Panduan Singkat buat Kamu yang Mau Pergi ke Priok

Panduan Singkat buat Kamu yang Mau Pergi ke Priok

Panduan Singkat buat Kamu yang Mau Pergi ke Priok (Unsplash.com)

Mendengar nama Priok, kebanyakan orang mungkin akan merasa ngeri. Rekam jejak daerah di bagian utara Jakarta ini memang cukup keras. Betapa tidak, mulai dari kasus kerusuhan Tanjung Priok hingga kerusuhan makam Mbah Priok yang fenomenal itu terjadi di sini.

Sebagai orang yang lahir serta tumbuh besar di Priok, saya paham betul pandangan orang-orang yang menatap berbeda tiap saya menyebutkan tempat tinggal saya itu. Pernah suatu kali saya naik taksi sekitar jam 4 dini hari dari Bandara Soekarno Hatta menuju Priok. Sopir taksi yang saya tumpangi awalnya ragu mengantarkan. Berkali-kali blio bertanya, “Aman kan, Mas?”

Sebelumnya, kamu harus tahu dulu soal daerah ini lantaran Priok secara kultural berbeda dengan Priok dalam wilayah Kecamatan Tanjung Priok. Ada wilayah yang nggak masuk dalam Kecamatan Tanjung Priok, tapi sering disebut Priok karena secara kultural memang “Priok banget”, misalnya Kecamatan Koja.

Sementara itu, ada juga kawasan yang masuk dalam Kecamatan Tanjung Priok, tapi jarang disebut sebagai bagian dari Priok, sebut saja Kelurahan Sunter Agung dan Sunter Jaya. Dua kelurahan ini lebih dikenal sebagai Kawasan Sunter. Mungkin karena kultur dan kehidupan masyarakatnya yang berbeda.

Nah, sebagai akamsi alias anak kampung sini, saya harus memberi panduan singkat mengenai apa saja yang perlu kalian lakukan dan yang nggak perlu kalian lakukan ketika pergi ke daerah Priok.

#1 Nggak perlu bawa senjata sebagai pelindung diri

Pergi ke Priok tak semenakutkan itu, Kawan. Sekalipun kamu pergi dengan Alphard, kamu nggak bakal diberhentiin di jalan tengah malam terus disuruh menyerahkan barang-barang berharga. Nggak gitu.

Memang sih ada bajilo (bajing loncat) cilik yang suka memantau jalanan untuk menyambar barang-barang berharga, tapi yang mereka incar bukan mobil mewah. Mereka justru mengincar truk-truk besar yang kelihatannya butut, namun membawa besi-besi bekas dari kapal-kapal rusak yang bersandar di pelabuhan.

Jadi, kalau kamu bukan sopir truk besar pembawa besi, kamu nggak perlu bawa senjata sebagai pelindung diri. Tenang saja. Nggak ada yang menjahatimu, kecuali kamu jahat duluan.

#2 Bukan karena pandemi, tapi pakai selalu maskermu

Ketimbang bawa senjata, akan lebih berguna jika kamu membawa masker. Ini bukan perkara pandemi, Mylov. Ini kewajibanmu yang mengunjungi Priok sebagai daerah yang dekat dengan pelabuhan tersibuk di Indonesia.

Mobil-mobil truk pengangkut kontainer, besi, dan, berbagai macam mobil truk berukuran panjang dan lebar akan banyak kamu temui di jalan. Hal ini tentu saja menimbulkan polusi yang nggak sedikit. Maka ada baiknya jangan lupakan masker untuk menghindari debu-debu di sana.

#3 Miliki kemampuan menyelip

Seperti yang sudah saya sebutkan, Priok yang merupakan daerah dekat pelabuhan tersibuk di Indonesia dipenuhi mobil-mobil besar macam Optimus Prime. Keberadaan mobil-mobil ini bisa membuat mental down mereka yang nggak terbiasa.

Gimana jantung nggak cenat-cenut, ketika sedang asyik berkendara naik sepeda motor, tiba-tiba ada dua mobil besar dengan ukuran roda setinggi 1,5 meter hadir di kanan kirimu. Di posisi seperti itulah kamu harus tetap tenang dan menggunakan kemampuan selap-selip antara roda-roda raksasa itu. Memang agak bahaya, sih, tapi mau gimana lagi?

#4 Jangan menatap muka orang yang nggak dikenal terlalu lama

Jika kamu berada di daerah Priok, saya sarankan jangan menatap muka orang yang kamu temui di jalan terlalu lama. Sebab, itu sama saja ngajak ribut. Kalau memang merasa dia mirip kenalanmu, ya tegur saja baik-baik. Kalau cuma ngelihatin mukanya saja, sih, kamu nanti dikira ngajak ribut.

#5 Belajar banyak bahasa

Seperti daerah Jakarta pada umumnya, Priok juga memiliki penduduk yang berasal dari berbagai daerah. Orang-orang Sunda, Jawa, dan Madura banyak ditemui di lorong-lorong gang di daerah sana. Ada juga beberapa orang dari tanah seberang seperti Sulawesi, Manado, dan Ambon yang rata-rata dulunya adalah pelaut yang bersandar di pelabuhan, lalu menetap dan beranak-pinak.

Kamu bakal lebih mudah menyatu di sana kalau bisa memahami banyak bahasa. Sebab, kalau memakai bahasa daerah tertentu pada orang daerah tertentu, kamu bakal lebih mudah diterima. Tapi, itu nggak wajib, sih. Kebanyakan orang sana juga bisa bahasa Indonesia walau berasal dari berbagai penjuru Nusantara. Yang wajib itu gimana kamu bisa menerima perbedaan adat, budaya, agama, serta kebiasaan orang-orang yang ada di sana. Orang sana sudah cukup lama berbaur dan menghargai satu sama lain. Kalau kamu bukan orang yang cukup toleran, nggak cocok tinggal di Priok, Bung.

Itulah kira-kira panduan singkat buat kamu yang mau pergi ke daerah Priok. Jadi, besok-besok jangan parno lagi ya begitu mendengar nama daerah ini. Nggak semenakutkan yang kamu pikirkan, kok.

Penulis: Arya Iman Fatio
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version