Hidup mahasiswa semester tanggung memang tidak bisa dibilang menyenangkan. Mau menyelesaikan studi, kok ya belum bisa. Tapi mau terjun ke dunia kerja, merasa belum siap karena masih ada tanggung jawab studi yang harus diselesaikan. Nanti takutnya kerja mengganggu atau terganggu hal-hal akademis macam sidang skripsi, kan kacau.
BTW, yang dimaksud mahasiswa semester tanggung adalah mereka yang sekarang menginjakkan studi di semester 5, 6,7, atau 8. Sebenernya 8 udah termasuk akhir sih, bahkan ada yang lebay menyebutnya semester fosil. Hadeh.
Tapi, di tengah kegalauan eksistensial itu, nonton sidang skripsi bisa jadi tontonan paling realistis sekaligus motivatif. Lantaran mau tidak mau, cepat atau lambat, mahasiswa semester tanggung akan sampai di titik itu juga. Ketimbang terus-terusan pura-pura santai padahal panik diam-diam, lebih baik mulai belajar dari yang sudah melangkah lebih dulu.
Jelasnya menebak-nebak bagaimana rasanya diuji adalah hal yang kurang efektif, jika dibandingkan dengan melihat langsung bagaimana kakak tingkat berhadapan dengan dosen penguji. Sehingga menyebut menonton sidang skripsi sebagai bentuk hiburan, jelas sangat bisa dibenarkan. Setidaknya lebih menghibur daripada ikut seminar motivasi yang ujung-ujungnya jualan e-book “Cara Lulus Tepat Waktu”.
Sidang skripsi itu dibuka untuk umum
Sidang skripsi itu dibuka untuk umum. Iya, beneran. Banyak yang belum tahu kalau ternyata siapa pun boleh nonton sidang skripsi, asal nggak ribut dan nggak ganggu jalannya acara. Nggak perlu undangan, nggak perlu surat rekomendasi dari dekan, cukup niat dan sedikit rasa kepo akademik. Tinggal datang, duduk manis di pojokan, dan perhatikan bagaimana mahasiswa lain berjuang mempertahankan hasil risetnya di hadapan dosen penguji yang (kadang) menjengkelkan.
Lain dari itu, hadirin pun tak perlu membayar uang masuk. Nggak ada tiket, nggak ada barcode, dan nggak ada panitia yang nyodorin kotak donasi di depan pintu. Pokoknya semua serba gratis. Tapi, manfaatnya bisa mahal banget jika paham cara menikmatinya.
Sebagus apa pun skripsi, akan tetap dicari salahnya
Mungkin salah satu alasan kenapa menonton sidang skripsi itu penting adalah karena dari situ kita bisa belajar satu hal mendasar, bahwa dosen penguji akan selalu menemukan celah. Mau se-perfeksionis apa pun mahasiswa, pasti tetap saja akan ada bagian yang dikritik, ditanya ulang, atau (kalau apes) dibantai habis-habisan.
Semakin diperhatikan, semakin terasa bahwa yang dicari dosen itu bukan semata-mata kesalahan, tapi bagaimana mahasiswa menanggapinya. Kadang pertanyaannya nggak serumit itu, mungkin sebab gugup, mahasiswa jadi salah ngomong dan berujung menjadi sasaran empuk dosen penguji. Di situ letak asiknya.
Ditambah pula, pasti akan ada revisi yang menanti. Minimal seuprit lah. Entah typo di bab dua, tabel yang kurang rapi, atau teori yang katanya perlu dipertajam. Persentase skripsi yang lolos tanpa revisi itu kecil banget, mungkin setara dengan peluang nemu dosen pembimbing yang fast respon di WhatsApp. Hampir nggak ada.
Nah, kesimpulan seperti itu didapat dari mana kalau bukan menonton langsung sidang skripsi? Tanya teman atau siapa pun, jelasnya malah berujung silang pengalaman. Yang ini bilang “Dosen X galak banget, siap-siap dibantai habis,” yang itu bilang “Ah, nggak kok, santai aja, cuma beberapa pertanyaan ringan.” Intinya, semua versi berbeda, tergantung sudut pandangnya masing-masing.
Makanya, kalau benar-benar ingin tahu realitasnya, jawaban paling valid ya tetap datang sendiri dan duduk di kursi penonton sidang. Dari situ, semua asumsi bisa diuji, semua mitos bisa dibuktikan, dan kita bisa tarik pelajaran langsung tanpa harus menelan cerita orang lain yang kadang lebih dramatis daripada kenyataan.
Tapi, cari tahu jadwal sidangnya di mana?
