Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ngopi di Tempat Remang Adalah Salah Satu Bentuk Pendewasaan Diri

Prima Ardiansah Surya oleh Prima Ardiansah Surya
6 November 2020
A A
Ngopi di Tempat Remang Adalah Salah Satu Bentuk Pendewasaan Diri terminal mojok.co

Ngopi di Tempat Remang Adalah Salah Satu Bentuk Pendewasaan Diri terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ngopi di tempat yang remang maksud saya bukan ngopi di tempat yang terang, kece, dan Instagram-able. Tempat semacam ini jarang menjadi pilihan utama para muda-mudi. Mulai dari tempat yang kurang nyaman, sampai sajian yang disuguhkan pun juga kadang nggak menarik.

Namun, lambat laun saya benar-benar seperti menerima ilham. Ngopi di tempat seperti itu sungguh nikmat. Nggak perlu banyak keluar uang, karena kopinya cukup dihargai Rp3.000 sampai Rp5.000 saja. Ditambah nggak ada urusan perkara penampilan. Sungguh bebas!

Kalau saja Anda sekalian merupakan orang yang berhobi untuk scrolling Instagram mulai dari awal sampai akhir. Saya jamin kemungkinan besar akan menemukan satu dua teman yang berfoto ria di warung kopi kekinian. Ya, nggak?

Budaya foto-foto ini seolah sudah menjadi prosedur tetap supaya yang melihat story tersebut bakal mikir,

“Aduh, Mbak R ini ternyata temannya banyak yaaa.” Komentar ini untuk orang yang pokoknya hampir setiap minggu atau malah setiap hari posting story di tempat ngopi kekinian. Atau,

“Wah Mas W ini sukses ya, setiap hari ada saja acara keluar. Mana tempatnya bagus dan kece lagi. Pasti Mas W ini gajinya tinggi.”

Pikiran-pikiran semacam itu nggak cuma di benak kalian, kok. Jujur saya juga iya. Makanya saya nggak pernah absen foto kalau lagi ngopi di warung kopi kekinian, apalagi kalau Instagram-able. 

Setelah itu, salah satu dari anggota ngopi bakal meng-upload story sekalian tag akun kawan yang ada di foto itu. Anggota lain tinggal klik “tambahkan postingan ini ke cerita anda”. Beres, seantero follower akan tahu kita sedang ngopi ria bersama kawan-kawan. 

Baca Juga:

Memasuki Usia 30 Tahun Itu Tidak Menyeramkan asal Kalian Tahu Siasatnya

3 Rekomendasi Kafe di Klaten yang Ramah Introvert, Cocok untuk Menyendiri

Suasana ngopi yang saya ceritakan di atas kebanyakan memang menyerang muda-mudi tingkat SMA atau kuliah awal. Akan tetapi, semua situasinya jauh berbeda kalau sudah kerja, sekali lagi “kerja”.

Secara kebetulan pandemi ini mempertemukan saya dengan kawan lama SMA. Hampir mereka semua melaksanakan work from home. Sedangkan saya belum kerja sih, masih kuliah daring.

Nah, karena kita jarang bisa berkumpul bersama, ditambah kita tinggal di daerah yang minim penularannya. Apalagi ada jiwa-jiwa yang ingin bebas tidak mau terkungkung di rumah, mulailah kegiatan ngopi yang mematuhi protokol kesehatan ini, Gaes.

Pada awalnya saya beranggapan kalau teman-teman saya ini bakal ngajak ngopi di warung kopi kekinian, dengan interior yang hits dan Instagram-able. Alasannya sih gara-gara mereka sudah berpenghasilan semua. Namun, ternyata tidak! Anggapan saya salah besar.

Teman-teman saya yang gila ngopinya setengah mampus ini, alias tiap hari ngopi, ngajaknya cenderung ke warung kopi yang suasananya “remang”.

Lokasi pilihannya ada di pinggir sawah, yang jalan masuknya agak jauh dari jalan utama. Pengunjung nggak banyak-banyak amat, ada fasilitas wifi, dan listrik. Sungguh sempurna untuk mematuhi protokol kesehatan tapi masih kebelet ngopi.

Udaranya juga segar sejuk, asli semilir dari sawah, sama sekali nggak ada AC. Kursi meja sudah tua dan seadanya. Bukan yang berbentuk estetik dan berwarna mengkilat. 

Bahkan saking tua dan seadanya, saya pernah merusak salah satu kursinya. Lha memang bokong saya tajam kok suruh melawan kursi reyot. Untung saja nggak disuruh mengganti. 

