Mixue Indonesia Sudah Halal dan Cabangnya Terus Bertambah, Akankah Risiko Diabetes Ikut Meningkat?

Mixue Indonesia Sudah Halal dan Cabangnya Terus Bertambah, Akankah Risiko Diabetes Ikut Meningkat?

Mixue Indonesia Sudah Halal dan Cabangnya Terus Bertambah, Akankah Risiko Diabetes Ikut Meningkat? (Wikimedia Commons)

Mentang-mentang sudah halal, jangan khilaf jajan Mixue tiap hari, ya. Inget potensi diabetes di balik makanan manis, Bestie.

Pertama, saya ingin mengucapkan selamat kepada Mixue Indonesia atas keberhasilannya mengantongi fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 16 Februari kemarin. Meskipun beritanya nggak seramai saat netizen mempertanyakan status kehalalan Mixue beberapa waktu lalu, kabar terbitnya sertifikat halal ini menjadi angin segar bagi masyarakat muslim yang selama ini maju-mundur untuk menikmati es krim Mixue.

Sejak lahan-lahan dan ruko kosong di setiap jalan berubah jadi outlet Mixue, masyarakat semakin getol mendesak perusahaan es krim asal Tiongkok ini untuk mengupdate perkembangan status produk-produknya. Saking hebohnya polemik halal-haram Mixue, akun @mixueindonesia di Instagram jadi banjir pengunjung sampai-sampai tiap postingannya selalu muncul pertanyaan, “Kapan Mixue halal?”

Maka sudah selayaknya perjuangan Mixue dalam menyelesaikan sertifikasi halal MUI—yang panjang dan ketat itu—mendapatkan apresiasi. Gimana nggak, mereka sudah berupaya mengajukan sertifikasi sejak tahun 2021, namun baru bisa mendapatkannya di awal tahun 2023 ini. Seperti yang pernah dijelaskan oleh pihak Mixue di laman Instagramnya, sebagian besar bahan baku pembuatan produk Mixue diimpor dari luar negeri (Cina), sehingga auditnya juga harus dimulai dari sumber produksi.

Kini setelah status kehalalannya sah, Mixue semakin yakin melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru negeri. Dilansir dari CNBC Indonesia, perusahaan waralaba ini sudah memiliki lebih dari 1.000 gerai. Jumlah ini dipastikan akan terus bertambah, seiring dengan ketersediaan lahan kosong seperti yang kerap dianekdotkan dalam meme dan jokes receh.

Outlet Mixue selalu ramai

Lalu, apakah persoalan seribu gerai Mixue hanya berhenti di status kehalalannya saja? Hmmm, saya rasa nggak juga. Saya justru jadi bertanya-tanya, gimana ya nasib gula darah para penikmat Mixue yang (bisa jadi) jajannya lebih dari tiga kali seminggu?

Sudah jadi rahasia umum kalau rasa es krim dan minuman Mixue ini enak-enak, plus harganya murah meriah. Secara konsep marketing, produk Mixue ini bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari kelas borjuis hingga proletar, semuanya bisa makan es krim di Mixue. Hanya dengan membayar Rp8.000 saja, kita sudah bisa mendapatkan satu cone ice cream berporsi besar.

Apalagi logo “halal” dari MUI sudah resmi didapatkan Mixue, maka jelas segmen pasar kedai es krim ini semakin meluas sebab masyarakat muslim kini sudah nggak ragu-ragu lagi menyambangi outletnya. Tak terkecuali anak-anak, kategori usia mereka menjadi salah satu yang paling banyak memenuhi outlet Mixue.

Di Mixue cabang Klaten (Jl. Merbabu) misalnya, outletnya sangat kids-friendly dengan area bermain yang dilengkapi perosotan dan mainan anak lainnya. Kebayang kan betapa ramainya Mixue Klaten, ini? Mungkin padatnya sekitar dua kali lipat dari outlet Mixue tanpa playground.

