Kita sama-sama tahu renovasi ruang kerja Nadiem Makarim ini nggak penting. Tapi, ya, gimana lagi?
Kabar bahagia datang dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) yang punya rencana merehab kantor Menteri Nadiem Makarim dan para stafsus. Kemendikbud Ristek telah menyiapkan dana Rp6,5 miliar agar kantor segera direnovasi.
Renovasi itu merupakan tindak lanjut dari Perpres 62 Tahun 2021. Rencana renovasi ruang kerja Nadiem CS ini tentu berbuah perlawanan sengit dari warga plus enam dua. Bagaimana tidak, saat masih terlampau banyak sekolah rusak parah dan butuh uluran tangan, Kemendikbud Ristek malah mengalokasikan anggaran ke hal-hal yang tidak dianggap darurat.
Itu kata mereka-mereka sih. Tapi, kalau saya sendiri sih, punya pendapat yang berbeda. Kita tahu kan, kalau vaksinasi yang sudah menjangkau banyak penduduk Indonesia akan bikin kita kembali bertatap muka alias selamat tinggal WFH.
Nah, keknya nih ya, karena itu, rencana renovasi ruang kerja Nadiem Makarim ini jadi muncul. Yaaa namanya memulai lembar baru ye kan, masak nggak sekalian mengubah tatanan kantor. Biar segar gitu tampilannya.
Soalnya nih ya, melalui Perpres Nomor 62 Tahun 2021, Kemendikbud mendapat tambahan beban. Unsur riset dan teknologi yang semula punya kementeriannya sendiri kini digabungkan dengan Kemendikbud.
Mungkin nih, mungkin loh, kalau bebannya ditambah, otomatis bikin ruang kerja yang sekarang jadi nggak cukup. Apanya yang nggak cukup? Nggak tahu juga sih, mungkin ruangnya kali ya. Kalau sekarang mungkin butuh space yang lebih luas. Biar bisa muat dokumen lebih banyak mungkin ya. Padahal ada teknologi cloud, tapi ya udahlah diiyain aja.
Yang jadi masalah nih, renovasi ruang kerja Nadiem ini dianggap tidak peka terhadap realitas. Soalnya, banyak banget sekolah yang bangunannya nggak bisa dibilang layak. Dibilang jelek aja belum bisa.
Riset YAPPIKA-ActionAid memperlihatkan kenyataan bahwa ada sekitar 250 ribu ruang kelas SD Negeri di Indonesia mengalami kerusakan. Selain itu juga lembab, berdebu, dan beberapa di antaranya diperkirakan bakal rata dengan tanah.
Jika hasil riset tak cukup, Mas Nadiem bisa coba mengunjungi SD Karangsembung 6, Blok Leuweungbata, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Di sana dinding kelas sudah mulai rusak, keramik mulai terkelupas dan kelihatan tanahnya, jendela dimakan rayap, dan beberapa kelas pintunya entah ke mana. Siswa-siswi pun dipaksa betah belajar di ruang berukuran 3×7 meter. Sementara itu, ruang guru dipindahkan ke musala sekitar.
Masih kurang? Cari sendiri ya, Mas Nadiem, situ pasti punya datanya.
Meski begitu, sebagai pengguna setia Gojek dan punya ikatan kedaerahan, saya akan membela Mas Nadiem. Betapa merenovasi ruang kerja itu sangatlah urgen. Walaupun nggak tahu urgennya apa, pokoknya urgen gitu aja. Masalah masih banyak sekolah ambruk itu soal lain.
Intinya, merenovasi ruang kerja di Kemendikbud-Ristek adalah satu hal, sedangkan sekolah ambruk adalah hal yang lain. Membandingkan keduanya nggak apple to apple. Toh hal begini lumrah. Di Pemalang gedung DPRD-nya bagus dan belum lama direnovasi, sedangkan jalanannya masih rusak parah.
Kita tidak bisa membandingkan ruang publik dengan ruang untuk para pelayan publik. Tentu saja ruang bagi pelayan publik mesti diutamakan. Apalagi mereka ini kan yang bakal melayani publik.
Bagaimana mungkin pejabat melayani publik jika ruang kerjanya tak nyaman? Hal itulah yang boleh jadi mendasari Mas Nadiem CS untuk tetap merenovasi ruang kerja di Kemendikbud-Ristek. Terlebih kantornya sudah ditinggal WFH cukup lama.
Kantor yang cukup lama tak dipakai temboknya boleh jadi retak, ubinnya rusak, dan sebagainya dan sebagainya. Jika kantornya jelek kan nggak enak gitu. Para pejabat di Kemendikbud Ristek boleh jadi bakal males-malesan buat kerja. Maka butuh renovasi biar lebih fresh ketika masuk ke kantor. Mereka ini pejabat loh, masak nggak dikasih fasilitas yang mumpuni? Ngawur kalian.
Saya jadi ingat salah satu episode di serial Upin & Ipin yang menceritakan kembalinya belajar di Tadika Mesra. Setelah libur panjang, Upin dan Ipin terkejut melihat ruang kelasnya yang serba baru dan direnovasi sedemikian rupa. Tentu mereka senangnya bukan main. Begitu pula teman-temannya, seperti Mei Mei yang selalu bilang “Saya suka, saya suka”.
Nah mungkin kurang lebih nanti bakal seperti itu. Ketika renovasi ruang kerja Nadiem selesai dan blio masuk ke ruang kerjanya, blio bakal terkejut dan senang setengah mampus. Bagaimana reaksinya? Yang jelas sih, tidak akan sama dengan para guru dan murid yang sekolah di bangunan yang bisa ambruk kapan saja.
Kita juga mesti ingat bahwa Mas Nadiem adalah sosok menteri termuda dan inspiratif. Blio bisa menarik perhatian, sehingga wajar kalau seumpama ruang kerjanya akan dikunjungi para influencer. Bukan barang mustahil kalau Mas Nadiem akan dikunjungi para content creator, entah untuk wawancara atau sekadar grebek ruangan Mas Nadiem sebagai menteri.
Sangat memalukan jika ruangan Mas Menteri jelek. Apalagi kalau videonya sudah tayang di YouTube. Tentu tak menutup kemungkinan Mas Nadiem bakal diserang nyinyiran seperti “Ih, kok ruang kerjanya nggak seperti Menteri L ya”. Sek, sek, memangnya ada yang mau me-review ruang kerjanya Mas Menteri?
Kalaupun nggak ada, ya Mas Menteri sendiri kan bisa me-review ruang kerjanya sendiri. Sebagai orang yang melek dengan teknologi, Mas Nadiem bisa dong bikin vlog sendiri. Vlognya ala-ala pamer ruang kerja gitu. Jadi Mas Nadiem bisa mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menata ruang kerja supaya nyaman.
Nah, sudah tahu kan betapa pentingnya renovasi ruang kerja Nadiem Makarim? Makanya, kalian jangan nyinyir aja. Ya saya tahu kalau renovasi itu sebenarnya nggak penting, tapi emang sejak kapan hal-hal urgent dan penting jadi fokus utama pemerintah kita? Nggak pernah kan? Ya sudah jangan nyinyir, biarin aja uang pajak kalian dipake buat hal-hal nggak penting. Kek suara kalian didenger aja.
Bismillah staf khusus.