Kehidupan di Nganjuk: Kabupaten Paling Adem, Ayem, dan Nyaman di Jawa Timur Tapi Bikin Bosan

Nganjuk, Kabupaten Paling Nyaman di Jatim tapi Bikin Bosan (Unsplash)

Nganjuk, Kabupaten Paling Nyaman di Jatim tapi Bikin Bosan (Unsplash)

Kabupaten Nganjuk mungkin bukan destinasi utama wisatawan. Bukan juga kota yang sering jadi perbincangan anak-anak muda urban. 

Tapi, bagi orang-orang yang lahir dan besar di sini, Nganjuk adalah rumah yang menawarkan ketenangan. Adem, ayem, dan nyaman. Itulah 3 kata yang sering saya temukan ketika sedang membicarakan kabupaten ini. Tapi jangan salah, di balik adem-ayem itu, kadang juga muncul rasa bosan yang nggak bisa dihindari.

Nganjuk dan segala ketengilannya

Secara geografis, Nganjuk terletak di tengah-tengah Jawa Timur, berbatasan dengan Madiun, Kediri, dan Jombang. Kabupaten ini punya julukan “Kota Angin” karena hembusan angin yang konon katanya cukup kencang, terutama di daerah perbukitan seperti Sawahan.

Nganjuk juga punya beragam wajah. Di pusat kotanya, kita bisa melihat geliat ekonomi yang mulai menggeliat, dengan pertokoan, warung kopi, hingga kedai makanan kekinian. Tapi begitu keluar dari area kota, suasananya langsung berubah. Persawahan, rumah-rumah yang berjauhan, dan jalanan yang sunyi jadi pemandangan sehari-hari.

Adem dan ayem, bikin orang betah

Bagi sebagian besar warganya, Nganjuk adalah tempat yang cocok untuk membesarkan anak dan menua dengan damai. Hidup di sini nggak ribet. Harga-harga relatif murah. Makanan enak gampang dicari. 

Jarak ke mana-mana nggak sejauh Jakarta atau Surabaya. Bahkan, kemacetan adalah sesuatu yang jarang terjadi, kecuali pas pasar tumpah atau ada hajatan di jalan.

Kehidupan sosial di Nganjuk juga cukup erat. Tetangga masih saling kenal, bahkan kadang tahu detail kehidupan satu sama lain (entah itu berkah atau kutukan). Kalau ada yang sakit, meninggal, atau punya hajat, satu RT bisa ikut bantu. Ada sisi kekeluargaan yang kuat, yang mungkin sudah mulai hilang di kota-kota besar.

Baca halaman selanjutnya: Nyaman, tapi Nganjuk bisa bikin bosan.

Tapi ya gitu, kadang Nganjuk bikin bosan

Meski tenang dan nyaman, bukan berarti hidup di Nganjuk selalu menyenangkan. Bagi anak-anak muda, terutama yang kreatif dan pengen berkembang di bidang seni, musik, atau teknologi, Nganjuk bisa terasa membosankan. Fasilitas hiburan terbatas. Tempat nongkrong itu-itu aja. Bioskop? Baru ada satu dan itu pun baru belakangan muncul.

Banyak anak muda Nganjuk yang akhirnya merantau ke Surabaya, Jogja, atau bahkan ke luar Jawa untuk mencari tantangan dan peluang yang lebih luas. Tapi lucunya, setelah capek dengan kerasnya kota besar, banyak dari mereka yang akhirnya balik lagi. Ya itu tadi. Nganjuk itu rumah.

Kuliner khas yang sederhana tapi ngangenin

Bicara kuliner, Nganjuk punya banyak makanan khas yang mungkin nggak sepopuler rawon atau soto lamongan. Namun, meski sederhana, tetap punya tempat di hati warganya.

Nasi Becek: mirip gulai kambing, tapi disajikan dengan nasi dan dilengkapi dengan kecambah serta bumbu rempah yang kuat.

Sego Bantingan: makanan murah meriah khas warung-warung pinggir jalan yang cocok untuk kantong pelajar.

Tepo Mbah Umiyat: makanan legendaris dari daerah Rejoso yang mulai naik daun di kalangan warga lokal.

Selain itu, jajanan pasar seperti lupis, cenil, dan klepon juga masih gampang ditemukan. Terutama di pasar-pasar tradisional.

Wisata yang diam-diam menarik

Meskipun bukan kota wisata utama, Nganjuk punya beberapa tempat yang bisa dijadikan pelarian singkat:

Air Terjun Sedudo: ini ikon wisata Nganjuk yang berada di kawasan perbukitan. Airnya dingin, pemandangannya asri, dan cocok buat menyendiri.

Candi Ngetos: peninggalan sejarah dari era Majapahit yang sering dilupakan, tapi punya nilai sejarah tinggi.

Bukit Salju Ngetos: bukan salju beneran, tapi pemandangan kabut pagi yang bikin suasananya seperti negeri di atas awan.

Embung Estetik di Sawahan: cocok buat healing, bawa bekal, duduk, dan lihat pemandangan.

Budaya dan tradisi lokal Nganjuk yang masih terjaga

Nganjuk juga masih menjaga beberapa tradisi lokal seperti tayuban, wayang kulit, dan kirab budaya. Ada juga tradisi bersih desa yang dirayakan setahun sekali, di mana warga ramai-ramai membuat tumpeng, sesajen, dan mengadakan hiburan rakyat.

Upacara-upacara adat seperti ini menunjukkan bahwa kabupaten ini bukan hanya tenang, tapi juga masih punya akar budaya yang kuat. Sesuatu yang sering dilupakan ketika kita sibuk mengejar modernitas.

Anak muda dan geliat kreativitas

Walaupun fasilitas terbatas, anak-anak muda Nganjuk nggak kehabisan akal. Banyak dari mereka yang mulai membangun komunitas. Misalnya, komunitas film indie, musik, fotografi, hingga UMKM kreatif. 

Media sosial jadi jembatan buat menyalurkan karya ke luar daerah. Ada juga yang mulai membuat konten khas Nganjuk di TikTok dan Instagram, membuktikan bahwa Nganjuk juga bisa gaul.

Mereka yang dulu merasa bosan, mulai menemukan cara untuk mencintai tanah kelahirannya dengan cara yang berbeda. Bukan dengan pergi, tapi dengan berkontribusi.

Tenang itu perlu, bosan itu manusiawi

Hidup di Kabupaten Nganjuk memang tenang. Adem dan ayem. Tapi juga kadang membuat orang ingin kabur. Dan itu wajar. Karena setiap tempat, sekecil atau setenang apa pun, pasti punya cerita, punya dinamika, dan punya alasan untuk ditinggalkan sekaligus dirindukan.

Nganjuk mungkin bukan kota yang hingar bingar. Tapi justru dalam diamnya, ada banyak hal yang bisa disyukuri. Dan mungkin, itu yang bikin orang-orang akhirnya selalu ingin pulang.

Penulis: Ayu Lestari Sipayung

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Kabupaten Nganjuk, Satu-satunya Tempat di Jawa Timur yang Akan Membuatmu Kaya Raya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version