Nasib Station Wagon di Indonesia Dipenuhi Benci dan Cinta

Nasib Station Wagon di Indonesia Dipenuhi Cinta dan Benci sedan peugeot 504 terminal mojok.co

Nasib Station Wagon di Indonesia Dipenuhi Cinta dan Benci sedan peugeot 504 terminal mojok.co

Beberapa hari yang lalu saya dan teman saya berkunjung ke rumah seorang kolektor mobil di Yogyakarta. Kami bertujuan untuk melihat dan memotret sebuah mobil langka, yaitu Peugeot 504 Break atau dalam tipe luar negerinya disebut Peugeot 504 station wagon atau touring/estate. Terserah bagaimana Anda mau menyebutnya.

Saya juga sempat mencoba mobil tersebut biarpun hanya duduk sebagai penumpang di bagian tengah. Mobil ini lebih nyaman dari LMPV atau LCGC baru yang dijual di Indonesia, bahkan station wagon ini lebih nyaman dari versi sedannya. Joknya lebih luas dan tebal, sistem suspensi belakangnya juga dibuat berbeda dari versi sedan guna menopang bagian belakang yang lebih besar. Tidak mengagetkan sih karena Peugeot 504 adalah flagship Peugeot pada 1970-an.

Setelah sekitar dua jam kepo dan ngobrol ngalor-ngidul dengan sang pemilik, saya dan teman saya izin pamit. Kami kemudian berdiskusi, “Kenapa ya mobil station wagon itu spesial di Indonesia?” 

Mungkin station wagon selalu dianggap spesial di Indonesia karena pasaran mobil bekas saja. Hampir semua mobil jenis ini tergolong langka, berstatus completely built, dan punya harga yang cukup tinggi. Kecuali Chevrolet Estate dan Mazda Vantrend, sih.

Image station wagon semakin baik setelah didukung oleh fenomena “perwagonan duniawi” yang dipopulerkan Gofar Hilman. Gofar juga punya dua buah BMW wagon yang telah dimodifikasi, dan saya pernah melihat langsung keduanya pada acara modifikasi mobil di Jakarta setahun yang lalu.

Sebenarnya mobil jenis ini tidak kalah kencang dengan versi sedannya. Banyak pabrikan berlomba-lomba membuat versi kencang dari mobil wagon mereka seperti Mercedes-Benz yang menjual C63 AMG dalam versi sedan dan wagon, atau Mitsubishi Lancer Evolution IX Wagon yang menjadi incaran kolektor di seluruh dunia karena hanya dibuat sekitar 2.500 unit.

Meski begitu, station wagon kadang dianggap aneh oleh orang Indonesia karena banyak yang mengidentikkannya dengan mobil jenazah. Zaman dahulu mobil ini memang sering dipakai untuk membawa jenazah. Beberapa tahun lalu saya bahkan masih berpapasan dengan sebuah Volvo dan Toyota Crown wagon bekas yang dipakai sebagai mobil jenazah.

Citra creepy tersebut agak memengaruhi orang-orang Indonesia dalam membeli mobil yang bentuknya unik ini. Padahal, mobil jenazah yang baru banyak menggunakan basis minibus seperti Mitsubishi L300, Daihatsu GranMax, dan Toyota Hiace atau MPV seperti Suzuki APV. Ironisnya yang terkenal creepy dan mengerikan cuma mobil-mobil lawas.

Mungkin semua ini karena MPV selalu jadi favorit orang Indonesia. Sejak Toyota Kijang dan Suzuki Carry dirilis di pasar Indonesia, orang Indonesia susah move on dari mobil MPV. Pokoknya kalau beli mobil harus bisa muat orang banyak meskipun anggota keluarganya cuma empat orang.

Mengingat permintaan mobil station wagon di Indonesia yang tidak banyak, produsen mobil juga lebih memilih untuk merakit versi sedan saja dan menjual mobil wagon dalam jumlah terbatas. Makannya, kelangkaan ini bikin station wagon yang baru harganya lebih mahal daripada versi sedan.

Bukan cuma soal harga jual yang mahal, pemilik station wagon perlu merogoh kocek lebih dalam untuk membayar pajak kendaraannya. Pemilik mobil Peugeot 504 wagon tadi sempat menunjukkan STNK mobilnya. Di kolom model kendaraan, tertulis “sedan”. 

Bukan rahasia lagi di negara kita mobil sedan itu pajaknya lebih tinggi dari jenis mobil lain. Anehnya peraturan tersebut sudah dibuat puluhan tahun yang lalu dan dipakai sampai sekarang. Pajak ini tidak relevan lagi saat pamor mobil sedan sudah dikalahkan mobil SUV, hatchback, dan MPV dalam hal penjualan.

Rahadian di Terminal Mojok juga pernah menyinggung hal ini dalam tulisannya. Di Indonesia, tidak ada aturan hukum yang mendefinisikan apa itu mobil sedan, station wagon, hatchback, dan lain-lain. SUV menjadi jip, mobil hatchback menjadi minibus, mobil wagon menjadi sedan. Padahal hatchback dan station wagon sama-sama punya 4 kursi, 4 pintu, plus pintu bagasi belakang, dan memiliki two box design.

Walaupun station wagon mendapat tempat spesial di hati pencinta otomotif, rasanya ia sulit mengalahkan dominasi SUV dan MPV di pasaran. Mobil-mobil seperti itu juga telah menguasai pasar dunia. Semoga ke depannya, roda tren kendaraan berputar lagi agar kita bisa menikmati mobil station wagon baru di pasaran.

Photo by Natasha Filippovskaya via Pexels.com

BACA JUGA Anime yang Akan Tayang di Indonesia vs Sensor di TV Indonesia dan tulisan Rakhmat Darmawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version