Yang namanya pacaran lalu putus cinta dari mantan memang adalah hal yang biasa terjadi. Saking seringnya terjadi, putus cinta ini sudah dianggap remeh. Oleh karena itu, kalau ada yang ketahuan nangis tujuh hari tujuh malam karena putus cinta, akan dianggap alay—oleh sebagian orang.
Padahal, pada kenyataannya menangis saat putus cinta itu juga hal yang wajar, sama wajarnya dengan putus cinta itu sendiri. Tidak ada yang salah dengan menangis. Namanya juga lagi merasa sakit, kan tidak mungkin putus cinta malah bikin syukuran. Selain aneh, syukuran juga butuh duit yang tidak sedikit.
Setelah putus cinta, ada orang yang butuh waktu lama untuk mau pacaran lagi. Meskipun sebenarnya sudah jatuh cinta pada orang yang baru. Kadang mereka lebih memilih memendam perasaan cintanya daripada harus pacaran. Trauma, takut kalau harus sakit hati lagi mending nikah aja yuk! Akan tetapi ada juga yang masa bodoh sama sakit hati yang sudah lewat. Optimis kalau kisah cinta berikutnya akan jauh lebih bahagia.
Selain itu, setelah putus cinta tentu saja akan muncul satu profesi-atau-spesies-atau-monster-atau apa pun itu namanya yang jelas makhluk tersebut disepakati secara umum dengan sebutan mantan. Kedua belah pihak yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan percintaan akan disebut mantan.
Setiap dari kita yang pernah pacaran lalu putus, pasti punya pengalaman yang unik dan menggemaskan tentang mantan. Entah itu pengalaman yang adem untuk dikenang atau pun pengalaman yang apes untuk dikenang.
Selain urusan sesama mantan, ada lagi masalah yang bisa timbul saat berakhirnya hubungan pacaran. Yaitu, pacarnya mantan yang tidak ada angin tidak ada hujan jadi benci dan tidak suka sama kita. Alasan bencinya juga tidak jelas karena apa. Pokoknya benci dan tidak suka aja—titik. Padahal kenal juga tidak.
Biasanya, orang-orang yang seperti ini adalah orang-orang yang tidak percaya diri. Tidak yakin bahwa dia punya sesuatu yang istimewa dibanding mantan dari pacarnya. Di otaknya cuma ada rasa ketakutan. Takut kalau pacarnya direbut kembali. Saking takutnya, kadang dia lebih fokus ngurusin mantan dari pacarnya dibanding ngurusin pacarnya atau dirinya sendiri. Akhirnya, hubungannya yang tadinya baik-baik saja malah jadi benar-benar hancur. Lalu lagi-lagi menyalahkan mantannya pacar, padahal dari awal yang heboh juga dia sendiri.
Bagi kita yang ada di posisi sebagai mantannya pacarnya dia—ngerti kan maksud saya?—kejadian semacam ini tentu mengherankan. Kalau masih dalam tahap sekadar benci dan tidak suka mungkin masih bisa dimaklumi tapi kalau sudah sampai pada tahap kita “diteror” dengan segala macam pesan yang berisi permintaan aneh-aneh, rasanya tentu jadi tidak nyaman.
Kita diminta untuk tidak menggangu dia dan pacarnya—padahal kita memang tidak pernah melakukan apa-apa, bahkan berkomunikasi pun tidak. Justru pacarnya dia yang masih suka kirim pesan dan menelepon—dan kita tidak ada waktu untuk menanggapi. Pacarnya dia juga yang masih suka mengenang masa lalu, masih suka ingat tanggal spesial. Jadi, kita diminta untuk tidak mengganggu dalam hal apa?
Ada lagi kita diminta menjauh—padahal memang sejak masih pacaran kita sudah LDR. Jadi mau jauh bagaimana lagi? Mau beda planet gitu? Ya, silakan minggat kalau begitu.
Kalau sudah nekat, orang-orang yang katakanlah cemburu buta initidak jarang bisa berbuat “jahat”—melakukan hal yang sangat merugikan kita, menebar fitnah misalnya. Pernah tuh ada pacarnya mantan saya yang bikin fitnah macem-macem ke keluarganya mantan saya. Hasilnya?—hubungan saya dengan keluarganya mantan yang tadinya baik-baik saja, jadi rusak karena salah paham. Mereka ikut menuduh saya yang tidak-tidak—menganggap saya belum bisa move on. Padahal yah tentu saja tidak begitu. Akan tetapi, mau menjelaskan yang sebenarnya juga malas rasanya. Biar waktu sajalah yang membuktikan. Toh kata orang bijak, kebenaran itu akan menemukan jalannya sendiri—kita cuma harus bersabar.
Jadi, buat kalian-kalian yang benci sama mantannya pacar tanpa alasan yang jelas, mungkin sudah saatnya untuk berpikir ulang kembali. Manfaatnya membenci itu apa sih? Memangnya dengan membenci mantannya pacar, hubunganmu dengan pacarmu bisa terjamin keharmonisannya? Tentu tidak, bukan? Dengan kamu melakukan hal tersebut—membenci tanpa alasan—justru kamu akan terlihat tidak dewasa dalam bersikap. Norak, alay—pokoknya nggak banget lah.
Seandainya ternyata kamu menemukan fakta bahwa pacarmu masih suka mengenang masa lalunya dibanding menikmati masa sekarangnya bersama kamu—sepertinya sudah saatnya kamu mempertanyakan masa depan hubungan kalian. Susah menjalani hubungan kalau salah satunya terus berjalan mundur. Kalau hubunganmu ternyata berakhir karena pacarmu yang masih belum bisa move on, bukan salah mantannya pacar kamu dong! Apalagi salah teman-temannya Cinta, jelas bukan lah.
Ayolah jangan jadi pacarnya mantan yang menyebalkan. Kalau tidak bisa berteman baik dengan mantannya pacar, setidaknya jangan membenci dengan membabi buta. Jadi babi saja nggak bagaimana mau jadi babi buta? Seperti lirik lagunya Fourtwnty yang judulnya Zona Nyaman, “ kita ini insan, bukan seekor babi.”—SAPI WOY SAPI!!! Oh, sapi toh?—ya maap.
Juga untuk kamu, orang yang dibenci oleh pacarnya mantanmu—siapkan stock sabar yang banyak yah. Memang tidak akan mudah sih—sebagai manusia yang saat terusik, ego kita tentu ingin melawan. Akan tetapi, percayalah kadang ada masalah yang justru akan selesai jika kita memilih mengalah—memilih diam. Diam dan mengalah tidak selalu berarti kita ada di pihak yang salah atau kalah. Ada kalanya, diam dan mengalah justru menununjukkan posisi kita sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang sibuk mencintai sampai tidak punya waktu untuk—mereka yang—membenci.