Melawan Sevilla dini hari tadi, Real Madrid hampir saja kalah andai saja tembakan dari luar kotak penalti tidak masuk gawang. Laga kandang semalam berakhir dengan skor 2-2, yang bikin perburuan gelar La Liga tetap seru hingga akhir. Tapi, saya sedang tidak membicarakan serunya kejar-kejaran poin, namun performa Vinicius Junior.
Vinicius Junior, yang beberapa waktu lalu mendapat pujian selangit karena performa apiknya di leg pertama melawan Liverpool kembali ke performa sehari-hari yang penuh miskalkulasi. Banyak peluang Real Madrid dan flow serangan yang terbuang sia-sia akibat ulahnya. Frustrasi pemain senior Real Madrid terlihat jelas tiap kali Vini bikin ulah.
Yang jelas, terlihat bahwa kepercayaan kepada Vini makin menipis seiring kesalahan tak perlu yang ia lakukan.
Baiklah, kritikan—atau cacian—yang dilontarkan kepada pemain berusia awal 20-an itu memang tidak pas. Kau tidak bisa memberikan beban berat kepada pemain muda yang sedang berkembang. Kesalahan akan selalu muncul, namanya juga berkembang. Tapi, konteks tetap harus dipegang. Jika pemain muda itu bukanlah langganan starting line-up dan baru bergabung, kritikan tersebut tidak adil. Namun, kalau pemain muda tersebut menjadi langganan inti dan bergabung lebih dari dua musim, kritikan itu adalah hal wajib.
Vinicius Junior direkrut Real Madrid dengan segudang ekspektasi. Sebagai pemain terbaik piala dunia kelompok umur, wajar jika performa apiknya diharapkan muncul. Apalagi, Vini adalah pemain muda termahal di Brasil. Andaikan ini musim pertamanya, dan bermain bukan untuk tim yang sedang dalam perburuan juara yang ketat, kritikan tak akan dilayangkan.
Namun, Vini bergabung sudah tiga musim. Kata adaptasi adalah kata yang tak tepat untuknya. Kebiasaan menahan bola lamanya juga makin mengganggu. Pun dia harusnya tau, ketika timmu sedang dalam perburuan gelar, kau seharusnya bermain efektif.
Saat bertanding melawan Sevilla, Vinicius Junior jauh dari itu. Dia bermain terlalu lama menahan bola, yang berujung direbut atau dioper lagi ke belakang. Aliran bola yang tersendat memberi peluang untuk pemain lawan kembali ke pos masing-masing, yang berarti bikin Real Madrid menghadapi low-block. Padahal, Real Madrid kesulitan melawan tim yang menerapkan strategi tersebut.
Jujur saja, performa apik Real Madrid akan muncul melawan tim yang bermain terbuka. Kemenangan lawan Barcelona adalah contoh sahih. Ketika ada ruang yang bisa dieksploitasi, Madrid adalah tim mengerikan. Ketika pemain bertahan lawan begitu disiplin dan rapat, Madrid kebingungan. Vinicius Junior harusnya tahu akan hal itu.
Masalahnya, dalam laga semalam, banyak serangan sia-sia karena permainannya yang tak efektif. Bek Sevilla tidak memberikan ruang untuk Vini, namun dia tetap berusaha melewati pemain. Beberapa berhasil, namun tetap saja berujung serangan tak berjalan. Melewati dua pemain untuk menghadapi sebaris pemain lain adalah kesia-siaan.
Sebenarnya, tak hanya di laga ini Vinicius Junior bermain tak efektif dan menghambat progres serangan. Bisa dibilang selain laga melawan Atalanta dan Liverpool, tak ada laga di mana Vini bermain bagus. Pada laga melawan Atalanta pun kita bisa lihat betapa buruknya finishing Vini.
Tepat, masalah Vini adalah finishing, juga decision making. Vini sering gagal menyelesaikan umpan matang. Vini kerap keliru dalam mengambil keputusan. Parahnya, dia kerap melakukan itu di laga krusial. Kalian harusnya mulai bisa mengerti kenapa Benzema dan Mendy bikin persekutuan jahat untuk tidak memberi umpan kepadanya.
Pada titik ini, inkonsistensi dan decision making yang buruk dari Vinicius Junior tidak lagi bisa ditolerir. Real Madrid perlu memikirkan ulang apakah mereka akan tetap memberi spot di sayap kiri untuknya, atau bahkan masa depannya di klub.
Sebab, Real Madrid adalah tim yang tak menerima semusim pun tanpa gelar. Say what you want, tapi itulah Real Madrid. Tim besar ini memang meminta performa yang terbaik dari yang terbaik. Dan jujur saja, Vini masih jauh dari itu.
Real Madrid sebaiknya mulai merencanakan untuk meminjamkan Vini ke tim lain agar permainannya berkembang. Dani Carvajal, Casemiro, Valverde, bahkan Hakimi, adalah contoh pemain yang menjalani masa peminjaman agar berkembang. Dan saya pikir, Real bisa mengambil keputusan setelah melihat performa Vini di klub lain.
Atau masukkan Vini ke dalam tawaran untuk menggaet Mbappe. Rumornya, PSG menaruh minat pada Vinicius Junior, dan Papa Perez sebaiknya mengambil langkah realistis untuk menaruh Vini dalam usaha Madrid menggaet Mbappe. Andaikan Vini memang berkembang di sana, tak masalah. Madrid mendapatkan Mbappe, yang jujur saja jauh lebih baik dari segi apa pun.
Memberi kesempatan kedua kepada Vini saya pikir bukanlah hal yang bijak, mengingat dia sudah di ibu kota Spanyol selama tiga musim. Ketika perkembangannya mandek dan tak memberikan apa pun selain rasa gregetan karena kekecewaan, sebaiknya Real Madrid mengambil langkah yang biasanya dilakukan: menendang pemain yang tidak membantu.
Apakah itu jahat? Jelas. Tapi, kalau itu diperlukan dan memberikan potensi yang besar untuk meraih gelar, kenapa tidak?
BACA JUGA Eden Hazard Main 20 Menit Jauh Lebih Bagus dari Vinicius Junior dalam 3 Musim dan artikel Rizky Prasetya lainnya.