Nah, ini adalah pertanyaan yang sering muncul juga. Banyak mahasiswa semester tanggung bingung, “Eh, sidang skripsi itu kapan sih? Dan di ruangan mana?” Tenang, nggak perlu jadi detektif tingkat tinggi untuk menemukannya. Biasanya, kampus punya papan pengumuman resmi. Baik berupa fisik di fakultas maupun digital lewat website atau grup WhatsApp jurusan. Tinggal pantengin, catat tanggal dan ruangan, dan pastikan datang lebih awal supaya dapat kursi strategis.
Selain itu, kadang ada info tambahan dari kakak tingkat atau teman yang baru saja sidang. Tapi ingat, selalu cross-check dengan pengumuman resmi, biar nggak salah tanggal atau ruangan. Dengan begitu, misi menonton sidang skripsi bisa berjalan mulus tanpa drama salah tempat atau salah waktu.
Persiapan minimal sebelum nonton sidang skripsi
Sebelum duduk manis di kursi belakang ruang sidang, ada beberapa hal kecil yang sebaiknya disiapkan biar pengalaman nonton lebih maksimal.
Pertama, mindset. Jangan datang cuma buat gosip atau ketawa-tawa doang. Anggap pengalaman menonton ini semacam simulasi. Duduk, perhatikan, dan catat hal-hal yang menurutmu penting. Entah itu trik menjawab pertanyaan, hal apa saja yang mungkin akan dicecar, gestur yang pas, atau cara menyembunyikan keringat dingin.
Selanjutnya, pakaian dan perlengkapan. Tidak perlu rapijali kayak mau lamaran segala, tapi jangan juga datang dengan pakaian compang-camping. Pasti tahu lah bagaimana berpakaian sopan itu. Jangan lupa bawa catatan kecil atau ponsel buat nyatet momen penting, karena siapa tahu nanti ada insight yang bisa dipakai buat skripsi sendiri. Jangan lupa air minum, karena nonton sidang kadang bisa bikin tegang lebih lama dari film thriller.
Terakhir, posisi duduk. Kursi belakang memang nyaman dan aman, tapi kalau bisa pilih tempat yang bisa lihat ekspresi dosen penguji dan presentasi mahasiswa dengan jelas.
Belajar dari kesalahan orang lain
Mahasiswa yang rajin nonton sidang skripsi biasanya punya satu keuntungan. Mereka lebih cepat paham di mana letak jebakan yang sering bikin orang jatuh. Dari cara presentasi yang kelamaan basa-basi, sampai salah sebut teori di depan dosen penguji. Semua itu bisa jadi bahan belajar. Kadang kita nggak perlu ngerasain jatuh dulu buat ngerti rasa sakitnya. Cukup lihat orang lain kepleset.
Lama-lama, kebiasaan nonton itu membentuk kepekaan akademik. Kita jadi tahu kalau dalam sidang cara bertahan memang benar-benar diuji. Bagaimana menenangkan diri saat diserang pertanyaan beruntun, atau bagaimana mengakui kesalahan tanpa kelihatan kalah. Itu hal-hal kecil yang nggak bakal diajarin di kelas mana pun.
Dan pelan-pelan, rasa takut itu mulai berkurang. Setiap kali lihat orang lain bisa lolos dengan segala kesalahan yang mereka bawa, ada perasaan bahwa nanti pun kita juga bisa. Nggak perlu sempurna, yang penting siap.
Sebelum kamu yang diuji, tontonlah orang lain dulu
Kalau mau selamat dan nggak panik saat giliran sendiri tiba, ada satu aturan emas, sebelum kamu yang diuji, tonton dulu orang lain yang diuji. Duduk di kursi belakang, intip strategi mereka, lihat ekspresi panik yang sungguh kasihan itu, dengarkan jawaban ngawur yang masih bisa lolos, dan amati bagaimana dosen penguji bereaksi.
Jadi, jangan cuma nunggu giliran sambil deg-degan di rumah. Pergi, duduk, tonton, dan catat. Percayalah, melihat orang lain diuji itu lebih efektif daripada tips TikTok atau dengar cerita teman yang katanya “Santai aja, nggak seseram itu.” Sebelum kamu jadi korban sendiri, manfaatkan kesempatan menonton ini untuk belajar, tertawa, dan siap-siap menghadapi panggungmu sendiri.
Penulis: Sayyid Muhamad
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Sidang Skripsi Nggak Perlu Dirayakan Berlebihan, Revisinya Belum Tentu Lancar
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















