Akhir-akhir ini saya sering menemukan di Twitter, banyak orang yang nggak bisa membedakan mana tokoh villain dan mana tokoh antagonis. Contohnya dalam salah satu tweet viral yang pernah saya lihat, mempertanyakan kenapa orang bisa suka sama karakter villain. Di tweet tersebut, sang poster ikut menyandingkan gambar Oikawa dari Haikyuu dengan Aizen dari Bleach dan Madara dari Naruto.
Tentunya nggak nyambung, kapten tim voli disandingkan sama dua karakter pemantik perang berdarah. Cuma karena Oikawa nggak sreg-sreg an dengan salah satu karakter utama Haikyuu, Kageyama bukan artinya dia karakter villain. Kita ini ngomongin Aizen, pelaku makar terhadap Soul King dan Madara, pemantik Perang Shinobi keempat yang membunuh ribuan orang. Andaikan ada kejahatan yang dilakukan Oikawa, kejahatan itu paling melanggar UU ITE soal pencemaran nama baik ke Kageyama.
Yang terbaru, ada orang mengirim tweet seperti ini di suatu Automenfess. Nadanya menyamakan karakter antagonis dengan karakter villain sehingga mereka layak dapat karma. Hadeh, memang siapa yang bilang karakter antagonis itu artinya karakter jahat?
*jpf ini apa sumpah? udah jadi antagonis, gapernah dapet karma, dikasih happy ending lagi???? pic.twitter.com/TfvzVTmsH3
— Japanfess terang (@JPFBASE) March 30, 2021
Jelas, di sini banyak orang masih bingung membedakan antara mana karakter antagonis, dan mana karakter villain. Oleh karena itu, saya di sini berusaha menjelaskan perbedaan mendasar antara protagonis dan antagonis dengan hero dan villain. Harapannya, jangan ada orang ngadi-ngadi lagi saat bicara soal karakter villain.
Protagonis dan hero
Kalau mengikuti cerita klasik kaya di dongeng, tentunya protagonis selalu adalah pahlawan, sedangkan antagonis adalah penjahat. Namun di era modern, masalah moralitas karakter bukan lagi penentu apakah mereka adalah protagonis atau antagonis. Jika kita lihat pengertiannya secara semantik, protagonis berasal dari bahasa Yunani yaitu mereka yang memainkan peran utama. Dari definisinya, protagonis bisa dibilang sebagai karakter dengan fokus utama di dalam cerita.
Hero dalam cerita fiksi dapat diartikan sebagai karakter yang menghadapi bahaya dan kesulitan demi melindungi sesuatu. Karakter hero oleh karena itu bisa dilihat sebagai representasi dari kebaikan. Di sini udah jelas terlihat perbedaannya, di mana protagonis adalah definisi dari karakter yang mendapat fokus paling besar dalam cerita sedangkan hero adalah representasi dari kekuatan kebaikan.
Namun, karena seorang karakter jadi pusat perhatian utama cerita, bukan berarti karakter tersebut melakukan tindakan yang baik atau bahkan representasi dari ideologi si penulis. Karakter utama sendiri pun bisa jadi representasi dari kejahatan atau ideologi yang bertentangan dengan si penulis. Contohnya, Michael Corleone dari The Godfather , Patrick Bateman dari American Psycho, Louis Bloom dari Nightcrawler, dan Jordan Belfort dari The Wolf of Wall Street.
Di dunia jejepangan, ada karakter kaya Light Yagami dari Death Note. Baik di dalam versi manga, anime, ataupun drama teater, Light selalu ditampilkan sebagai tokoh narsistik dan megalomania. Mangaka Death Note, Tsugumi Ohba dalam buku panduan untuk fans menyatakan Light sebagai karakter jahat. Light nggak segan-segan membunuh anggota kepolisian ataupun orang sipil tak berdosa untuk mewujudkan visinya akan dunia tanpa kriminal. Walaupun begitu, cerita Death Note dari awal hingga akhir selalu diambil dari sudut pandang Light, bukan mereka yang menentang ideologinya.
Antagonis dan villain
Jika protagonis adalah karakter utama dalam suatu cerita, antagonis adalah lawan dari karakter utama itu sendiri. Dilihat dari asal usul katanya, antagonis berarti melawan untuk mendapatkan hadiah. Artinya tokoh antagonis adalah mereka yang melawan protagonis untuk mendapatkan atau mewujudkan sesuatu.
Sekali lagi, nggak ada keharusan buat tokoh antagonis untuk menjadi representasi karakter jahat alias villain. Mereka yang melawan protagonis nggak selalu harus villain, contohnya di serial olahraga seperti Haikyuu. Lawan dari tim Karasuno dari Dateko sampai Nekoma akan dikategorikan sebagai antagonis, tetapi mereka bukan villain. Kebetulan saja motivasi kedua belah tim itu berbenturan dalam cerita yaitu untuk memenangkan turnamen.
Namun, jika karakter utama dalam cerita masuk kategori villain, malahan tokoh antagonis yang bakal berperan menjadi representasi pahlawan dalam cerita. Balik lagi ke serial Death Note, jika Light dikategorikan sebagai protagonis sekaligus villain, lawan darinya akan bertindak sebagai pahlawan. Di sinilah kita mendapatkan karakter L yang berusaha menangkap pembunuh berantai Light. Sebagai satu-satunya lawan ideologis dari Light, maka L mengambil posisi sebagai hero dalam Death Note walaupun berposisi sebagai tokoh antagonis
Sedangkan di dunia sinema, ada tokoh antagonis seperti agen INTERPOL Jack Valentine dari film Lord of War. Yuri Orlov sebagai protagonis utama dalam film ini digambarkan sebagai pedagang senjata pragmatis dan amoral. Dari diktator hingga pelaku genosida, Yuri menjual senjata kepada siapa saja yang dapat membayar. Maka posisi Jack sebagai karakter antagonis yang berusaha menangkap si protagonis, adalah representasi dari pahlawan dalam cerita.
Nah, sekarang udah jelas kan? Protagonis dan antagonis adalah deskripsi yang menjelaskan peran karakter dalam cerita baik sebagai karakter utama dan lawan karakter utama. Sedangkan hero dan villain adalah deskripsi dari moralitas tindakan dan ideologi karakter dalam cerita. Walaupun secara tradisional, cerita fiksi cenderung membuat tokoh hero menjadi protagonis dan villain menjadi antagonis, keduanya jelas berbeda.
Apalagi jalan cerita fiksi di era modern makin kompleks, sehingga menentukan mana pahlawan dan penjahat tidak lagi sesimpel mana karakter utama dan siapa lawannya. Jadi jangan lagi ada yang ngadi-ngadi bilang Oikawa itu karakter villain. Masa jadi lawan tanding pas pertandingan voli dianggap sama dengan penjahat.
BACA JUGA Film Tentang Anti-Hero yang Lebih Bagus dari Joker Part 1 dan tulisan Raynal Arrung Bua lainnya.