Nggak Ada yang Salah dengan Menyimpan Kontak Pakai Nama Lengkap

Nggak Ada yang Salah dengan Menyimpan Kontak Pakai Nama Lengkap

Sejak kali pertama memiliki hape, saya memiliki kebiasaan menyimpan kontak seseorang dengan nama lengkap. Betul-betul secara lengkap dan detail. Misalnya, ketika sekolah, asal sekolahnya dari mana, kampusnya di mana, dan kini ketika bekerja, saya terbiasa melengkapi nama kantor tempat teman yang saya bekerja. Semuanya demi memudahkan saya ketika mencari kontak—entah teman lama maupun kenalan baru.

Saya melakukan hal yang sama sampai dengan saat ini, selain agar lebih memudahkan saya, penulisan nama lengkap pada kontak juga membuat saya lebih mudah dalam mengingat nama lengkap seseorang. Selain itu, agar tidak tertukar antara kontak yang satu dengan yang lain ketika ada kemiripan nama. Perlu diingat, tidak semua orang memiliki nama unik. Ketika dicek melalui Google, nama saya sendiri pun ada banyak yang memiliki. Apalagi nama yang banyak ditemui seperti Putra, Asep, Agus, Ayu, Putri, dan masih banyak lagi.

Satu yang pasti dan sepengalaman saya, pemberian nama lengkap pada kontak hape akan meminimalisir kesalahan siapa yang kita hubungi, baik via telepon atau pesan singkat.

Masalahnya, saya termasuk orang yang cukup ceroboh ketika berbalas pesan singkat. Itu kenapa, saya tegasin sekali lagi, pemberian nama lengkap itu penting buat saya, untuk bisa membedakan orang yang satu dengan lainnya. Pernah beberapa kali saya salah kirim SMS atau WhatsApp ketika sedang terburu-buru, permasalahannya hanya karena saya tidak menyimpan nama seseorang dengan lengkap atau tanpa keterangan lain yang cukup jelas.

Sudah biasa rasanya saya mendapat pesan balasan “Maaf, Mas, salah orang”, dari orang yang salah saya kirimi pesan. Berbanding lurus lah banyaknya dengan klarifikasi dari saya juga ucapan yang template seperti, “Oh, iya, ya? Maaf, saya salah kirim pesan.” Oke, baik SMS maupun WhatsApp sekarang sudah ada fitur avatar, profile picture, atau apa pun istilahnya. Tapi, nggak semua orang menggunakan foto pribadinya untuk fitur tersebut. Dan hal itu memang tidak bisa dipaksakan. Masa saya mau ngatur-ngatur, sih? Memangnya, siapa saya dalam kehidupannya.

Bahkan, ketika berkenalan dengan orang baru dan bertukar nomor kontak, saya membiasakan diri untuk bertanya siapa nama lengkapnya, agar bisa membedakan jika ada nama yang sama pada kontak saya. Memang, kebiasaan ini sudah saya lakukan dari SMP, sewaktu masih mencatat nomor orang lain di notes atau catatan kecil yang selalu saya bawa. Dan lagi, saya selalu mencatat nomor dan nama orang lain secara lengkap.

Seharusnya, hal tersebut nggak jadi masalah, apalagi saya sudah nyaman dengan hal seperti itu. Namun, sebagian teman saya ternyata memiliki sudut pandang lain dan berpikir bahwa hal yang saya lakukan termasuk dalam kategori merepotkan—ribet. Karena merasa sedikit penasaran, saya bertanya bagaimana cara mereka ketika menyimpan nomor kontak pada hapenya.

Ternyata, ada yang hanya menyimpan nama depannya saja, ada yang hanya inisial atau berupa singkatan, ada juga yang nama panggilan di tempat tongkrongan—jika memang sudah kenal lama. Kalau baru kenal, ya cukup nama panggilan ketika saling berkenalan saja. Menurut mereka, sebagai alternatif, pemberian nama pada kontak juga bisa dengan format nama sekolah atau nama kantor_nama kontak. Dengan begitu, mereka jadi tahu asal seseorang dan bisa membedakan orangnya yang mana dan meminimalisir keliru dalam berkomunikasi.

Katanya, sih, dengan melakukan beberapa cara tersebut mereka hampir tidak pernah salah ketika menghubungi orang lain karena sudah ingat dan tahu betul siapa yang akan mereka hubungi. Sepertinya, cara dan format seperti itu bisa juga menjadi opsi bagi saya ketika nama seseorang terbilang cukup panjang. Untuk sekadar menyingkat nama saja.

Saya nggak menyanggah cara mereka, jika memang nyamannya seperti itu, ya sudah. Mungkin, memang saya yang kurang teliti sebelum berkirim pesan atau menelepon orang lain. Oleh karena itu, saya pun menyadari, saya harus meningkatkan ketelitian sebelum menghubungi seseorang. Dan salah satu langkah yang saya tempuh adalah dengan menyimpan kontak dengan nama lengkap. Dan bagi saya nggak aneh, kok.

Meski tidak ada format pasti dan baku dalam menyimpan nomor kontak, tapi buat saya sih menyimpan dengan nama lengkap itu sudah yang terbaik. Nggak tahu, deh, kalau kalian biasanya gimana.

BACA JUGA Menilai Tipe Orang Berdasarkan Cara Mereka Menamai Kontak di Hape atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version