Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Merepotkan Sekali Mencari Buku di Pekalongan

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
15 Januari 2020
A A
Merepotkan Sekali Mencari Buku di Pekalongan
Share on FacebookShare on Twitter

Jadi mahasiswa yang hidup di Pekalongan itu susah. Di samping sedikitnya tempat nongkrong, kami mahasiswa Pekalongan juga kerepotan dalam mencari buku. Hampir saya pastikan kita akan kesulitan mencari toko buku di Kota Batik, meski bukan bermaksud menihilkan keberadaan toko buku di kota ini. Ada sih satu-dua toko buku yang meskipun koleksinya nggak lengkap masih bisa bertahan.

Salah satu toko buku paling terkenal di Pekalongan adalah Toko Buku Salemba. Lokasinya lumayan dekat dengan jantung kota. Bahkan letaknya nggak jauh dari pusat perbelanjaaan. Namun jangan bayangkan karena itu pengunjungnya menjadi ramai.

Toko buku yang notabene familiar di telinga masyarakat sekitar itu ternyata koleksinya nggak lengkap-lengkap amat. Dulu sebelum tokonya pindah ke lokasi yang sekarang, saya sudah pernah mencoba mencari buku di sana. Dan percaya nggak percaya, isinya nyaris buku mata pelajaran semua. Ya sebetulnya saya ke sana memang nyari buku pelajaran sih, maklum waktu itu belum mahasiswa.

Setelah berstatus mahasiswa saya ingin ke sana lagi. Lantaran tak mau kecewa, saya tanyakan dulu kondisi toko buku itu sekarang kepada kawan saya. Benar dugaan saya, toko buku itu masih saja seperti dulu, malahan lebih parah. Kata teman saya, Salemba sekarang tak hanya menjual buku, melainkan pernak-pernik, tas, sampai mainan juga dijual. Barangkali karena bukunya tak laku, ehe.

Susah menemukan buku-buku karya penulis-penulis favorit saya dari rak-rak toko buku tersebut, walaupun sejatinya saya bisa ke toko buku lain di Pekalongan. Selain Salemba ada toko buku terkenal lainnya yang bisa menjadi pilihan. Semisal ketika kalian kebetulan tengah berjalan-jalan di sekitar Alun-Alun Kota Pekalongan, kalian bisa langsung berjalan menuju Jalan Hayam Wuruk yang lokasinya tak jauh dari sana.

Di sana dulu ada beberapa toko buku, meski tak sebanyak di Semarang, Surabaya, Jakarta, atau Jogya. Adanya toko buku yang tak seberapa itu lambat laun justru “tergusur” oleh toko-toko peralatan elektronik seperti hape, toko sepatu dan tas, sampai toko kosmetik. Paling-paling yang sanggup bertahan satu-dua toko saja, jumlahnya tak banyak. Alhasil mencari buku di tempat itu sekarang susah.

Kalaupun ada, kami atau kalian yang kebetulan main ke Pekalongan harus siap kecewa karena tak menemukan buku favorit di sana. Kerepotan mencari buku di Pekalongan bukan itu saja. Minimnya event bernuansa literasi di Pekalongan, sampai enggannya penerbit terkemuka di Indonesia menjual buku terbaiknya sungguh merepotkan. Buntutnya literasi Pekalongan menjadi begitu-begitu saja.

Saya dan teman-teman biasanya menanti kehadiran bazar buku yang terkadang buka di Pekalongan atau daerah terdekat lainnya. Sayangnya itu pun tak banyak membantu. Saya lebih sering tak menemukan buku-buku yang saya mau di sana. Contohnya saat waktu lalu saya mampir di bazar buku di daerah Kabupaten Batang, kebetulan dekat dari Pekalongan. Niatnya mau cari buku “Muslim Tanpa Masjid” karya Kuntowijoyo, tetapi yang saya temukan malah buku-buku Tere Liye dan buku-buku kumpulan cerpen. Serta buku seperti “Kiat Menjadi Sukses” sampai “Tujuh Cara Agar Sholat Khusyuk” malah berjibun di bazar buku tersebut.

Baca Juga:

Pindang Tetel: Makanan Khas Pekalongan yang Nggak Masuk Akal tapi Wajib Dijajal

Gerbang Tol Kota Pekalongan, Tempat Nongkrong Favorit Anak Muda Pekalongan

Belum lagi jika saya mau mencari buku-buku dari penerbit indie di Pekalongan, susahnya minta ampun. Apalagi buku-buku terbitan Buku Mojok, mustahil saya dapatkan di Pekalongan. Kondisi demikian, membuat saya lantas berpikir, apakah Pekalongan tidak cocok untuk memasarkan buku? Atau karena minat baca masyarakat Pekalongan yang rendah?

Masa bodoh soal rendah atau tidaknya minat baca masyarakat Pekalongan, yang pasti toko buku sangat diperlukan, terutama bagi mahasiswa yang numpang kuliah di Kota Batik. Meskipun perlu diakui pula, sedikitnya toko buku bukan menjadi penghambat untuk sekadar membeli buku. Toh di era serba internetisasi ini semua bisa didapatkan dengan mudah, termasuk buku.

Banyak toko online penyedia buku yang bisa dimanfaatkan. Hampir setiap penerbit, baik itu penerbit indie atau mayor punya kanal toko online-nya masing-masing. Saya sering memanfaatkan itu. Tapi belanja online juga memiliki konsekuensi yang  mesti ditanggung. Buku yang tak bisa langsung dimiliki, respons lambat, sampai harga ongkir lebih mahal dari buku adalah risiko yang harus siap diterima oleh calon pembeli online.

Sedikitnya jumlah toko buku dan jarangnya pergelaran literasi di Pekalongan bisa menjadi peluang para penerbit buku untuk memasarkan produknya. Mereka (baca: penerbit) yang buku-bukunya jarang tampil di setiap bazar buku yang terselenggara pada bazar buku di Kota Batik bisa menunggangi celah itu. Akan tetapi, apabila penerbit-penerbit itu mulai berani memasarkan bukunya secara jor-joran, membuka outlet resmi misalnya, mereka harus siap memaklumi jika pembelinya sedikit, sih~

BACA JUGA Tenang Saja, Pasar Bisa Diciptakan di Toko Buku atau tulisan Muhammad Arsyad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Januari 2020 oleh

Tags: Literasipekalongantoko buku
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

iPusnas Justru Bikin Saya Malas Baca karena Antrean Peminjamnya sampai Ribuan!

iPusnas Justru Bikin Saya Malas Baca Buku karena Antrean Peminjamnya sampai Ribuan!

20 November 2023
di toko buku

Di Toko Buku, Syiah-Sunni dan Komunis-Fasis Tak Pernah Saling Bertengkar

3 Juli 2019
Urug-Urug Udan Gedhe, Sinyal Hujan Datang Orang Pantura curah hujan

Urug-Urug Udan Gedhe, Sinyal Hujan Datang Orang Pantura

28 November 2022
Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan hari batik

Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan

31 Juli 2023
Kineruku: Tempat Favorit buat Skripsian Mahasiswa Bandung yang Terkenal Homey terminal mojok.co

Kineruku: Tempat Favorit buat Skripsian Mahasiswa Bandung yang Terkenal Homey

8 Juli 2021
Tanggul di Pesisir Pekalongan Bukti Mitigasi Bencana yang Ngaco Terminal Mojok

Tanggul di Pesisir Pekalongan: Bukti Mitigasi Bencana yang Ngaco

6 November 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual! Mojok.co

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

12 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.