Dewa-dewi tidak tinggal di surga, tapi di Ngaglik Sleman…
Coba bayangkan sebuah tempat yang penuh hunian megah. Bangunan-bangunan yang membuat rumah kalian terasa seperti gubuk hina. Di dalamnya tersimpan berbagai kekayaan yang membuat dompet kalian minta belas kasihan. Di sekitar hunian itu, berdiri berbagai tempat yang memanjakan para penghuninya. Dari spa premium, kedai kopi fancy, berbagai hiburan, sampai lapangan golf mewah.
Bukan, saya tidak sedang bercerita tentang surga tempat dewa-dewi tinggal. Tapi tentang sebuah kecamatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan/Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Mungkin kalian akan berpikir, “Lah, Ngaglik tidak ada apa-apanya dengan Depok Sleman.” Persis seperti selayaknya hunian para dewa. Untuk mata telanjang, Kecamatan Ngaglik terkesan biasa saja. Tetapi di dalamnya, tersembunyi dari mata rakyat jelata, sebuah surga. Kenyamanan dan kemewahan yang membuat kecamatan lain merasa miskin.
Masih ngeyel Depok Sleman lebih superior?
Kalian masih ngeyel kalau Ngaglik kalah power dengan Depok di Kabupaten Sleman? Ya wajar, sih. Karena kalian hanya paham kemewahan yang biasa.
Deretan kedai kopi fancy dan kos eksklusif terlihat mewah. Ambarrukmo Plaza dan Pakuwon Mall terkesan memanjakan. UGM dan UNY kalian pandang sebagai berlian. Ya wajar, sih. Kemewahan yang bisa diakses rakyat jelata seperti kalian.
Akan tetapi para dewa-dewi tidak suka hiruk pikuk kemewahan kalian. Para entitas yang menyimpan emas dan berlian akan murka ketika terjebak macet Jalan Jogja-Solo. Mereka mungkin turun ke hiburan rakyat jelata sesekali. Ke tempat kalian berada. Tapi setelah itu kembali ke surga bernama Ngaglik.
Ngaglik Sleman bukan tempat kemacetan dan kepadatan nom-noman pacaran. Tapi tempat para pemilik uang sebenarnya tinggal dan bersukacita. Serta menikmati hiburan kelas atas. Maaf, bukan hiburan kalian semua.
Baca halaman selanjutnya: Permukiman eksklusif ada di Ngaglik…




















