Muslim Friendly Korea, Bawa Angin Segar bagi Wisatawan Muslim yang Berkunjung ke Korea Selatan

Muslim di Korea Unpslash

Muslim Friendly Korea, Bawa Angin Segar bagi Wisatawan Muslim yang Berkunjung ke Korea Selatan (Unpslash.com)

Menemukan makanan halal di Indonesia adalah sebuah hal yang mudah mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Namun, apa jadinya jika orang muslim Indonesia pergi ke sebuah negara seperti Korea Selatan yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam? Bagaimana pengalaman orang muslim Indonesia saat pertama kali datang ke Korea Selatan? Apakah di Korea Selatan makanan halal dapat dengan mudah dijumpai?

Pesatnya perkembangan Hallyu atau Korean Wave membuat nama Korea Selatan semakin mentereng. Betapa tidak, banyak orang begitu tergila-gila dengan budaya pop Korea dan ingin pergi ke sana sekadar berwisata atau melanjutkan studi. Termasuk kebanyakan orang Indonesia. Korea Selatan menjadi salah satu negara tujuan para wisatawan Indonesia dan juga pelajar Indonesia yang hendak melanjutkan studi.

Salah satu orang Indonesia yang memilih untuk melanjutkan studinya di Korea adalah Lastin Darmokusumo. Lastin yang melanjutkan studi S2 ke Pusan National University tahun 2014 silam cukup merasakan “culture shock” di Korea. Lastin yang juga merupakan seorang muslimah memberi tahu pada Terminal Mojok perasaannya saat pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Ginseng.

“Waktu pertama kali sebenernya biasa aja. Tapi, belum biasa sama tatapan orang Korea yang lihat orang asing pakai jilbab,” kata Lastin. “Tantangan saat tinggal di Korea lebih kayak cari tempat salat yang agak sulit sama cari makanan yang halal, sih. Harus hati-hati kalau soal itu.”

Kini, Lastin sudah 8 tahun menetap di Korea Selatan. Selesai melanjutkan studinya, ia memutuskan untuk lanjut tinggal dan bekerja di Korea. Setelah sekian lama tinggal di Korea Selatan, ia mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan di sana.

“Kalau sekarang karena sudah punya keluarga, ya masak aja di rumah. Lebih terjamin juga kan kalau masak sendiri, nggak perlu repot cari tempat makan halal lagi,” ungkap Lastin.

Terminal Mojok juga menghubungi salah seorang mahasiswi asal Indonesia yang juga seorang muslimah. Ayu Merlita Sari memutuskan untuk melanjutkan studi S3-nya di salah satu universitas ternama di Korea, Kyung Hee University. Ayu Merlita, yang juga merupakan seorang dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, mulai tinggal di Korea sejak September 2021 lalu.

Ayu menuturkan kedatangannya ke Korea seperti perjalanan spiritualnya. “Sekarang saya tinggal di negara non-muslim, tentu minim tempat ibadah untuk umat muslim. Akses untuk makanan halal juga nggak semudah di Indonesia. Tapi, kesulitan ini justru memberikan tantangan tersendiri bagi saya.”

Orang Korea cenderung penasaran dengan jilbab yang dikenakan seorang muslimah (Pixabay.com)

Saat ditanya mengenai diskriminasi yang dirasakan, sejauh ini dia mengaku tidak pernah mendapatkan diskriminasi atau perlakuan buruk karena memakai jilbab. “Kalau dilihatin sama orang di tempat umum sih biasa, ya. Biasanya mereka cuma penasaran sama apa yang saya pakai, sih.” Meski demikian, hal itu tidak membuat Ayu takut. Ia menambahkan, meski kadang merasa insecure, nyatanya teman-teman Koreanya tetap menunjukkan sikap hormat mereka, oleh sebab itu Ayu merasa tak perlu mempermasalahkan soal itu.

