Merindu Tapi Tak Dirindu Itu Enak Nggak Sih?

merindu tapi tak dirindu

merindu tapi tak dirindu

Begini, jadi waktu itu saya sempat membaca di salah satu koran yang menjelaskan tentang bagaimana cinta bekerja. Di situ di sebutkan  bahwa cinta tidak bisa diprediksi. Ada orang yang jatuh cinta hanya sepersekian detik dan hilang kemudian. Dan ada yang membuat saya tersenyum kecut, di baris artikel tersebut menyebutkan bahwa kadang cinta itu seperti UFO—dianggap ada namun belum terbukti keberadaannya. Dan perumpamaan itu dipadankan dengan orang-orang yang sedang merindu tapi tak pernah dirindu—wanjay.

Habis saya lahap artikel tersebut hingga saya menarik kesimpulan, banyak memang orang-orang yang seperti artikel tersebut jelaskan. Orang yang merindu tapi tak dirindu.

Peliknya urusan hati memang sudah menjadi rahasia umum banyak orang. Hati adalah misteri yang bahkan orang paling pintar di dunia saja tidak akan pernah bisa tahu. Hati layaknya labirin yang tak bisa diketahui oleh siapapun.

Sadarkah kalian bahwa hal-hal kecil semacam ini pernah terjadi pada kalian? Pertemuan singkat di sebuah bis, kafe, restoran hingga tempat-tempat lainnya. Sebuah pertemuan yang bisa dihitung dengan menit yang membuat kalian sangat penasaran dengan orang tersebut. Yang membuat hati kalian bergetar dan ingin tahu siapa orang tersebut. Namun itu hanyalah sebuah pertemuan singkat yang tak akan pernah bisa diulang. Kalian memikirkannya dan entah apakah dia memikirkan kalian. Hal-hal kecil seperti itu bisa membuat manusia-manusia dilanda rindu yang tak pernah jelas mengapa dia rindu. Kalian semua pasti pernah merasakannya.

Namun yang paling perih adalah merindukan orang yang tak pernah merindukanmu, kalian pernah merasakannya? Merasakan bagaimana perasaan hati tidak akan pernah jelas karena yang dirindu adalah orang yang tidak akan pernah tahu perasaanmu. Dan jikapun tahu ia juga tidak akan pernah merindukanmu.

Hujaman pedang hingga silatan silet bisa jadi hal biasa jika dibandingkan perasaan orang-orang yang merindu tapi tak dirindu. Alienasi perasaan dengan tingkat kekaburan yang tinggi menjadi sebuah ketabuan perasaan yang sulit diterjemahkan.

Lantas merindu tapi tak dirindu itu enak nggak sih? Mungkin ini pertanyaan yang bisa dijawab semua orang. Dan saya yakin 90% menjawab tidak. Bisa kita bayangkan bagaimana dongkolnya hati ini jika terus-terusan tertahan oleh sesuatu yang tak pasti. Pelampiasan-pelampiasan orang yang sedang merindu tapi tak dirindukan sering kali bisa ditebak. Lewat tulisan, puisi hingga isi instastory. Tujuannya tentu saja untuk pelampiasan hati hingga jika beruntung menarik perhatian orang yang dirindu.

Tidak ada sesuatu yang menyenangkan dari sebuah rindu yang tak pernah direspon. Sebuah cinta yang tak pernah tersampaikan. Sebuah perasaan yang tak pernah mau diketahui. Semua perasaan itu sangat tidak mengenakkan. Bahkan bisa menjadi duri-duri yang kadang bisa menusuk dengan tajam di waktu-waktu tertentu.

Namun merindu tapi tak dirindu bisa menjadi sebuah pilihan aman menyoal perasaan. Sebuah pilihan yang akan dipilih bagi mereka yang tahu bahwa perasaannya pasti tak pernah berbalas. Bahwa cintanya pasti akan ditolak mentah-mentah, merindukan orang yang tak dirindu sepertinya  sudah cukup dan sangat cukup untuk setidaknya menyenangkan hati yang sedang gundah akibat cinta.

Bicara enak dan tidak enak pada akhirnya semua itu tergantung bagaimana masing-masing orang bersikap. Akan sangat perih jika proses merindu adalah sebuah manifestasi dari penolakan mentah-mentah dan akan menjadi hal yang menyenangkan jika merindukan orang yang dicintai adaiah sebuah ungkapan diam-diam yang tidak pernah diketahui orang yang dirindu.

Tidak ada manusia yang bisa benar-benar lepas dari perasaan ini, sebuah perasaan yang sulit dijelaskan dengan logika-logika ilmiah. Ini lebih condong menyoal perasaan yang abstrak. Sebuah perasaan rindu yang hadir karena berbagai latar belakang . Merindu seperti antitesis dari perasaan yang hancur ketika cinta tak bertepuk dua tangan. Hingga merindukan orang yang tak merindukanmu adalah sebuah solusi instan merawat hati agar tetap normal dalam menjalani kehidupan.

Dinamika yang terjadi dalam arti merindu yang tak dirindua adalah hal-hal sederhana yang pada akhirnya rumit jika tidak bisa bangkit. Orang-orang yang merindu tapi tak dirindu adalah orang-orang yang terkekang dengan sajian perasaan ingin memiliki namun tak bisa melawan sebuah hukum perasaan. Bahwa cinta lahir dari sebuah perasaan saling mencintai satu sama lain. Bahwa hati yang kosong tanpa kejelasan itu termanifestasi menjadi rindu yang tak dirindukan bagi mereka yang terkekang dengan perasaan-perasaan cinta yang gagal.

Sebuah rindu yang tak diinginkan ini juga abadi dalam puisi seorang Joko Pinurbo. Irisan lirih menyoal rindu dan cinta terlukis dalam kalimat

“Cinta seperti penyair berdarah dingin
Yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.”

Sebuah penggalan puisi dalam buku kekasihku tersebut sangat relevan dengan isi artikel ini. Kalimat yang menunjukkan bahwa cinta dan rindu adalah sebuah kesinambungan yang saling berkaitan. Cinta itu adalah sebuah luka yang sering tetunda lewat bahagia. Dan rindu adalah kumpulan kepastian yang pasti akan hadir dan abadi.

Jokpin memang tiada duanya, lewat puisi tersebut saya mendapatkan gambaran yang jelas bahwa merindukan orang yang tak merindukan kita adalah sebuah dinamika kehidupan yang pasti akan kita alami. Dan merindukan tapi tak dirindu adalah seperti apa yang saya sebutkan di awal, seperti UFO. Legendanya selalu abadi walaupun tidak pernah ada bukti akan hal tersebut. Menjadi sebuah bentuk tak terelakkan kondisi kehidupan manusia yang tidak melulu soal politik hingga siapa pemenang pilpres tahun ini. Cinta dan rindu adalah sebuah permasalahan abadi yang tak akan pernah hilang ditelan zaman.

Jadi, menurut kalian merindu tapi tak dirindukan itu enak nggak sih?

Exit mobile version