Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja

Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja

Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja (Unsplash.com)

Perayaan Idulfitri atau Lebaran di Indonesia identik dengan baju baru. Kebiasaan ini telah dimulai yang entah sejak kapan. Jadi, kalau orang-orang mendengar bulan Ramadan, yang dipersiapkan bukan hanya jadwal buka bersama, tapi juga mencari pakaian baru untuk Idulfitri mendatang.

Akan tetapi, saya sepakat dengan artikel Mas Dani Alfian di Terminal Mojok empat tahun lalu, bahwa baju baru akan mendatangkan sikap pamer. Dan pamer bukanlah budaya kita. Karena itu, rasa-rasanya membeli baju baru untuk lebaran tak perlu lagi dilestarikan.

Tidak ada yang salah dengan memakai baju yang sama tiap tahunnya di hari raya Idulfitri. Justru, dengan tidak melanggengkan Lebaran dengan pakaian baru, maka kita akan menjadi manusia yang esensial.

Hari raya Idulfitri itu tentang batin, bukan fisik

Dr. Fahruddin Faiz menjelaskan bahwa Idulfitri berasal dari kata “id” yang dimaknai hari raya dan “futhur” yang berarti makan pagi. Artinya, secara lahiriah (yang tampak), ketika Idulfitri, maka kita sedang merayakan hari diperbolehkannya sarapan lagi. Akan tetapi, beliau memberi wejangan untuk tidak berhenti pada pemaknaan yang dangkal seperti itu.

Sebab, secara batiniah (berhubungan dengan jiwa), Idulfitri harus dimaknai sebagai hari ketika kita kembali fitrah (suci), karena jiwa kita sudah dibersihkan selama puasa bulan Ramadan. Sehingga, Idulfitri menjadi momentum kita “diwisuda” setelah melakukan pelatihan menahan nafsu dan lebih mendekatkan diri ke Tuhan selama sebulan.

Dalam bahasa Jawa, Idulfitri juga disebut Lebaran. Dengan makna lebar, lebur, luber, dan labur. Lebar berarti bisa lebaran dari kemaksiatan. Lebur berarti lebur dari dosa. Luber berarti luber dari pahala,  keberkahan, dan rahmat Allah SWT. Sedangkan, Labur berarti bersih, makanya ada istilah lahir kembali dan menjadi suci seperti bayi.

Jadi, Idulfitri atau Lebaran itu berorientasi pada batin manusia, bukan fisiknya. Apalagi hanya tentang baju Lebaran. Jauhhhh, Bro.

Nggak ada yang perhatiin

Sadar nggak sih kalau nggak bakal ada yang perhatiin baju yang kita kenakan saat Lebaran. Jadi, orang-orang nggak peduli dengan baju baru maupun baju tahun lalu. Karena saat Idulfitri yang paling utama adalah bersilaturahmi. Jadi, bercakap-cakap sambil makan selalu menjadi kegiatan inti.

Saran saya sih mending mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan “sulit”. Karena, orang-orang pasti lebih penasaran dengan kehidupan kita daripada sekadar baju yang kita pakai. Jadi, jangan kepedean kalau bakalan ada yang notice baju barumu, Gaes. Nggak penting!

Buang-buang uang

Selain nggak penting, membeli baju baru hanya untuk momen Idulfitri juga berarti membuang-buang uang. Bagaimana tidak, pakaian dengan harga ratusan ribu hingga jutaan hanya dipakai dalam sekali waktu. Itu pun sering kali model bajunya nggak bisa dipakai sehari-hari. Kan sayang banget uangnya.

Makanya memakai baju Lebaran yang sama setiap tahunnya lebih worth it. Bahkan, pakai saja busana muslim sehari-hari yang penting tetep sopan. Dompet jadi aman, hati pun tenang. Nggak perlu ada acara baju baru yang justru berujung pada keborosan.

Nggak perlu ikut-ikutan

Nah, masalahnya adalah sering kali orang-orang itu labil, sukanya ikut-ikutan. Prinsipnya sudah esensial, tapi melihat orang di media sosial beli baju Lebaran, akhirnya ikutan beli juga. Angel wesss.

Padahal menjadi berbeda itu penting dan juga keren. Nggak perlu ikut-ikutan. Lagi pula, mengikuti tren fesyen selalu nggak ada habisnya. Scroll dikit langsung pengin, scroll lagi langsung check out. Beuh, uang langsung habis dengan sia-sia.  Dan, kita justru akan terjebak pada Idulfitri yang lahiriah saja, nggak dengan batiniahnya.

Jadi, buat kalian yang nggak punya baju Lebaran buat dipakai hari ini. Tenang, nggak masalah kok pakai baju yang itu-itu aja untuk Lebaran. Justru, kita akan lebih filosofis menyambut Idulfitri sesuai dengan esensinya. Hari raya bukan tentang yang dikenakan, tapi batin kita, Gaes.

Penulis: Naimatul Chariro
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Strategi Belanja Baju Lebaran di Pasar Beringharjo Tanpa Emosi dan Kagol.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version