Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menyampaikan Ide Progresif yang Ndakik-Ndakik dengan Sederhana

Rizky Adhyaksa oleh Rizky Adhyaksa
19 Maret 2020
A A
ide progresif

Menyampaikan Ide Progresif yang Ndakik-Ndakik dengan Sederhana

Share on FacebookShare on Twitter

“Jika Anda tidak dapat menjelaskannya ke anak berumur enam tahun, Anda sendiri belum memahaminya” -Albert Einstein-

Sebagai orang yang sudah cukup lama aktif di gerakan progresif—alias gerakan kiri, alias gerakan yang ada marxis-marxisnya, alias SJW yang anti kapital-kapital klub—saya selalu merasa bahwa ide-ide progresif yang dibawa oleh gerakan ini butuh strategi pemasaran yang lebih baik.

Jangankan untuk bisa dipahami oleh orang awam, sama mahasiswa yang di kelas belajar ideologi aja, orang-orang progresif ini selalu dianggap sebagai orang yang terlalu “berat” kok. Boro-boro ide progresifnya didengar, kadang, orang yang ngomongnya malah sering dijauhi dari pergaulan hanya karena mereka melihat betapa berat-beratnya buku bacaan yang sering orang progresif bawa. Pancen ramashoook.

Halo-halo rekan-rekan sesama gerakan kiri, Anda harus resah juga ya, jangan saya saja. Soalnya, kalau gini terus, gimana coba bisa membawa masyarakat lebih kritis dan sejahtera kalau teman terdekat saja nggak mau dekat-dekat karena kita kalau ngomong super njelimet dan ndakik-ndakik.

Mana kita malah bangga lagi bisa ngomong ndakik-ndakik kayak gitu. Ya emang kayak keren sih di depan umum ngomonginnya, capital flow, dependensi, hegemoni, relasi kuasa, kapitalisme, sosialisme, anarkisme, dan isme-isme lainnya. Tapi ya uopo luur, tidak memberikan dampak apa-apa buat bikin masyarakat kritis sama hidup mereka.

Saya sendiri paham kalau kebiasaan ngomong njelimet dan ndakik-ndakik ini gara-gara kultur akademik yang kita punya. Dan kita tentu susah buat lari dari terma-terma itu karena mereka menjelaskan keadaan spesifik yang belum ada padanan katanya. Tapi sebenarnya, kita bisa juga lho menyampaikan apa yang kita pahami ini dengan bahasa yang biasa saja. Ndak usah dibikin sok keren pakai bahasa akademik. Ketidakadilan sudah di depan mata, tidak usah diperumit lagi.

Kemarin, ketika saya diajak ke Pasar Maliing di Surabaya yang bukanya cuma malam hari itu, saya merasa ibu saya ngasih contoh gimana menyampaikan ide-ide progresif secara sederhana. Btw itu nama pasarnya beneran Pasar Maling. Katanya disebut begitu soalnya ada banyak barang yang dijual adalah barang hasil curian. Tapi nggak semua pedagangnya jugalan yang kayak gitu sih.

Gimana kondisi pasarnya? Oh jauh dari kenyamanan. Genangan air, lumpur, kadang ada kecoa dan tikus selokan juga yang lalu lalang. Di beberapa tempat malah kita bisa mengendus langsung bau selokan. Nggak usah dibandinin sama puluhan mall megah di Surabaya yang punya penjaga 24 jam, pendingin ruangan, eskalator, lift, barang-barang bermerk terkenal dan spot-spot instagramable lah. Tapi pasar maling ini selalu ramai karena banyak barang bekas berkualitas dijual di sana.

Di sela-sela berbelanja, ibu saya ngomong gini ke saya:

Baca Juga:

Rekomendasi Tempat Berpikir dan Mencari Inspirasi Selain Nongkrong di WC

Mempertanyakan Aturan Jam Malam Kalau Lagi Rapat Proker Organisasi

“Ky kalau kamu ada rejeki, mendingan kamu datang ke sini biar roda ekonomi orang-orang di sini juga berputar. Barang-barangnya juga nggak jelek dan sesuai dengan kebutuhan kita. Ngapain main ke tempat mewah, beli barang di sana dan membuat yang kaya makin kaya? Toh sudah banyak yang beli tapi pegawainya nggak sejahtera, malah yang punya toko aja yang hidup enak.”

Saya yang baru saja lulus ini kaget mendengarnya. Ibu saya mengerti bahwa saya lebih memahami tentang kritik terhadap kapitalisme ketimbang beliau. Tapi, dia nggak melepaskan tanggung jawabnya sebagai orang tua, mendidik saya.

Saya kaget, karena saya baru sadar bahwa nilai tentang keberpihakan dapat disampaikan secara sederhana. Kesadaran untuk mengerti kesejahteraan pekerja juga dapat disampaikan secara sederhana. Serta, upaya untuk memperkecil jurang ketimpangan dapat dilakukan dengan bersolidaritas.

Tidak ada kata-kata seperti surplus value, eksploitasi, ketimpangan, konsumersime, solidaritas kelas tertindas yang diucapkan oleh Ibu saya secara langsung. Akan tetapi, nilai-nilai dari semua hal tersebut sampai kepada saya. Di malam itu, saya yang “terdidik” ini malah berpikir keras

“Oh ternyata bisa disampaikan seperti itu ya…”

“Iya juga, emang saya butuh barang-barang mahal?”

“Surabaya kota terkaya di Jawa Timur, tapi masih ada orang-orang yang hidup seperti ini?”

Ya saya paham bahwa saya memiliki tanggung jawab moral untuk menelurkan gagasan pemberdayaan yang dapat diterapkan. Tetapi poin saya adalah, gerakan progresif memiliki pekerjaan rumah yang belum selesai: menumbuhkan empati.

Berapa orang sih yang menyalurkan dukungannya pada pada korban penggusuran, perampasan tanah petani, dan penindasan yang setiap hari dialami oleh buruh? Empati merupakan syarat utama guna menumbuhkan rasa keberpihakan dan solidaritas. Jika kita masih sering menggunakan bahasa-bahasa yang ndakik-ndakik, biar dapat predikat “keren, pinter, progresif,” maka tanggalkan saja cita-cita revolusi itu.

BACA JUGA Marxisme Nggak Laku, Tapi Kita Harus Berharap Padanya atau tulisan Rizky Adhyaksa lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Maret 2020 oleh

Tags: gerakan kiriide progresif
Rizky Adhyaksa

Rizky Adhyaksa

ArtikelTerkait

Rekomendasi Tempat Berpikir dan Mencari Inspirasi Selain Nongkrong di WC terminal mojok.co

Rekomendasi Tempat Berpikir dan Mencari Inspirasi Selain Nongkrong di WC

27 Januari 2021
jam malam

Mempertanyakan Aturan Jam Malam Kalau Lagi Rapat Proker Organisasi

28 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.