4 Menu Janji Jiwa yang Perlu Dihindari biar Nggak Rugi, Saya Aja Kapok Pesan Lagi

4 Menu Janji Jiwa yang Perlu Dihindari biar Nggak Rugi, Saya Aja Kapok Pesan Lagi

4 Menu Janji Jiwa yang Perlu Dihindari biar Nggak Rugi, Saya Aja Kapok Pesan Lagi (Mohd Zaenuri via Wikimedia Commons)

Ternyata nggak semua menu Janji Jiwa bisa memuaskan lidah para pencinta kopi.

Bagi para penyuka kopi kekinian, nggak bisa dipungkiri kalau Janji Jiwa punya tempat spesial di hati. Selain merupakan pelopor kopi lokal, mereka juga menawarkan sejumlah menu khas anak urban dengan harga yang ramah di kantong ketimbang merek jaringan kedai kopi global yang sempat digandrungi masyarakat. Tak heran, dulu di masa jayanya, kopi satu ini sering jadi pilihan banyak orang, termasuk saya.

Sebagaimana dalam kehidupan, tidak semua janji dapat ditepati. Apalagi kalau sudah menyangkut soal lidah dan selera. Jujur saja, ada beberapa menu di Janji Jiwa yang bikin saya kapok dan berikrar tak akan memesannya lagi.

Ini memang perkara preferensi. Namun setidaknya sepenggal pengalaman pribadi saya dapat dijadikan panduan agar kalian nggak merugi.

#1 Hati-hati memesan menu Kopi Susu Gula Aren Janji Jiwa, lambung sensitif bisa auto protes

Dari semua menu di Janji Jiwa, Kopi Susu Gula Aren ini adalah yang paling bikin saya nelangsa. Niatnya sih mau ngopi santai sambil bikin tugas kuliah. Sayangnya pas ditenggak, ada aftertaste pahit yang nyegrak, bahkan sampai ke kerongkongan.

Saya pernah mendengar kalau mereka memakai espreso full robusta yang dipanggang sampai pekat alih-alih campuran robusta dan arabica. Mungkin alasannya demi efisiensi, biar lebih ekonomis sehingga harga jualnya juga bisa murah.

Bagi pemilik lambung yang sensitif seperti saya, Kopi Susu Gula Aren Janji Jiwa bisa bikin sakit perut bahkan sampai mual. Tak lama setelah beberapa tegukan, perut rasanya langsung melilit.

Saran saya, mendingan skip beli menu ini. Terutama, kalau minumnya di tempat umum atau sedang dalam perjalanan daripada tersiksa harus melulu ke kamar mandi.

#2 Milo Macchiato, inovasi yang kebablasan manisnya

Upaya Janji Jiwa untuk berkreasi dengan Milo Macchiato ini patut diacungi jempol. Namun terkadang bisa saja hasil itu mengkhianati usaha. Pasalnya, saat saya coba mencicipi menu Janji Jiwa ini yang langsung nyantol di lidah adalah rasa manis yang overdosis. Selain tekstur macchiato yang cenderung cair, rasa kopinya pun ikut tenggelam.

Untungnya, tekstur Milonya sendiri memang kental dan nendang. Cuma, ya itu, tetap saja kemanisan untuk rasa secara keseluruhan. Mungkin kalau kalian pengin banget coba menu Janji Jiwa satu ini, sebaiknya tambah es batu. Siapa tahu tambahan es batu banyak bisa mengimbangi rasa manisnya.

#3 Seri Classic dan Tropical Tea ala Janji Jiwa rasanya biasa saja, nggak ada yang bikin terpana

Sebelumnya, perlu diingat bahwa Janji Jiwa itu mulanya memang merek kopi. Jadi, jangan berharap banyak dengan olahan minuman lainnya, apalagi teh. Makanya wajib hukumnya memangkas ekspetasi habis-habisan kalau mau pesan teh di gerai mereka, baik seri classic atau tropical tea.

Biasa saja, ini testimoni yang bisa saya katakan. Mereka cuma bermain di variasi rasa dan topping, tapi sejujurnya, nggak beda jauh dengan teh kemasan pabrik atau teh celup dengan aneka rasa dan aroma. Maksudnya, sih, bikin sajian yang fresh. Sialnya, yang ada cuma rasa manis artifisial tanggung. Kalau soal teh, mending beli teh kekinian di kaki lima yang harganya lebih irit.

#4 Menu Pandan Latte Janji Jiwa memang enak, tapi merek sebelah tetap juaranya bagi saya

Di awal kemunculannya, Pandan Latte Janji Jiwa lumayan mencuri perhatian saya. Rasanya enak, manis, dan ada sentuhan unik pandan yang saat itu belum banyak digunakan merek kopi lokal lain. Pokoknya, Pandan Latte mereka sempat jadi menu favorit saya.

Hanya saja seperti hati, lidah juga tak bisa ditebak. Sejak mengenal Pandan Latte dari Fore, saya mendadak berpindah haluan.

Menurut saya, Pandan Latte Janji Jiwa ini cenderung main aman. Nggak buruk, sih, tapi mudah dilupakan. Aroma pandannya pun tidak terlalu kentara. Halus dan manis saja, kurang greget.

Bagi penggemar minuman berkarakter kuat, racikan Fore jelas lebih nampol. Pahit kopinya terasa, wangi pandannya juga kuat dan berani. Namun, sekali lagi, pendapat saya ini sebatas preferensi.

Setelah berpetualang mencoba beberapa menu, saya akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa Janji Jiwa perlu berbenah jika takhtanya tak mau direnggut. Sejatinya, menu Janji Jiwa jauh dari kata ambyar. Di sisi lain, pesaing baru yang lebih agresif dalam bermain resep terus bermunculan. Semoga kelak mereka tak sekadar mengumbar janji, tetapi memenuhi janji supaya pelanggan senantiasa kembali.

Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Janji Jiwa, Raja Kopi Kekinian yang Mulai Ditinggalkan karena Tak Lagi Konsisten.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version