Salam hangat bagi kita semua yang hanya pernah dekat, namun hatinya tidak pernah benar-benar terikat. Bagaimana? Masih belum rela menghapus semua history chat dengan dia yang sudah bahagia tanpamu? Atau malah sudah diback up di Google Drive, agar suatu hari nanti bisa dibuka dan dibaca kembali sebagai alasan untuk menumbuhkan minat membaca?
Kita memang pengingat ulung perihal kisah yang sengaja kita ukir, walau sudah tahu suatu hari nanti akan berakhir. Kenangan tersebut bagaikan telusupan kecil yang tak terlihat, namun nyata terasa pedih menyayat. Kadang muncul saat kita tak sengaja scroll timeline media sosial yang akunnya belum kita block—hah, saya bukan anak kecil yang kalau putus langsung ngeblock semua medsosnya yhaaa~
Saya curiga, jangan-jangan kita ini tak pernah benar-benar ingin melupakan, tak pernah benar-benar mau mengikhlaskan, tak pernah benar-benar ingin menghapus semua perasaan, tak pernah benar-benar merelakan dia pergi ke lain pelukan. Sebagian—besar—dari kita hanya mengalihkan pandangan dari semua itu, kita seolah menyimpan semua perasaan, perhatian dan segala kenangan pada sebuah kotak, lalu kita meletakkan kotak itu di sudut yang tak mudah dilihat, agar seolah-olah kita sudah melupakannya. Padahal, sebenarnya kita ingin kembali membukanya saat dia menoleh dan kembali memeluk kita. Namun sayangnya dia tak pernah kembali, dan takkan pernah kembali.
Baik kita akhiri sesi menye-menyenya, karena semua yang berlebihan itu tidak baik. Meratapi seperlunya, mencari pengganti secepatnya.
Sebentar, mencari pengganti secepatnya? Padahal masih belum sembuh dari kisah yang selalu kita anggap takkan pernah bubrah. Jadi, sebaiknya kita harus move on dulu atau mencari pengganti dulu? Mari kita mencari pembenarannya, karena kita suka jika ada hal yang mendukung segala perbuatan kita, tak peduli itu baik atau buruk. Hehehe
Mari kita bahas satu-satu, karena satu-satu aku sayang kamu, tapi kamu sayang dia.
Move on dulu. Mereka yang memilih untuk move on dulu adalah orang yang mau belajar dari masa lalu. Mereka tak ingin memulai sebuah kisah sebelum benar-benar mengikhlaskan seseorang yang pernah ia damba . Mereka tak ingin tamu yang datang di hatinya terluka oleh puing harapan yang berserakan, yang belum atau mungkin tak ingin ia lenyapkan.
Mereka yang memilih move dulu adalah orang yang ingin meresapi kesedihan secara total. Merasakan tiap pedih yang berdenyut lirih memeluk kebagian paling terpencil di sudut hati. Mereka menerima dan mengakui bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja. Tak mengelak oleh kenyataan bahwa seseorang yang pernah mereka klaim sebagai kesayangan, kini pergi dan hanya menyisakakan bayangan.
Memang di awal selalu ada pergolakan, kekesalan, kemarahan dan kekecewaan. Emosi meledak-ledak tak terkendali, akal sehat pun tak bisa menunjukkan diri. Tak apa, itu memang salah satu fase ketika patah hati. Sekuat apapun seseorang pasti punya sisi lembut yang akan tersentuh, dan membuat runtuh. Dari kesedihan itu akan muncul sebuah kerelaan di akhir. Sebuah penerimaan yang akan membuat perasaan kembali sembuh, hingga siap untuk menerima hati baru untuk berlabuh.
Jadi sudah jelas, move on dulu sebelum memulai kisah baru adalah sebuah bentuk kedewasaan seseorang. Berusaha membuat jiwa kembali waras agar kisah yang akan dimulai bisa berakhir sampai tuntas. Tak mau gegabah mengambil langkah, karena emosi yang meledak-ledak tak pernah terbukti ampuh untuk menyelesaikan masalah.
Lanjut ke bagian kedua, mencari pengganti dulu. Mereka yang memilih untuk mencari pengganti dulu adalah orang yang tak ambil pusing. Mereka tak peduli dengan luka yang menganga di hati, mereka enjoy dan menghiraukan keadaan mereka yang sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Sembari mencari pengganti sang kekasih yang tak lagi menjadi yang terkasih.
Mereka bereaksi begitu cepat terhadap sebuah tragedi. Mungkin mereka adalah orang yang termasuk peka, peka terhadap keadaan dan segera mengambil keputusan. Meratapi kepergian dan terlalu lama terkurung oleh kesedihan bukanlah jalan ninja mereka.
Namun mencari pengganti dulu adalah sebuah pertaruhan, bagi yang mencari pengganti juga yang menjadi pengganti. Mungkin, mencari pengganti dulu adalah cara agar mereka segera melupakan semua masa lalu mereka. Mereka berasumsi sang pengganti bisa membantu menyembuhkan luka yang belum juga kering. Lalu mereka berharap akan timbul perasaan setelah luka itu sembuh.
Jika berhasil, itu adalah sebuah keberuntungan. Namun jika tidak, sang pengganti hanya akan berakhir sebagai pelarian. Menjadi korban seseorang yang belum bisa bangkit dari kesedihannya sendiri. Tak jadi masalah jika sang pengganti belum benar-benar memiliki perasaan dengan mereka yang mencari pengganti. Namun jika sang pengganti sudah memiliki rasa dan berharap akan bersama tapi kenyataanya tidak, itu sama saja menyakiti seseorang bukan? Yang ada bukan menyembuhkan luka, tapi hanya memindahkan luka ke lain pihak.
Jadi kalian ada dipihak yang mana? Move on dulu atau mencari pengganti dulu? Alangkah baiknya sih move dulu baru mencari pengganti, karena move on ialah hak segala bangsa. Move on lah dulu agar kelak jika kalian gagal move on tak ada hati yang tersakiti. Karena move on adalah tanggung jawab kalian, bukan tanggung jawab seseorang yang kelak akan menjadi penghuni baru ruang hati kalian.