Padahal sebenarnya, dalam radius lima ratus meter dari warung kopi remang itu juga ada warung kopi kekinian. Jumlahnya ada tiga lagi. Namun, itu tidak membuat kami bergeming, warung kopi remang masih jadi juara.

Alasannya realistis. Walaupun saya masih sekolah sedangkan mereka sudah kerja, pada dasarnya kami masih sama: sokongan ekonomi nggak kuat-kuat amat. 

Beban hidup memaksa mereka bisa bertahan hidup sekalian bersenang-senang seadanya. Pikiran yang ruwet akibat pekerjaan sehari-hari membikin mereka harus melepaskan penat. Salah satunya ya ngopi ini.

Akibat sadar diri kalau terlalu sering ngopi di tempat kekinian itu bikin kantong cepat kosong. Maka satu-satunya tempat kembali ya warung remang.

Walaupun tanpa lampu terang dan spot foto menawan, itu semua tidak menghilangkan marwah dari ngopi. Yaitu saling bertegur sapa, menanyakan keadaan, membicarakan rencana ke depan, sambil sesekali rasan-rasan cewek idaman. Siapa tahu di masa depan bisa meminang beneran. Eaaa.

Pun dengan ngopi di tempat seperti ini kami menemukan sebuah pencerahan. Dengan melihat bapak-bapak yang los dol menghisap rokoknya, eyang-eyang sarungan yang sambil tangan bergetar menyeruput kopinya, sampai adik-adik SMP yang pesannya cuma es teh tapi asyiknya main Mobile Legend bukan main. Sebuah pemandangan masyarakat tanpa kelas.

Jauh berbeda dengan pemandangan di warung kekinian itu. Hampir semua orang outfitnya menawan, rentang umur juga didominasi kaum dewasa muda. Seakan menunjukan kalau orang yang bisa datang ke warung kopi kekinian itu merupakan orang pilihan (mohon maaf): muda-mudi sukses kelas menengah ke atas.

Walaupun kita sama-sama nggak tahu apakah mereka memang benar berpenghasilan besar atau itu hanya topeng. Pokoknya, supaya diakui secara sosial!

Jauh berbeda dengan keadaan kami di warung pinggir sawah ini. Paling sering kami ya pakai celana pendek kolor, beberapa kali juga ada yang bersarung. Kalau udara lagi dingin, jaket tebal kusut yang tertutup juga tak lupa absen hadir. Sama sekali nggak ada padu-padan antara celana dengan kaos atau kemeja. Sudah seadanya saja. Seakan baju kami berkata, “Kaum sudra ya sudah, jangan banyak ulah. Terima saja keadaan.”

Namun, sebenarnya sih, kalau tiba-tiba kejatuhan rejeki, saya masih sangat mau ke warung kekinian sebelah, kok. Lebih sering ke sini gara-gara duit lagi seret aja. Hehehe.

BACA JUGA Menjawab Apakah Harga Kopi Mahal Itu Sepadan dan tulisan Prima Ardiansah Surya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 November 2020 oleh

Tags: dewasangopi
Prima Ardiansah Surya

Prima Ardiansah Surya

Dokter internship di RSU Aisyiah Ponorogo dan Puskesmas Jenangan Ponorogo.

ArtikelTerkait

3 Rekomendasi Kafe di Klaten yang Ramah Introvert, Cocok untuk Menyendiri Mojok.co

3 Rekomendasi Kafe di Klaten yang Ramah Introvert, Cocok untuk Menyendiri

12 Januari 2024
ngopi MOJOK.CO

Alasan Saya Suka Ngopi Sendirian

29 Juni 2020
Kalau Ada Orang Berpendapat Terus Dikatain Belum Ngopi Itu Maksudnya Apa sih?! terminal mojok.co

Merindukan Prabowo dan Jokowi Untuk Duduk Ngopi Bareng

6 Juli 2019
Di Kampung Saya, Orang-orang Lebih Suka Main PES Dibanding FIFA terminal mojok.co

Sudah Semestinya Rental PS Hanya Boleh untuk Umur 18+ Saja

24 Juni 2021
coffee on the bus mojok

Coffee on The Bus: Cara yang Berbeda untuk Menikmati Jogja

4 Agustus 2020
Pokoknya Saya Lebih Suka Ngopi di Starbucks daripada di Angkringan terminal mojok.co

Pokoknya Saya Lebih Suka Ngopi di Starbucks daripada di Angkringan

12 Januari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.