Bagaimana jadinya jika seorang pencinta Djarum nongkrong di circle penikmat rokok Surya? Bagaikan fans Madridistas pake jersi Madrid di Camp Nou. Ngeri-ngeri sedap, Ya, kan?
Berdebat soal merek rokok memang tak ada habisnya. Apalagi saat kita tak sengaja bertemu dengan teman yang fanatik dengan merek rokok lain.
Bukan tidak mungkin, kita akan resah, jika kita tak kuat menjadi minoritas di suatu tongkrongan, lama kelamaan diri kita akan terkena serangan mental saat menghadapi ahlul hisab yang julid. Terlebih, saat kita berdebat soal merek rokok di tongkrongan kompetitor. Ketika itu terjadi, siap-siap Anda akan di-roasting.
Memang, menjadi beda adalah bagian dari orientasi pendewasaan mental. Namun, semua itu akan terasa sulit jika kita tak mempersiapkan peluru-peluru opini yang bisa mengimbangi pendapat mereka.
Tema ini memang bukan pembahasan serius. Tapi, akan menjadi menarik jika itu dibahas di tempat nongkrong. Seperti cafe dan angkringan. Sebab, di sanalah tempat ahlul hisab berkumpul.
Kembali ke pembahasan. Mengapa pencinta Djarum harus persiapkan mental saat away ke Kediri?
Kita tahu, Kediri adalah markas besar bagi penikmat rokok Surya. Selain sego tumpang, Kediri juga mempunyai icon yang terkenal di kalangan penikmat rokok Indonesia. PT Gudang Garam Tbk, pabrik rokok itu berdiri kokoh di pusat Kota Kediri. GG adalah salah satu produsen rokok termashur di Indonesia. GG menjadi ikon Kediri sejak puluhan tahun lamanya. Sama halnya dengan Pajero dan Fortuner, GG lewat Surya 12-nya, telah menjadi rival abadi Djarum Super di circle penikmat udut dalam negeri.
Sama-sama berkiprah di segmen rokok filter, dua merek ini berhasil menguasai market share produk rokok tanah air. Di Jawa Timur, Surya adalah penguasa pasar. Namun, bukan berarti Super harus berpangku tangan atas itu. Djarum Super kini berhasil menguasai pangsa pasar di beberapa wilayah. Seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Saya adalah penikmat rokok Djarum sejak lima tahun terakhir. Sebelumnya, saya merupakan penikmat rokok Sukun, salah satu merek rokok mid-range asal Kudus. Saya hijrah ke rokok Djarum karena lingkungan. Teman tongkrongan saya banyak mengkonsumsi rokok Djarum saat saya masih menjadi santri Lasem, Rembang. Di Lasem, Djarum adalah penguasa.
Setelah lulus SMA, saya melanjutkan kuliah di Malang. Kemudian lulus dan bekerja di Kediri. Selama tinggal di Kediri. Teman-teman saya kebanyakan perokok Surya. Di mana-mana ada Surya. Sampai-sampai di beberapa sudut kota dibangun monumen bertulis “Kita Adalah Surya”. Ya, Kediri adalah Surya. Begitu juga dengan selera rokok warganya.
Tapi, diri ini memberontak. Sekali Djarum, tak akan berpindah ke lain hati. Dengan merek rokok aja aku setia, apalagi dengan kamu. Eh.
Nah, selama di Kediri, saya menemukan tiga formula jitu. Agar nantinya orang seperti saya tak kaget dan terserang mental saat nongkrong di Kediri.
Pertama, Anda harus menemukan tongkrongan yang penjualnya berasal dari Jawa Tengah. Mengapa demikian? Sebab, lidah orang Jawa Tengah mayoritas cocok dengan Djarum. Maka, dengan adanya orang dalam, kita bisa dengan mudah melempar pertanyaan kepada lawan debat saat nongkrong. Seperti, “Kopimu enak ra? Lek gak bakule ngerokok Djarum. Rasa kopimu ra balak enak koyok ngene”.
Kedua, ajak teman Anda yang suka Djarum ke tempat nongkrong. Nah, selain menjadi teman debat. Nantinya, teman tersebut juga bisa kamu jadikan sebagai objek roasting opsional. Di situ kamu bisa berkamuflase sementara menjadi penikmat rokok lain.
Terakhir, kamu bisa buat pertanyaan filosofis seperti, “Kenapa Gudang Garam isinya kok rokok?” Ketika mereka menjawab pertanyaan tersebut. Kamu bisa kembangkan pertanyaan itu sampai mereka bilang “Kita Adalah Djarum”.
Nggak nyambung? Nggak apa-apa, yang penting udude Super.
Sumber gambar: YouTube Iklan Rokok
BACA JUGAÂ Marlboro Kretek Itu Sebenarnya Enak, meskipun Tembakaunya Kadang Nggak Merata dan Kurang Padat