Antrean apa di Mie Gacoan?
Lantas, jika di Mie Gacoan bukan antre karena pilih menu, apakah antre karena menunggu pesanan datang? Ah, nggak juga. Pesanan datang relatif cepat, kok. Apalagi kalau kamu cuma pesen mi. Mungkin karena mereka masak minya sekalian dalam porsi banyak kali ya, sehingga bokong pembeli baru nempel kursi bentaran aja, pesanan sudah datang.
Jadi, orang-orang pada ngantre apa dong di Mie Gacoan?
Jawabanya adalah mereka ngantre orang selesai makan.
Lho, kok bisa?
Begini. Katakanlah kamu ada di antrean nomor satu. Kamu udah selesai pilih menu. Harusnya kan tinggal duduk manis menunggu pesanan datang. Iya apa iya? Sialnya, kursi di outlet Mie Gacoan itu selalu aja penuh, apalagi di jam-jam orang lapar. Kalau kamu datang pas jam makan, dijamin nggak akan kebagian tempat. Akhirnya mau nggak mau, kamu harus tetap berdiri dalam antrean untuk menunggu ada orang yang selesai makan dan meninggalkan kursinya untukmu.
Drama kursi
Nggak berhenti sampai di situ. Kalau ndilalah yang selesai makan adalah pembeli di meja dengan kapasitas 2 orang, sementara kamu datang berempat, yang boleh masuk ya cuma dua orang. Kamu nggak bisa minta tambahan kursi. Kalau mau kekeuh berempat, kamu harus merelakan jatah antreanmu untuk pembeli di belakangmu, yang saat itu datang berdua.
Terus gimana? Ya, kamu harus menunggu ada pembeli di meja dengan kapasitas 4 orang yang selesai makan. Nah, lho, keburu lebaran onta nggak, tuh?
Begitupun sebaliknya. Saat kamu datang berdua dan antrean di belakangmu juga datang berdua, lalu ada pembeli di meja dengan kapasitas 4 orang cabut, pelayan Mie Gacoan akan menawarkan kamu untuk satu meja dengan orang yang antre di belakangmu. Biar genap 4 orang gitu. Kalau semua setuju, ya boleh masuk. Kalau nggak setuju dengan alasan kenyamanan, ya kayak tadi itu.
Weslah. Pokoknya di Mie Gacoan tuh beneran definisi pembeli antre bukan karena menunggu pesanan atau makanan datang, tapi menunggu pembeli lain kelar makan. Sungguh suatu keadaan yang membuat orang berhati lemah kayak saya jadi makin lemah.
Makanya pas giliran dapat kursi dan pesanan datang, saya nggak bisa menikmati makanan dengan sepenuh hati. Hawanya pengin buru-buru udahan. Main telen aja udah. Wong dilihatin terus sama pembeli lain yang lagi ngantre. Sorot mata mereka seolah berkata, “Cepetan, woy!!!”
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mie Gacoan, Tolok Ukur Kemajuan Suatu Daerah.