Keresahan Saya Sebagai Warga Gununghalu, Kecamatan di Bandung Barat yang Nggak Diakui Masyarakat

Keresahan Saya Sebagai Warga Gununghalu, Kecamatan di Bandung Barat yang Nggak Diakui Masyarakat

Keresahan Saya Sebagai Warga Gununghalu, Kecamatan di Bandung Barat yang Nggak Diakui Masyarakat (unsplash.com)

Sudah berkali-kali saya mengalami momen yang menurut saya agak menyebalkan ketika ditanya asal daerah. Tiap kali saya menjawab kalau saya dari berasal dari Gununghalu Bandung Barat, respons lawan bicara selanjutnya adalah, “Oh, Cililin, ya?” Padahal Gununghalu dan Cililin beda kecamatan, bahkan beda cerita hidup. Parahnya lagi ada juga yang komentar, “Ah, masih sama-sama Bandung juga.”

Saya ingin mengklarifikasi sekali lagi bahwa Gununghalu ya Gununghalu, bukan bagian dari Cililin. Kalau ada yang mengira Gununghalu bagian dari Bandung memang betul, tepatnya Kabupaten Bandung Barat yang letaknya barat banget. Jauh, apalagi dari Kota Bandung.

Gununghalu Bandung Barat bukan wilayah halu!

Saya mengerti, mungkin karena nama Gununghalu cenderung asing, makanya kecamatan ini nggak diketahui banyak orang. Apalagi kalau bicara soal Bandung, kebanyakan orang tahunya Lembang, Dago, atau Ciwidey. Padahal Gununghalu nyata adanya. Ia terletak di ujung barat dan memang cukup jauh dari pusat Kota Bandung.

Saya maklum kalau yang nggak tahu soal kecamatan ini adalah orang luar Bandung Raya. Tetapi masalahnya, ketika ada orang Bandung Raya sendiri yang nggak tahu dan bahkan mengira Gununghalu adalah Cililin, saya merasa sedih. Kok bisa sih warga lokal nggak tahu daerahnya sendiri.

Fenomena ini bikin saya kepikiran, mungkin kita butuh gerakan nasional yang untuk memperkenalkan spasial pada masyarakat umum. Maksud saya, kenal lokasi itu penting. Kita diajari matematika, fisika, biologi, tapi nggak diajari untuk memahami letak dan identitas ruang. Padahal dalam kehidupan nyata, hal ini penting sebagai kunci komunikasi antar manusia.

Karena salah lokasi bisa jadi salah persepsi. Contohnya saya. Saat saya bilang kalau saya berasal dari Gununghalu, saya berharap orang bisa merespons dengan mengatakan, “Oh, yang di Bandung Barat itu, ya?” bukan malah, “Oh, Cililin. Dekat lah masih Bandung.”

Harapan dari anak Gununghalu yang sering dikira Cililin

Saya nggak marah kok, saya cuma ingin Gununghalu mendapat pengakuan yang layak. Bukan cuma sebagai “saudara jauh” Cililin. Bukan juga hanya dikenal karena jalannya yang menanjak atau sinyalnya yang suka menghilang. Di sini juga ada tempat wisata, lho. Potensinya banyak.

Gununghalu adalah tempat saya bertumbuh. Di sini saya belajar mempersiapkan hidup, belajar bekerja keras, belajar mengaji, dan belajar memulai merajut asa untuk sebuah mimpi yang besar. Dan identitas itu penting, karena tempat asal bisa menjadi representasi siapa diri kita yang sebenarnya, bukan sekadar titik lokasi pada peta.

Cobalah untuk mempelajari tempat-tempat di sekitar kalian. Jangan cuma tahu lokasi kafe hits atau tempat wisata viral. Indonesia ini luas. Bandung Barat saja punya kecamatan yang berbeda karakteristiknya, salah satunya ya Gununghalu. Janganlah disamakan dengan Cililin cuma karena satu arah jalan.

Sesekali mungkin kalian perlu mampir ke daerah Gununghalu dan merasakan kehidupan di sini. Saya tahu kecamatan ini bukanlah kecamatan besar makanya kurang familier di telinga kalian. Maka biarlah melalui tulisan ini saya berkata lantang kalau saya dari Gununghalu, sebuah kecamatan di Bandung Barat yang nyata adanya, nggak sekadar halu.

Penulis: Ruslan Abdul Munir
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Berbeda dengan Anak UIN Jakarta, bagi Lulusan UIN Jogja, Label Liberal Adalah Berkah.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version