Ormawa Itu Memang Bukan Keluarga, Ngapain Ngebet Dibikin kayak Keluarga sih?

6 Hal yang Bikin Tinggal di Basecamp Ormawa Itu Menyenangkan

6 Hal yang Bikin Tinggal di Basecamp Ormawa Itu Menyenangkan (Pixabay.com)

Sebagai mantan mahasiswa si paling organisatoris, saya cukup sering dihubungi oleh adik-adik kelas saya yang masih aktif di ormawa. Kadang, hanya untuk sekadar memberitahu kegiatan yang akan diselenggarakan oleh ormawa. Atau bahkan meminta pertimbangan mengenai suatu keputusan strategis dalam organisasi.

Di tengah komunikasi saya dengan adik-adik kelas saya di ormawa, kerap kali mereka cerita bahwa visi dan misi mereka di organisasi adalah menjadikan organisasi ini seperti layaknya keluarga. Setiap ada yang bercerita bahwa visi dan misi mereka di ormawa seperti itu, saya hanya bisa tersenyum tipis. Sebab pasalnya, dari zaman saya masih kuliah sampai hari ini, masih ada saja orang yang ingin menjadikan ormawa layaknya sebuah keluarga.

Mungkin niat mereka baik, agar antara satu kader dengan yang lain, bisa saling peduli. Akan tetapi, bagi saya pribadi, itu merupakan suatu hal yang sangat sulit dicapai, bahkan nyaris nggak mungkin diraih. Oh iya, kita sama kan persepsi terlebih dahulu ya, maksud keluarga di sini adalah keluarga yang harmonis, bukan broken home.

Ada beberapa alasan yang membuat ormawa sulit diubah seperti keluarga. Pertama adalah nilai-nilai, setiap kader ormawa itu berasal dari beragam latar belakang keluarga. Dan setiap keluarga memiliki nilai-nilai yang berbeda untuk dipegang teguh.

Sangat sulit, jika ingin menyeragamkan nilai-nilai keluarga yang berbeda-beda tersebut. Makanya, yang dipakai dalam ormawa bukan nilai-nilai kekeluargaan, yang bisa jadi berbeda pemaknaannya di kepala setiap kader. Yang wajib dipakai dan dipegang teguh oleh kader ketika berorganisasi adalah nilai-nilai yang ada di dalam organisasi itu sendiri.

Misal nilai-nilai yang dipercaya oleh kamu, berbeda jauh dengan nilai-nilai yang ormawa miliki. Sebaiknya, nggak perlu melanjutkan proses kaderisasi di organisasi tersebut. Karena, hasil yang akan kamu terima dari ormawa, akan sukar diterapkan dalam kehidupan nyatamu, sebab sejak awal, sudah nggak sesuai dengan nilai yang kamu pegang selama ini.

Alasan kedua adalah tujuan, sebagai organisasi terkecil di masyarakat, setiap keluarga punya tujuannya masing-masing. Karena ruang lingkup keluarga itu kecil, setiap anggota biasanya berhak menyuarakan pendapatnya terkait tujuan yang ingin dicapai. Sebab, mereka jugalah yang akan berperan besar untuk menggapai tujuan tersebut.

Berbeda dengan keluarga, bisa saja tujuan ormawa dalam jangka panjang telah tertuang dalam visi dan misi organisasi. Kader dan pemimpin selanjutnya tinggal menerapkan tujuan organisasi tersebut, dalam bentuk progam kerja dan kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kader dan pemimpin di masa selanjutnya nggak mengambil peran dalam menyusun suatu tujuan organisasi. Suka, tidak suka, kader dan pemimpin ormawa selanjutnya wajib meneruskan tujuan ormawa yang sudah lama disusun.

Kenapa harus susah payah dibikin seperti keluarga, kalau ujungnya malah bikin organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya?

Berkacalah pada Real Madrid


Daripada susah payah berusaha menjadikan ormawa seperti keluarga. Sebaiknya, buat ormawa layaknya klub sepak bola saja. Siapa pun tim manajemen yang menjalankan klub bola, tujuan, nilai dan filosofi klub nggak pernah ditinggalkan.

Ambil contoh paling bagus adalah Real Madrid. Setiap tahun, Real Madrid memiliki target sebagai kampiun suatu turnamen (terutama Liga Champions). Baik di lingkup dalam negeri, benua, maupun internasional.

Siapa pun pelatihnya, dia pasti tau konsekuensi menukangi Madrid adalah itu. Cara Madrid meraih gelar juara pun, polanya juga sama. Dengan mengumpulkan talenta terbaik, dilatih pula oleh pelatih terbaik.

Tujuan, nilai dan filosofi milik Madrid terpatri selama puluhan bahkan mungkin ratusan tahun. Nggak peduli Presiden Real Madrid berubah, pelatih silih berganti dan pemain dibongkar pasang. Madrid tetaplah Madrid, salah satu klub paling besar sepanjang sejarah dunia, yang memiliki tradisi yang telah diturunkan dari generasi ke generasi.

Oleh karena itu, sebaiknya, jangan paksakan ormawa menjadi sebuah keluarga. Lebih baik jalankan roda organisasi layaknya sebuah klub bola, yang memiliki tujuan, nilai dan filosofi yang terang. Misal nggak bisa meniru Real Madrid, minimal seperti Bayern München lah. Yang terpenting nggak kaya Barcelona, kalau menjalankan ormawa seperti Barcelona, bisa bubar ormawanya.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 6 Hal yang Bikin Tinggal di Basecamp Ormawa Itu Menyenangkan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version