“Justru stresnya waktu pertama kali datang terus nggak bisa jajan sama sekali. Semua snack mulai dari cokelat, ciki, sampai permen yang dijual di minimarket kebanyakan mengandung babi, alkohol, dan bahan lainnya yang nggak boleh dikonsumsi orang Islam. Jadi, tiap belanja saya harus selalu cek ingredients makanan dan berharap makanan yang saya beli nggak mengandung dwaejigogi/daging babi, alkohol, dan sebagainya.”

Sebenarnya Korean Tourism Organization (KTO) telah memperkenalkan kampanye bertajuk “Muslim Friendly Korea” sebagai salah satu upaya untuk menarik wisatawan muslim. Dilansir dari Kompas.com, dalam kampanye ini, Indonesia masuk dalam pangsa terbesar di Asia, baru disusul negara muslim lainnya seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Oleh karena itu, Korea Selatan saat ini gencar menambah fasilitas untuk wisatawan dan orang muslim di sana.

Berdasarkan data yang diambil dari website resmi KTO, sudah ada 18 masjid di seluruh Korea Selatan. Masjid-masjid ini tersebar di berbagai daerah di Korea seperti Seoul, Busan, hingga Jeju. Selain masjid, beberapa hotel dan tour spot di Korea juga menyediakan ruang untuk salat. Kehadiran masjid dan ruang salat ini tentu saja membawa angin segar bagi wisatawan muslim ataupun warga muslim yang tinggal di Korea. Kini, umat muslim dapat salat dan beribadah dengan lebih nyaman.

Salah satu strategi lain dari kampanye “Muslim Friendly Korea” adalah dengan mengadakan Halal Restaurant Week. Halal Restaurant Week adalah festival tahunan yang diadakan untuk wisatawan muslim yang berkunjung ke Korea Selatan. Acara ini telah diselenggarakan setiap tahun sejak 2018 lalu. Pemerintah Korea Selatan berupaya menyediakan fasilitas yang ramah muslim bagi para wisatawan.

Tahun 2021 lalu, Halal Restaurant Week diadakan pada 1 September hingga 31 Oktober. Warga negara asing termasuk warga Indonesia yang sedang berada di Korea Selatan dapat mengunjungi restoran-restoran yang masuk dalam daftar Halal Restaurant Week.

Di Korea Selatan saat ini sudah banyak tersedia restoran halal (Unsplash.com)

Hingga saat ini, menurut website resmi KTO, tersedia 13 restoran dengan Halal-Certified di Korea. 10 di antaranya berada di Seoul, 2 di Gangwon-do, dan 1 di Pulau Jeju. Dengan kehadiran restoran halal, diharapkan wisatawan muslim maupun warga muslim yang tinggal di Korea Selatan akan semakin nyaman saat mencari makan.

Selain kehadiran restoran halal, di Korea juga tersedia Asia Mart, di mana wisatawan muslim ataupun warga muslim yang tinggal di Korea bisa berbelanja bahan makanan halal. Narasumber Terminal Mojok, Ayu Merlita Sari, bahkan menambahkan saat ini beberapa produk Indonesia juga dijual di minimarket terdekat. Produk seperti Indomie, Wafer Nissin, hingga Roma Malkist Crackers kini dapat dengan mudah dijumpai.

“Orang Indonesia yang tinggal di Korea Selatan juga ada yang membuka usaha kuliner rumahan. Biasanya, mereka memasarkan produk makanan Indonesia kayak rendang, ayam bakar, serundeng, dll. lewat online atau melalui kenalan dari mulut ke mulut. Beberapa masjid di Korea juga menjual bahan makanan halal,” ungkap Ayu.

Beragam fasilitas dan kemudahan yang diberikan pemerintah Korea Selatan tentu merupakan sebuah berita baik bagi para wisatawan Indonesia yang hendak datang ke Korea. Apalagi mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Wisatawan muslim asal Indonesia tak perlu lagi takut kesulitan mencari makanan halal atau menemukan tempat salat di Korea Selatan.

Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version