Our Blues dan Isu Gangguan Mental pada Ibu Rumah Tangga

Our Blues, salah satu drama Korea yang sedang on going di Netflix, menjadi tontonan yang menarik perhatian banyak penonton. Hal tersebut terbukti dengan seringnya episode Our Blues trending di media sosial.

Bagi saya pribadi, drakor Our Blues ini punya daya tarik dengan format omnibus yang menyorot isu-isu penting di tengah masyarakat. Salah satunya adalah tema tentang gangguan mental. Diperankan oleh Shin Min Ah sebagai Seon-a, tema tersebut mengangkat kisah seputar seorang ibu rumah tangga yang mengalami depresi.

Jauh sebelum menjalani kehidupan rumah tangganya, Seon-a adalah remaja yang tumbuh dalam keluarga yang tidak sehat. Hampir tiap hari ia menyaksikan keributan dan perkelahian di rumahnya sendiri. Bisnis ayahnya yang bangkrut, adalah sumber masalah terbesar dalam kekacauan hubungan keluarga yang ia hadapi. Kebangkrutan itu kemudian berakibat pada perceraian ayah dan ibunya Seon-a, hingga berujung pada tindakan bunuh diri oleh ayahnya Seon-a. Kelak, luka masa lalunya itulah yang menjadi bibit tumbuhnya depresi dalam diri Seon-a.

Menjalani kehidupan dewasa yang juga sudah kehilangan sosok ibu, Seon-a kemudian menikah dan punya anak. Namun sayangnya, rumah tangganya pun hancur karena suaminya sudah tidak tahan hidup bersama Seon-a yang mengalami gangguan mental.

Sepanjang episode yang menyorot kehidupan rumah tangga Seon-a, ia digambarkan sebagai seorang istri yang kesepian karena suaminya sibuk bekerja. Pun ia penuh tekanan karena kerap berkonflik dengan suaminya.

Seon-a dan Dong Seok (Akun Instagram TvN)

Suami Seon-a tahu bahwa istrinya punya gangguan mental. Namun, ia tidak benar-benar hadir (kalau tidak bisa dibilang gagal) sebagai support system bagi Seon-a. Alih-alih memberi apresiasi atas apa yang sudah Seon-a lakukan (dalam mengurus keluarga), yang terjadi justru suaminya Seon-a sering berbicara ketus dan mengeluhkan apa yang Seon-a belum kerjakan.

Suami Seon-a hanya bisa mengeluh dan mencibirnya sebagai istri yang tidak becus mengurus rumah dan anak, bahkan mengurus diri sendiri. Padahal, ia sendiri sebagai seorang suami pun tidak banyak membantu dalam hal pekerjaan rumah tangga. Intinya, ia ingin Seon-a sembuh, tetapi yang ia lakukan dan katakan justru makin memperdalam luka yang Seon-a rasakan.

Berpisah dengan anaknya (karena hak asuh dimenangkan oleh suaminya) pun menjadi tekanan mental yang sangat besar bagi Seon-a. Bagaimanapun, ia adalah seorang ibu yang penuh cinta untuk anaknya dan berjuang agar bisa sembuh dan bertahan hidup hanya karena anaknya. Ketika kemudian keadaan membuatnya harus tinggal terpisah dengan anaknya, ini makin memburuklah kondisi Seon-a. Seon-a merasa kehilangan harapan dan pegangan hidup.

Lain lagi dengan Dong Seok. Terlepas dari kisah cinta tak sampainya dengan Seon-a, kita bisa melihatnya hadir sebagai sosok yang selalu ada untuk  Seon-a. Ia banyak membantu Seon-a. Namun, di beberapa bagian, saya menangkap ada yang keliru dari perkataan maupun perilaku Dong Seok kepada Seon-a sebagai pengidap gangguan mental.

Dong Seok memang punya cinta yang tulus untuk Seon-a, tetapi gaya bicaranya yang cenderung kasar justru sempat memberi kesan bahwa ia seperti memaksa—bukan mendukung—Seon-a untuk sembuh. Padahal, seperti yang kita tahu, bukan hal mudah bagi seorang pengidap gangguan mental untuk bisa sembuh. Meski itu juga tidak berarti bahwa pengidap gangguan mental tidak bisa sembuh.

Ketika Dong Seok tiba-tiba mencium Seon-a, itu juga menjadi gambaran tentang Dong Seok yang masih awam perihal gangguan mental. Termasuk bagaimana caranya ketika mendampingi pengidap gangguan mental.

Menonton drakor ini, khususnya melihat apa yang terjadi pada Seon-a, saya jadi ingat tentang kasus Kanti Utami. Meski tidak persis sama, tetapi ada beberapa hal yang berangkat dari titik yang sama.

Mereka sama-sama punya luka masa kecil yang dibawa hingga dewasa. Ia tertekan menjalani beban ganda hidup berumah tangga. Keduanya pun sama-sama tidak punya support system dalam menghadapi masa-masa berat.

Melalui kisah Seon-a di Our Blues, saya (dan kalian yang menontonnya) lagi-lagi diajak untuk melihat bahwa isu gangguan mental pada ibu rumah tangga adalah sesuatu yang penting. Depresi pada ibu rumah tangga itu nyata. Meski tidak mudah, keinginan untuk sembuh itu ada. Selain tindakan medis, yang juga dibutuhkan adalah support system dari lingkungan orang-orang terdekat.

Saya sangat menantikan bagaimana drakor Our Blues ini mengembangkan cerita tentang Seon-a. Apakah hanya cukup sampai di sini atau lanjut hingga Seon-a happy ending?

Penulis: Utamy Ningsih
Editor: Audian Laili

BACA JUGA Selain Punya 14 Karakter Utama, Ini Alasan Our Blues Wajib Banget Ditonton

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version