dan Menyenangkan, tapi Tidak untuk Diulang