Acap hati dibuat resah, tiap kali menengok live skor belum tertulis nama Mo Salah.
Akhir pekan barangkali menjadi waktu yang agak meresahkan bagi orang-orang yang terlanjur kecemplung di sebuah semesta utopis bernama Fantasy Premier League (FPL). Layaknya seorang manajer sungguhan, akan selalu terbit setitik gelisah sesaat setelah memilih pemain-pemain terbaik untuk sebelas utama. Kalau pun nggak sempat buat duduk was-was di depan layar sambil mantau pemain pilihan, para manajer fantasi akan selalu menyisihkan waktu untuk membuka gawai guna memantau skor pertandingan serta—yang paling penting—memastikan siapa saja yang terlibat di baliknya.
Apalagi jika sedang taruhan. Niscaya keresahan itu akan melahap seluruh kesenggangan akhir pekan Anda.
Di musim kompetisi kali ini, Mohamed Salah adalah pemain yang selalu menjadi andalan nyaris seluruh manajer FPL sedunia. Hingga artikel ini ditulis, tercatat ada 71,8 persen manajer FPL mengandalkan pemain asal Mesir itu dalam skuad fantasinya—persentase tertinggi dari seluruh pemain. Selain itu, dilansir dari voting yang diadakan oleh situs resmi Premier League, Salah juga dipercaya oleh lebih dari 50 persen manajer untuk mengenakan ban kapten di dua gameweek terakhir.
Melihat statistiknya musim ini, memang tidak ada alasan bagi para manajer FPL untuk tidak memilih Salah. Hingga pekan pertandingan ke-12, Salah memuncaki daftar top scorer dengan torehan 11 gol. Salah unggul empat gol dari urutan di bawahnya, serta memimpin daftar assist terbanyak bersama Paul Pogba dengan jumlah 7 assist. Terlebih, dari 12 laga telah dimainkan, hanya di pekan pertandingan kedua saja The Egyptian King tidak berhasil menorehkan gol atau asis berbuah gol. Tren positifnya tersebut tentu saja sejalan dengan perolehan poin di FPL. Hingga gameweek 12, total 125 poin telah diperoleh.
Sejak kedatangannya di Liverpool, Salah memang selalu jadi langganan para manajer FPL. Pun dengan pemain-pemain seperti Kevin De Bruyne dan Harry Kane yang juga selalu masuk jajaran pemain dengan poin fantasy tertinggi dalam beberapa musim terakhir. Akan tetapi, konsistensi yang ditunjukan oleh Mo Salah di musim ini adalah hal yang cukup fenomenal.
Dengan catatan impresif serta konsistensinya, lumrah saja jika sebagian besar para manajer FPL enggan memberikan ban kaptennya kepada pemain lainnya. Dalam beberapa private league yang saya ikuti di musim ini, agaknya 9 dari 10 peserta liga—termasuk saya sendiri—selalu mempercayakan ban kapten pada Salah di setiap gameweek-nya. Bahkan, highest point dalam setiap gameweek pun mayoritasnya adalah tim yang dikapteni oleh eks pemain FC Basel tersebut.
Konsistensi poin yang didulang Mo Salah di FPL musim ini turut berdampak pada terciptanya keseragaman pemilihan kapten: jika Salah hattrick, average point tinggi; jika Salah nihil, otomatis average pun turut rendah. Maka, tiada lagi berarti apabila Salah berhasil banyak mendulang poin atau nihil sama sekali. Selama tim fantasi kita ada Salah, dan menggunakannya sebagai kapten, tidak perlu lagi kita bergelisah ria. Toh, kalo nihil pun, semua manajer sedunia ikutan kena boncos.
Dengan adanya homogenitas ihwal pemilihan kapten tim, pemilihan kapten pun tidak lagi semenegangkan musim-musim sebelumnya yang tingkat pertaruhannya masih sangat tinggi. Kalo berhasil, naik pesat; kalo gagal, ya mampus. Buat para manajer yang doyan memicu adrenalinnya sih, boleh jadi mereka nggak doyan sama iklim FPL musim ini.
Akan tetapi, dengan menipisnya kadar gambling punya efek lain. Pemilihan kapten tim akibat timbulnya keseragaman tersebut, para manajer dituntut untuk lebih prediktif membaca tren pemain untuk mengisi sebelas utama. Serta lebih bijaksana dalam mengatur transfer pemain yang hanya bisa diberi jatah sekali setiap pekannya. Selain itu, fenomenalnya performa Mo Salah juga berimbas pada peta persaingan antarmanajer fantasi yang menjadi lebih ketat mengingat selisih poin tiap pertandingannya nyaris selalu tipis.
Jika Mo Salah mampu mempertahankan konsistensinya, bukan tak mungkin jika iklim FPL seperti belakangan ini akan terus berlangsung hingga pengujung musim 2021/2022.
Sumber gambar: Pixabay