Orang yang main sosmed pasti belakangan ini nggak asing sama Mojokerto gara-gara video viral soal kabupaten ini yang katanya filling gud-nya. Betul, kabupaten ini tiba-tiba jadi pembicaraan setelah ada video yang menyorot pemandangan alam Ranu Manduro Ngoro yang dikasih soundtrack ”Sunday Best” nya Surface. Nggak banyak orang tahu kalau Ranu Manduro ini sebenernya area pertambangan milik salah satu perusahaan yang kantornya di Surabaya. Nah bekas galian tambang itu yang jadi (((panorama indah))).
Jauh sebelum itu, Mojokerto juga pernah jadi sorotan karena hadiah Pinalti untuk PSMP pada menit akhir tidak dimaksimalkan oleh pemain berinisial KA, pertandingan ini berakhir dengan hasil 3-2 untuk kemenangan Aceh United. Kenapa orang gagal pinalti bisa jadi sorotan? Soalnya pertandingan PSMP dan Aceh United ini ketahuan sudah diatur sedemikian rupa oleh para mafia agar PSMP Mojokerto kalah.
Saya pikir, tidak banyak orang tahu soal Mojokerto. Tanpa ada yang viral-viral seperti itu rasanya sangat sulit membuat orang piknik ke sini—atau bahkan hanya mengingat namanya saja deh, nggak harus piknik.
Sebagai orang Mojokerto saya berani menjamin kalau kalian rugi sekali kalau tidak kenal Mojokerto. Bukan karena apa-apa, di kabupaten ini banyak tersimpan sejarah. Kalian tahu tidak kalau Mojokerto itu dulunya Ibukota Majapahit? Pasti nggak tahu, kan! Padahal dari namanya saja sudah mirip-mirip lho, Mojo-Kerto; Mojo-Pahit.
Sebenarnya hubungan antara Mojokerto dan Mojopahit bukan dari namanya yang mirip sih hehe. Tapi dari kecamatan Trowulan di Mojokerto yang dianggap sebagai pusat pemerintahan Majapahit. Di sini banyak terdapat peninggalan-peninggalan sejarah seperti candi, arca, dan lingga-yoni .
Trowulan juga merupakan salah satu penghasil patung terbaik di Indonesia, produksinya tersebar ke seluruh wilayah Indonesia bahkan luar negeri. Tapi karena fokus pemerintah yang lebih tertuju kepada promosi lokasi wisata PPST (Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan) membuat nama Mojokerto sebagai Kota Pengrajin Patung tidak diketahui khalayak ramai, sayang sekali.
Jika Arab Saudi mempunyai Air Zamzam, Indonesia harus bangga memiliki Mojokerto yang mempunyai Petirtaan Jolotundo. Pertirtaan Jolotundo ini adalah pemandian kuno yang berada di Lereng Gunung Penanggungan yang dibangun oleh Raja Udayana pada 997 M untuk persembahan bagi kelahiran Prabu Airlangga puteranya pada 991 M. Petirtaan Jolotundo memiliki mata air yang memiliki kualitas terbaik kedua setelah Air Zamzam saat diteliti oleh Arkeolog Belanda Pada tahun 1991.
Mojokerto memang tidak semenarik kota-kota besar yang terkenal di Indonesia. Seperti Solo dengan Keraton Surakarta dan Mangkunegarannya, atau Yogya dengan Keraton Ngayogyakarta dan Pakualamannya.
Hidup di kota orang memang asyik, ini saya nggak ada niatan curhat tapi saat itu posisinya lagi berada di Solo dan ada teman bertanya “Koe asal ngendi?” ya, saya jawab “Mojokerto bos, ngerti?”, dengan perasaan tanpa bersalah dia menjawab “Ora”. Terkadang bingung melihat kampung halaman sendiri, padahal lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Surabaya yang terkenal itu.
Tapi, Mojokerto tetaplah Mojokerto yang menjadi kebanggaan bagi penduduknya. Hal yang pasti dirasakan seluruh orang terhadap kampung halaman mereka. Biarpun kecil dan terkesan pedalaman, pasti tidak akan terlupakan sampai akhir hayatnya.
Kecintaan saya kepada Mojokerto bukan karena dulunya pernah menjadi ibukota Kemaharajaan Majapahit atau memiliki mata air terbaik kedua di dunia, sekalipun Mojokerto yang menjadi kota terkecil di Indonesia, atau bahkan tidak memiliki apa pun di dalamnya tidak akan menjadi masalah bagi saya. Mungkinkah ini yang disebut cinta sejati, heuheu.
Saya yakin seyakin-yakinnya kalau masyarakat luas lebih mengenal Mojok.co dari pada Mojokerto. Tapi juga kadang muncul kecurigaan kalau nama Mojok.co itu terinspirasi dari Mojok-erto, karena saat pertama kali melihat nama Mojok.co di Google, saya kira itu blog milik pemerintahan daerah, ehh ternyata bukan wkwkwk.
Semoga menjadi kota yang “Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo”
BACA JUGA Pare, Kota yang Dianggap Sebagai Destinasi Pelarian atau tulisan Muh. Fadhil Nurdiansyah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.