Percaya nggak sih kalau di Jakarta yang serba modern itu masih ada segelintir orang yang berprofesi sebagai ojek sepeda?
Sebelum mulai pembahasan, saya ingin bertanya terlebih dulu kepada jamaah mojokiyah. Apakah di daerah kalian masih ada ojek sepeda? Atau mungkin pernah mendengar tentang keberadaannya di masa sekarang ini? Saya rasa sudah sangat jarang sekali ditemukan ya, atau malah sudah nggak ada sama sekali.
Akan tetapi saya salah. Nyatanya, ojek sepeda masih bisa dijumpai di masa modern sekarang ini. Malah yang bikin saya heran sekaligus kagum adalah ojek sepeda masih ada di Jakarta. Iya, kita masih bisa menjumpai profesi satu ini di Jakarta, kota yang megah dan angkuh itu.
Jadi, ojek sepeda ini masih beroperasi di seputaran Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Tepatnya di sekitar Stasiun Kota Tua dan di sekitar Jalan Enim Raya Tanjung Priok. Kalau di sekitar Stasiun Kota Tua, memang masih saya lihat beberapa yang mangkal. Tapi kebanyakan yang mangkal di sana menawarkan jasa untuk kalangan wisatawan. Iya, di sana adalah daerah wisata Kota Tua. Namun, yang unik adalah para pengojek yang mangkal di sekitar Jalan Enim Raya Tanjung Priok.
Daftar Isi
Ojek sepeda, profesi “kecil” yang masih bertahan di Tanjung Priok
Di tengah perkembangan transportasi yang sangat pesat, keberadaan ojek sepeda tentu akan tergeser. Apalagi sekarang ojek online sudah sangat masif keberadaannya. Kita dengan sangat mudah menjumpai ojol di setiap sudut kota. Nah, di era di mana kita dengan mudahnya mengakses moda transportasi, masih ada lho orang yang berprofesi menyewakan jasa ojek sepeda.
Berbeda dengan yang ada di sekitar Kota Tua, ojek sepeda yang mangkal di sekitar Jalan Enim Raya Tanjung Priok menawarkan jasa ojek yang sesungguhnya. Mereka mengantarkan penumpang dari satu tempat ke tempat lain, atau mengantar barang.
Dari beberapa sumber yang saya baca, ojek sepeda di Tanjung Priok ini sudah ada sejak dulu, sekitar tahun 1970. Dulu, di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok, ada larangan masuk ke dalam area pelabuhan bagi becak, bemo, dan kendaraan lain. Alhasil, banyak orang yang beralih profesi sebagai tukang ojek sepeda.
Mengagumkannya, di zaman serba cepat seperti sekarang ini, masih ada orang yang tetap bertahan dengan profesi “kecil” ini. Iya, “kecil”. Soalnya, kabar yang saya dengar, ongkosnya berkisar Rp10 ribu sampai Rp15 ribu saja. Nggak sebanding dengan tenaga yang sudah dikeluarkan.
Tarif yang kelewat murah
Seperti yang saya bilang di atas, bisa dibilang profesi ojek sepeda ini adalah profesi kecil. Bukan berarti saya merendahkan profesi ini, ya. Kenapa saya bilang kecil? Soalnya tarif yang dipatok para pengojek ini berkisar antara Rp10 ribu sampai Rp15 ribu saja tergantung jarak yang ditempuh. Murah banget, kan?
Menurut saya, tarif yang ditawarkan nggak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan para pengojek. Effortnya luar biasa, lho. Membonceng orang di tengah jalanan Jakarta yang aduhai ruwetnya.
Sebenarnya jarak yang ditawarkan oleh pengayuh pedal ini pun nggak terlalu jauh. Hanya sekitaran Jalan Enim Raya, Jalan Bugis, dan sekitaran Pelabuhan Tanjung Priok. Ya, karena kebanyakan para pengojek ini rata-rata usianya sudah sepuh.
Hanya tersisa segelintir orang
Di Jalan Enim Raya Tanjung Priok ini, orang yang berprofesi sebagai tukang ojek sepeda hanya tersisa beberapa orang saja. Kurang lebih ada sekitar 10 orang. Dan uniknya, jam kerja mereka bergantian. Kayak shift gitu. Ada yang jam operasionalnya dari pagi sampai sore, ada juga yang baru keluar sore hingga larut malam.
Mengagumkannya, masih ada orang yang menggunakan jasa ojek sepeda ini. Menurut para pengojek, biasanya yang menggunakan jasa mereka adalah langganan tetap. Salut, sih. Masih ada orang yang berprofesi sebagai tukang ojek sepeda di tengah megah dan angkuhnya Kota Jakarta. Dan yang lebih salut lagi, masih ada orang yang jadi langganan tetap mereka.
Saya berharap, semoga ke depannya profesi ojek sepeda bisa terus bertahan atau malah hidup kembali. Bagus juga kan untuk mengurangi polusi Jakarta yang semakin menjadi-jadi.
Penulis: Jarot Sabarudin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kenapa Bakmi Jawa dan Soto Bening Susah Banget Ditemukan di Jakarta?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.