Keluarga saya memiliki Mitsubishi Eterna. Tidak sekadar jadi koleksi, mobil itu selalu menemani kami bepergian pada masanya. Iya, pada masanya karena motuba “badak” itu kini mendekam di rumah karena rusak.
Sebelum meminang Mitsubishi Eterna berusia 30 tahun menjadi bagian dari keluarga, kami pernah memiliki Mitsubishi T120SS. Namun, mobil itu akhirnya dijual karena satu dan lain hal. Saudara bapak akhirnya menawarkan Mitsubishi Eterna miliknya. Dia melepas di harga Rp25 juta. Kesepakatan itulah yang menjadi awal petualangan keluarga kami bersama sedan yang dinamai Krukut ini.
Daftar Isi
Menemani mudik lewat Jalur Selatan
Kami yang saat ini tinggal di Indramayu aslinya berasal dari Salatiga dan Kulon Progo. Banyak sanak saudara yang masih tinggal di sana. Itu mengapa kami sering mudik ke dua daerah itu. Mudik naik bus tidak ada dalam kamus, kami mengandalkan Mitsubishi Eterna untuk mudik.
Sebenarnya cukup deg-degan, apakah mobil berusia 30 tahun ini bisa membawa kami sampai tujuan dengan selamat? Nyatanya, beberapa kali mudik dengan motuba ini lancar-lancar saja. Mitsubishi Eterna bisa mengaspal dengan cepat dan gesit di Jalur Selatan.
Memang, kami pernah mengalami sedikit kendala ketika pertama kali menggunakan kendaraan ini untuk mudik. Mobil kami mengalami masalah mesin overheat di Banyumas. Pada waktu itu, terpaksa kami menunggu 1-2 jam untuk kembali melaju. Namun setelah insiden itu. Mitsubishi Eterna nggak pernah rewel lagi.
Mobil tua yang masih bisa diandalkan
Ya, tidak salah. Eterna milik kami sekeluarga (hampir) selalu dapat diandalkan. Situasi mencekam kami rasakan saat pulang dari kampung halaman di Jogja untuk kembali lagi di perantauan kami. Saat itu malam hari, di ruas Tol Tegal. Kami melaju dengan kecepatan sekitar 60-70 km/jam. Tiba-tiba, kami melewati sebuah lubang besar. Heran juga, padahal di jalan tol, tapi masih ada saja lubang. Guncangan keras sekali terasa.
Berikutnya, kami istirahat di Rest Area Banjaratma (km 260). Disaat istirahat inilah kami terkejut mendapati ban depan sebelah kiri sudah kempes. Kondisi velg sudah cukup rusak. Disaat yang sama, ban cadangan juga bocor. Alhasil, mau tidak mau, kami harus mengganti ban yang kempes dengan ban cadangan yang sudah bocor tadi.
Kami mengisi ban cadangan yang bocor dengan angin, dan akhirnya mengisi anginnya lagi di Cirebon. Saat sampai di Indramayu, ban sudah benar-benar bocor. Namun, si Krukut tetap mengantarkan kami pulang dengan selamat.
Mitsubishi Eterna mobil “badak”, tapi boros
Jujur, Mitsubishi Eterna ini bisa dibilang boros. Tentu saja hal ini bisa dipahami, mengingat mobil tua ini masih berbasis karburator. Berbeda dengan mobil-mobil sekarang kebanyakan menggunakan injeksi. Memang, tidak terlalu disarankan untuk penggunaan dalam kota yang seringkali berhenti.
Akan tetapi, soal ketangguhan, Mitsubishi Eterna tidak bisa diremehkan begitu saja. Rangka mobil lumayan keras. Saya punya cerita lain, saat perjalanan di Bandung, mobil kami pernah dihantam oleh sebuah Innova Kijang di bagian kiri belakang. Kami sudah membayangkan kerusakannya begitu parah. Namun. Namun, setelah dilihat kembali, ternyata kerusakannya tidak seburuk yang dikira. Hanya lecet dan penyok kecil. Benar-benar mobil “badak”!
Mitsubishi Eterna, nasibmu kini bikin kantong kami makin jebol
Tidak bisa dipungkiri, Mitsubishi Eterna kami sering rusak. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat umurnya sudah hampir 30 tahun dan masa jayanya sudah lewat. Namun, satu hal yang memberatkan dan sulit dimaklumi, biaya memperbaiki motuba ini benar-benar menguras kantong.
Tahun lalu, Mitsubishi Eterna kami mengalami kerusakan parah di bagian rem. Apesnya, onderdil untuk mobil ini sekarang sudah cukup langka. Kalaupun ada, harganya pasti mahal dan butuh waktu yang tidak sedikit untuk mencarinya ke mana-mana. Onderdil yang langka di tambah harga setiap bagiannya yang mahal membuat ibu saya jengkel.
Walau menghadapi berbagai kendala “menyembuhkan” motuba satu ini, akhirnya rem mobil kesayangan dapat diperbaiki setelah beberapa bulan. Sayangnya, setelah rem, datang kerusakan lain di bagian radiator. Radiatornya rusak parah. Wajar saja, selama remnya nggak berfungsi dengan benar, mobil tidak bisa dibawa jalan kemana-mana.
Sampai tulisan ini dibuat, Mitsubishi Eterna kami masih tetap rusak. Bapak belum punya waktu untuk memperbaikinya. Sementara itu, ibu sudah jengkel. Kami pun memutuskan akan menjual mobil ini begitu selesai diperbaiki. Saya pribadi sebenarnya cukup sedih karena begitu banyak pengalaman manis bersama mobil ini, tapi mau bagaimana lagi? Sebenarnya memungkinkan untuk tetap menjaga mobil tua itu, tapi bayarannya keluarga saya bubar.
Penulis: Patrick Cesalesta Jody Wibowo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Alasan Cewek Tetap Pilih Motor Matic padahal Nggak Bisa Engkol Manual
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.