Namun, di balik fenomena antrean Mixue yang nggak pernah sepi itu, terdapat risiko lain yang diam-diam berpotensi mengancam kesehatan tubuh konsumennya. Tentu saja bukan bagi orang-orang yang membeli es krim Mixue satu kali seminggu atau sesekali di waktu libur saja, melainkan mereka yang mengonsumsinya secara rutin dan terlalu sering.

Potensi diabetes di balik makanan manis

Berdasarkan informasi dari Halodoc.com, es krim memiliki kalori lebih banyak daripada gelato. Nah, takaran gula dalam setiap es krim ini bisa berbeda-beda mengikuti porsi, komposisi bahan, varian rasa, hingga topping-topping tambahannya.

Saat kita melihat menu-menu es krim dan minuman di Mixue, ada banyak pilihan rasa es krim yang dilengkapi dengan topping. Mulai dari es krim varian Oreo Sundae, Chocolate Lucky Sundae, hingga Boba Sundae. Ada juga menu es krim yang dikombinasikan dengan smoothies dan minuman teh. Jika melihat komposisi menuman serba manis ini, saya yakin kalorinya bisa dobel-dobel.

Padahal Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 telah mengatur batas konsumsi gula melalui konsumsi GGL (Gula, Garam, dan Lemak) harian. Mengacu pada aturan tersebut, konsumsi gula per hari pada tiap orang adalah 10 persen dari total energi (200kkal) atau setara dengan empat sendok makan per hari.

Kabar buruknya, slot empat sendok makan gula itu seringnya sudah kita isi melalui konsumsi makanan tinggi gula lainnya seperti nasi putih, mi instan, kue, hingga saus botolan. Ketika input gula kita sudah melampaui batas maksimal konsumsi harian, kelebihan gula atau glukosa ini akan diubah menjadi glikogen yang kemudian disimpan ke dalam hati dan otot. Bila kadar gula darah yang tinggi nggak dijadikan sebagai sumber energi, maka ia akan berubah menjadi lemak dan meningkatkan risiko obesitas yang rentan berujung pada diabetes.

Awal Februari kemarin, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) telah merilis laporan terkait kasus diabetes pada anak. Hasilnya menunjukkan terjadi lonjakan sebesar 70 kali lipat dari kasus diabetes anak di tahun 2010. Saking mengkhawatirkannya penyakit diabetes di Indonesia, negara kita bahkan termasuk dalam lima negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia.

Banyak orang tidak peduli dengan nilai gizi makanan yang mereka konsumsi

Nggak dimungkiri, banyak orang Indonesia yang belum teredukasi atau bahkan nggak peduli dengan nilai gizi pada makanan yang mereka konsumsi. Contoh sederhananya misalnya saja mi instan. Akui saja kita jarang meluangkan waktu untuk membaca informasi di belakang kemasan mi instan, kan? Baca informasi nilai gizi saja nggak pernah, apalagi menanyakan takaran gula pada kru Mixue yang juga belum tentu hafal.

Buruknya pola hidup dan konsumsi gula berlebih yang sering nggak kita sadari memiliki dampak besar terhadap tubuh kita. Meski efeknya nggak langsung terasa, kebiasaan mengonsumsi gula berlebih dalam jangka waktu panjang bisa benar-benar meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes. Nggak perlu menunggu usia tua, penyakit diabetes kini bisa menyerang siapa saja, baik usia anak-anak maupun remaja.

Meskipun kini Mixue sudah halal dan kelak ruko di depan rumah tiba-tiba jadi outlet Mixue, bukan berarti kalian bebas mengonsumsinya setiap hari tanpa aturan yang jelas, ya. Ingat, sakit diabetes itu nggak enak. Selain bisa menguras kantong, diabetes juga tergolong sebagai salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia, lho.

Jadi, jangan lupa batasi asupan gula harian kalian, ya. Sesekali boleh kok makan es krim Mixue. Toh, rasanya memang juara, kan?

Penulis: Farahiah Almas Madarina
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Tersertifikasi Halal, Ini Saatnya Mencoba 6 Menu Mixue yang Recommended.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version