Isolasi di rumah beberapa minggu ini membuat saya jadi mempunyai hobi baru yaitu masak. Padahal sebelum pandemi, saya adalah orang yang paling jarang menjejakkan diri di dapur. Saya termasuk tim nunggu matang saja, kalau urusan dapur itu biar jadi job desc ibu saya. Mulainya hobi baru memasak ini juga didasari karena hobi saya menonton video ASMR dan video masak mudah yang sedang ramai di YouTube akhir-akhir ini.
Sehabis melihat video masak mudah yang mencuci otak saya, membuat saya yakin kalau masak itu memang semudah asal nyemplung-nyemplungin bahan dan kemudian jadi, deh! Apalagi ditambah jargon dari pakar kuliner favorit saya Sisca Sowitomo di akhir video yang bebunyi “Mudah bukan?” plus diiringi dengan musik khas teng terengtengteng tererengterengtengteng~
Saya pun semakin percaya diri untuk memasak dengan kemampuan saya sendiri berdasarkan ilmu yang saya serap dari video masak mudah di YouTube yang saya tonton. Namun, bukannya terlihat seperti orang yang sedang memasak, saya justru lebih terlihat seperti seseorang yang sedang melakukan eksperimen berbahaya di lab atau terlihat seperti penyihir yang sedang membuat ramuan berbahaya untuk mencelakai Putri Salju. Ya, saya ditampar realita memasak yang saya kira mudah ternyata lebih sulit dari yang saya duga.
Kedamaian yang saya rasakan saat masak pun tidak bertahan lama. Tiba-tiba, ibu saya yang tampaknya mulai penasaran sama anak gadisnya yang jadi lebih sering ke dapur membuatnya jadi ikut terlibat saat saya memasak. Tentunya ibu tidak diam saja, mungkin karena gemas melihat kemampuan saya memasak yang terlihat seperti anak kecil yang sedang main masak-masakan, ibu saya pun akhirnya mengambil tindakan dengan mengatur-ngatur ketika saya memasak. Mulai dari mengatur cara saya merebus bahan makanan, cara saya menggoreng, sampai bentuk adonan bakso yang saya buat.
Kehadiran ibu membuat saya tidak nyaman. Rasanya dapur berubah menjadi kitchen Master Chef yang membuat saya seperti peserta yang sedang masuk pressure challenge. Dan ibu saya jadi terlihat seperti jelmaan Chef Juna dalam wujud ibu-ibu.
Diatur-atur saat memasak itu sesungguhnya adalah hal yang paling nyebelin sedunia. Memang sih pada dasarnya diatur-atur itu memang sudah menyebalkan apalagi kalau diatur dalam hal yang baru dipelajari. Tolong, kalau memang kamu sudah jago sekali memasak jangan membuat kami yang baru terjun ke hobi baru kami jadi tidak nyaman karena aturan-aturanmu yang bikin panik. Kami ini sedang berproses, biarkan kami mengetahui sebab dan akibat dari perbuatan dari tindakan yang dilakukan. Bukannya menyerang dengan kalimat khas,
“Ah masa gitu doang nggak bisa.”
“Ini tuh harusnya begini, loh.”
“Ya ampun kamu kok gitu sih caranya.”
Bukannya bikin termotivasi justru kalimat-kalimat itu yang bikin malas melanjutkan hal yang sedang dipelajari.
Jika memang langkah-langkah atau cara memasak yang dilakukan salah, mbok ya kan bisa dilakukan evaluasi, ingat ya evaluasi! Berarti dilakukan di akhir bukan di awal atau pun di tengah-tengah kegiatan. Berniat untuk memulai memasak saja sudah sulit, sudah diniatkan dengan sungguh-sungguh loh jangan sampai ketika kami baru memulai, malah dibuat ingin berhenti karena aturan-aturan itu. Biarkan saja kami yang baru mulai memasak ini berkreasi selama tidak terjadi kebakaran di dapur. Biarkan kami ini bisa belajar dari kesalahan-kesalahan yang diperbuat supaya tidak seperti keledai yang terjatuh di lubang yang sama kedua kalinya.
Dari masakan yang terlalu asin, gorengan yang kurang matang, atau kue yang gosong membuat saya berproses kalau ingin mencapai sesuatu ya memang pasti akan bertemu dengan kegagalan-kegagalan terlebih dahulu. Dari masakan yang kurang asin saya belajar untuk mengatasinya dengan menambah air atau memasukkan bahan-bahan penyeimbang rasa asin seperti gula agar masakan tidak telalu asin lagi. Dari gorengan yang kurang matang saya belajar, kalau menggoreng sebaiknya tunggu minyaknya panas terlebih dahulu baru adonan gorengan bisa kamu masukkan biar cepat matang. Dari kue yang gosong pun saya jadi belajar kalau memanggang kue harus lebih memperhatikan suhu dan sering mengecek kondisi kue di dalam oven.
Ya hal-hal itu bisa saya atasi dari kegagalan-kegagalan yang saya alami. Makanya kalau lihat orang yang baru belajar masak jangan diatur-atur tapi dievaluasi dan diberitahu dengan cara yang baik. Atau dibiarkan saja dia bertemu kegagalan-kegagalannya dulu biar dia belajar sendiri. Untuk teman-teman yang sedang belajar memasak, selama kamu tidak membakar dapurmu, jangan takut untuk bereksperimen, ya!
BACA JUGA 3+1 Resep Bumbu Dasar Masakan yang Wajib Kita Tahu dan tulisan Fanisa Putri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.