Warunk Upnormal terseok-seok karena banyak faktor
Sekarang pertanyaannya, apakah Mie Gacoan akan bernasib sama seperti Upnormal? Potensi gulung tikar itu ada, tapi kalau dilihat sekarang, persentase gulung tikarnya Mie Gacoan dalam waktu dekat rasanya sangat kecil.
Warunk Upnormal yang terseok-seok saat ini disebabkan karena banyak faktor, paling kentara adalah kondisinya yang seperti orang kehilangan jati diri. Mereka tidak punya main food seperti gacoan. Kebanyakan menu mereka adalah replika dan nggak original.
Selain itu, mereka menjual makanan dengan segmen yang nggak jelas dan mahal. Dulu sasaran mereka adalah anak sekolah dan kampus. Tapi, makin ke sini harganya sudah tidak ngotak untuk dijangkau dua segmen konsumen tersebut. Menunya Indomie, tapi harganya kok mahal. Keberadaan mereka juga dihempas sama fenomena menjamurnya burjo-burjo yang menawarkan menu makanan yang lebih terjangkau.
Sistem Franchise yang digunakan oleh Warunk Upnormal juga membawa masalah tersendiri. Sistem ini memberikan keleluasaan otoritas manajemen bagi masing-masing outlet. Semi otonom lah bahasannya. Sekilas baik, tapi buruk dalam jangka panjang karena nggak terkontrol. Kebijakan manajemennya jadi tidak berpusat pada satu sistem baku yang dikeluarkan oleh jajaran ownernya.
Ini juga yang bikin Warunk Upnormal itu kadang membuka cabangnya secara serampangan. Kadang terdapat dua Upnormal yang lokasinya berdekatan di satu daerah. Hal ini membuat Warunk Upnormal seperti saling membunuh satu sama lain.
Mie Gacoan tidak akan bernasib sial seperti Warunk Upnormal
Berbeda dengan Mie Gacoan yang punya main food yang diandalkan, yaitu Mie Gacoan yang divariasikan dengan berbagai nama. Mereka menjual produk “staple” yang disukai orang Indonesia. Harganya pun dibuat terjangkau untuk seluruh kalangan. Sehingga segmentasinya lebih luas.
Selain itu, meski cabangnya masif di mana-mana, Mie Gacoan tidak atau belum menggunakan sistem franchise, melainkan masih sistem ownstore. Jadi semua model pengelolaan dan keputusan strategis usaha masih di tangan manajemen pusatnya. Keputusan membuka cabang di Kota A misalnya. Semua atas pertimbangan dan persetujuan dari pihak pusat. Jarang kita lihat ada Gacoan yang keberadaannya berdekatan.
Dan yang paling membuat saya merasa Gacoan dan Upnormal nasibnya berbeda adalah orientasi bisnis mereka saat ini. Gacoan berfokus pada omset sementara Upnormal fokus pada profit. Nah kalau fokusnya sudah profit, yah pasti makanannya dihargai mahal-mahal semua.
Dari pertimbangan receh di atas, saya pun beranggapan bahwa potensi gulung tikar Mie Gacoan ini persentasenya lebih kecil. Yah dengan catatan, konsistensi aspek 5P-nya tetap dijaga, sembari inovasi yang terus dikembangkan. Dan kalau bisa, strategi marketing-nya dioptimalkan. Tapi ya namanya bangkrut, nggak ada yang tahu kan? Mungkin saja tiba-tiba karyawannya pada demo dan mogok kerja karena gajinya di bawah standar? Mungkin loh ya.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Bakso President Malang Overrated, Banyak Bakso Lain yang Lebih Enak dan Murah
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.