Parasocial relationship atau hubungan parasosial adalah hubungan sepihak yang dibentuk oleh seseorang dengan para idolnya atau media persona, seperti selebriti, influencer, tokoh kartun, karakter fiksi, dan lainnya. Hubungan parasosial ini memiliki ketertarikan yang berlebih bagi para penggemar terhadap idolanya, bahkan sampai pada tahap delusional atau halusinasi.
Fenomena ini bukanlah hal yang baru. Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh antropolog Donald Horton dan sosiolog Richard Wohl pada 1956 ketika mereka meneliti interaksi penggemar yang menganggap dirinya memiliki hubungan sosial dengan sosok yang sering mereka lihat di media.
Hubungan parasosial sering kali dirasakan sebagai hubungan interpersonal yang terjadi antara dua pihak. Namun pada kenyataannya, hal ini hanya dirasakan oleh satu pihak saja karena tidak adanya timbal balik yang terjadi. Para tokoh idola yang sangat disenangi pun pada dasarnya tidak mengetahui keberadaan pihak lain, atau para fans secara personal.
Hubungan parasosial dapat muncul ketika para fans merasa bahwa dirinya adalah teman dari tokoh idolanya. Dengan menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan media persona, para fans ini menganggap mereka memiliki hubungan yang intim. Contoh simpelnya, lihat fans K-pop yang mengidolai salah satu anggota girl/boyband pujaan mereka. Dunia hiburan Korea memiliki acara reality show bagi para idol di negara tersebut, dan itu bikin mereka merasa tahu banyak hal mengenai bias mereka. Mulai dari sifatnya, perilakunya, kebiasaan, dan sebagainya.
Menurut Giles & Maltby (2006), Parasocial Relationship memiliki 3 level/stages. Apa aja sih? Yuk simak di bawah ini.
#1 Entertainment: Social Level
Dalam tahap ini kita mencari tahu berita yang up to date mengenai para selebriti atau idola kita. Misalnya jika kita sangat menyukai lagu karya IU, maka kita akan mencari tahu kabar terbarunya, apakah ia mengeluarkan single terbaru atau tidak. Yang perlu ditekankan adalah pada tahap ini kita mencari tahu kabar terbaru para idola kita hanya untuk sebagai hiburan biasa, bukan lebih.
#2 Intense: Personal Level
Tahap ini terjadi kita mulai memiliki perasaan yang intens atau penasaran dengan kehidupan personal si seleb/idola itu. Level ini masih dikatakan normal karena hal ini yang biasanya kita rasakan ketika merasa benar-benar sedang mengidolakan persona. Contohnya ketika kita mencari tahu informasi personalnya, seperti umur berapa dia sekarang? Apakah dia punya pacar? Apa saja karyanya? dll.
Selain itu, meskipun beberapa orang di tahap ini mulai merasa halusinasi, seperti, “Lee Jong Suk itu cowok aku,” tapi kita masih sepenuhnya dapat menyadari jika yang kita halukan hanyalah seorang selebriti. Biasanya hal ini pun hanya sementara karena bisa saja kita menyukainya hanya ketika sedang menonton film atau lainnya.
#3 Borderline Pathological
Tahap ini dapat dikatakan adalah tahap yang terparah yang mana seseorang mulai memiliki fantasi yang berlebih terhadap idol mereka (delusional). Contohnya seperti, seseorang akan sangat merasa jika idolanya memiliki perasaan yang sama dengan mereka, menghabiskan uang yang sangat banyak untuk membeli semua merch, atau bahkan menguntit.
Delusional atau halusinasi yang dirasakan beberapa fans idol dapat berujung membahayakan diri mereka sendiri saat perilaku halusinasinya sampai mengganggu kehidupan sosial dia.
Selain tiga hal di atas, parasocial relationship memiliki dampak yang perlu kita tahu. Adanya hubungan parasosial ini dapat berdampak positif ketika disikapi dengan bijak, media persona dapat menjadi semangat, motivasi, dan meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Menurut Greenwood & Long (2009), hubungan parasosial ini pun berguna untuk menghadapi rasa kehilangan atau rasa kesepian yang dimiliki oleh seseorang di dunia nyata.
Namun, dampak negatif yang ditimbulkan dari hubungan ini ialah dapat mengakibatkan ketergantungan terhadap persona yang diidolakan sehingga berujung pada fanatisme dan obsesi. Selain itu, ketergantungan yang berlebihan bisa mengganggu hubungan sosial di dunia nyata.
Maka dari itu, kita sebagai penggemar perlu membatasi diri agar tidak terjebak dalam cinta buta yang terlalu dalam dengan persona di parasocial relationship. Memang tidak ada yang bisa disalahkan dalam hubungan parasosial yang tidak sehat, khususnya para fans. Hal ini karena banyak pihak yang menjual fantasi seseorang demi memperoleh keuntungan, ditambah juga dengan fanservice atau layanan penggemar yang sangat banyak. Misalnya pada idol K-pop, mereka seolah-olah dibuat menjadi “pacar ideal” yang dapat memikat ketertarikan para fans.
Dengan majunya teknologi seperti saat ini, rasanya tidak mungkin seseorang tak terlibat di hubungan parasosial. Tetapi, yang harus disadari ialah bagaimana cara kita untuk tidak terjerumus lebih jauh ke dalam hubungan parasosial yang tidak sehat. Untuk itu, mari kita mendukung idola kita dengan sewajarnya.
Penulis: Nadia Puteri Ophelia
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kata Siapa Nonton Drakor Bikin Halu?