Apabila berada di kampung halaman mungkin kita sudah hafal dan mengerti beberapa patokan tempat yang bisa membantu kita dalam mengidentifikasi rute jalan. Namun, ketika kita benar-benar berada di tempat yang asing, kita tentunya perlu mandiri dan memanfaatkan teknologi yang ada yaitu Maps.
Banyak spekulasi berkembang di luar sana yang menyatakan bahwa cewek memiliki kelemahan di bidang ini. Padahal, ada juga kok cowok yang kesulitan membaca Maps. Keadaan semacam itu tentunya sangat menjengkelkan. Terlebih lagi ketika cuaca sedang terik dan kita benar-benar asing terhadap daerah tersebut. Perasaan jengkel, bingung, hingga lemas bercampur menjadi satu hingga badan pun bingung harus bereaksi seperti apa saat kejadian laknat itu menimpa.
Saya sendiri cukup heran, mengapa ada orang yang kesulitan membaca Maps. Padahal, instruksi yang diberikan navigator kepada pengemudi nggak terlalu banyak, lho. Beberapa instruksinya yang biasanya diberikan paling belok kanan/kiri, putar balik, masuk ke bundaran, dan yang cukup membingungkan mungkin hanya saat di jembatan layang/jalan bawah tanah saja.
Nah, berbekal pengalaman menjadi navigator dalam berbagai kesempatan, di sini saya bakal sedikit memberikan panduan kepada kalian. Agar nantinya kalian bisa lebih mengerti bagaimana caranya menjadi navigator andal.
Memberikan deskripsi secara gamblang
Biasanya orang-orang “buta arah” tadi sering mengalami kebingungan saat memberikan informasi kepada pengemudi. Apalagi jika sedang melewati jalan utama di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Hal tersebut disebabkan banyak jalan kecil yang ada di sekitar jalan utama sehingga navigator menjadi bingung mana belokan yang tepat untuk berbelok.
Untuk meminimalisir hal tersebut, seorang navigator bisa memberikan informasi secara lebih mendetail. Daripada memberikan informasi seperti “200 meter lagi belok kanan”, pengemudi akan lebih memahami informasi seperti “belok kanan setelah melewati tiga pertigaan”. Selain itu, navigator juga bisa memberikan informasi berupa patokan tempat besar yang sekiranya dapat terlihat. Sebagai contoh, “belok kanan setelah bangunan SD”. Dengan begitu, kalian tidak perlu takut salah dalam memberikan instruksi. Sebab, informasi yang sudah saya sebutkan tadi sudah pasti valid dibandingkan dengan informasi jarak yang sulit diperkirakan oleh pengemudi.
Sebisa mungkin hindari jalan tikus
Jalan tikus merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk menghindari kemacetan. Namun, seorang navigator pemula sangat tidak disarankan mencoba-coba alternatif ini. Sebab, biasanya GPS Maps akan mengarahkan kita untuk melewati jalan desa sebagai rute tercepat. Di sinilah letak bahaya dari pemilihan jalan tikus oleh navigator pemula.
Jalan desa sendiri sudah pasti memiliki banyak gang kecil. Apabila kita tidak memahami kondisi jalan di sekitar tempat tersebut tentunya akan sangat riskan. Sebab, terkadang terdapat gang yang ditutup pada jam-jam tertentu. Padahal, Maps tidak selalu memberikan update terkait jalan mana yang ditutup. Ditambah lagi jalan desa memiliki bentuk yang menyerupai labirin sehingga semakin membingungkan navigator pemula tadi.
Manfaatkan fitur Maps yang ada
Bagi seorang navigator, peta merupakan senjata di mana seharusnya mereka memahami apa saja bagian dari senjata tersebut. Apabila seorang navigator malas mengeksplorasi senjata yang mereka punya, senjata yang hebat berubah menjadi alat yang tidak berguna. Hal tersebut juga berlaku pada aplikasi Maps yang dimiliki navigator.
Fitur-fitur yang tersedia seharusnya dieksplorasi sehingga navigator bisa lebih mudah mengarahkan pengemudi. Seperti yang saya katakan sebelumnya, area yang mungkin sedikit membingungkan adalah jembatan layang dan jalan bawah tanah. Nah, navigator harus mengerti arti simbol yang biasanya tertera pada display. Selain itu, navigator juga bisa melakukan zoom in dan zoom out untuk melihat lebih jelas ke mana kendaraan harus melintas. Satu tips mengenai jalan layang dan jalan bawah tanah yaitu jalan tersebut biasanya digunakan untuk mempercepat arus lalu lintas sehingga jalan tersebut biasanya mengarah ke arah jalan utama.
Jangan berikan instruksi secara mendadak
Terkadang, navigator sebenarnya bisa membaca Maps dengan cukup baik, namun mereka ini seringkali terlambat dalam memberikan instruksi. Apabila saya memiliki reflek dewa seperti Manuel Neuer mungkin bisa saja langsung membelok dengan kecepatan penuh. Tapi, saya sendiri hanya manusia biasa yang memerlukan proses mencerna informasi sebelum informasi diteruskan oleh otak ke seluruh tubuh untuk segera bergerak.
Mbok ya jangan memberikan instruksi di saat itu juga. Berikan jeda waktu beberapa meter untuk mempersiapkan kondisi kendaraan berbelok entah itu mepet kiri atau mepet kanan terlebih dahulu. Setelah kendaraan siap, monggo kalian bisa memberikan instruksi.
Jika semua navigator mengikuti panduan yang saya buat, saya bisa jamin tidak ada lagi percekcokan pasangan di tengah jalan akibat si cewek tidak bisa mengoperasikan Maps dengan baik. Setelah membaca panduan ini, apakah saya sudah cocok untuk menggantikan Nami di kru Topi Jerami?
Sumber Gambar: Pixabay