Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Mentoring Poligami: Ketika Fakboi Syariah, Persoalan Ekonomi, dan Ideologi Berkolaborasi

Aminah Sri Prabasari oleh Aminah Sri Prabasari
19 November 2021
A A
Mentoring Poligami: Ketika Fakboi Syariah, Persoalan Ekonomi, dan Ideologi Berkolaborasi terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Kok ada, ya, orang yang terpikir bikin mentoring poligami? Kampanye poligami saja sudah aneh.

Poligami, bagi orang awam, dianggap privilese laki-laki dan sesuai dengan teladan Nabi. Padahal dalam sejarah, poligami adalah semacam “emergency exit” dalam pernikahan, kalau tidak ada urgensi maka tak perlu dilakukan. Poligami, dalam Islam, bukanlah salah satu tools bagi laki-laki untuk berganti-ganti pasangan seks tanpa khawatir dosa zina.

Tanpa embel-embel agama pun sebenarnya di masa lalu masyarakat kita mengenal pernikahan seorang laki-laki dengan banyak perempuan. Konservatisme Islam yang marak belakangan membuat kultur beristri banyak di masa lalu tersebut menemukan jalan untuk dinormalisasi kembali. Ditambahkan label halal, alim, dan syar’i.

Bedanya, pada masyarakat kita di masa lalu hanya bangsawan dan orang kaya tujuh turunan saja yang bisa beristri banyak. Sekarang, asal punya penis dan komunitas (muslim konservatif) yang permisif dengan poligami, siapa pun (meski secara finansial tak mampu) bisa nikah berkali-kali.

Ada masanya kultur beristri banyak dianggap tabu, di era Soeharto. Jangan harap abdi negara bisa melanggar, selingkuh saja kena sangsi. Oleh karena itu, untuk kembali percaya diri hidup dalam society yang menganggap tabu poligami, seseorang membutuhkan komunitas. Di situlah Islam konservatif menemukan ruang untuk bertumbuh, ditambah lagi ada sejarah represi soal ekpresi dalam beragama di era Soeharto.

Maraknya kampanye dan mentoring poligami belakangan ini bukan persoalan yang sederhana. Peminatnya akan selalu ada, dari beragam usia. Peminat seminar dan mentoring poligami bisa dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

#1 Fakboi syariah

Belakangan netizen heboh membahas mentoring poligami berbayar. Narasi Newsroom di channel YouTube-nya pada 17 November 2021, mengunggah video sepanjang 22 menit. Dalam video tersebut terungkap bahwa salah satu alasan laki-laki berpoligami adalah libido yang tinggi. Alasan tersebut dianggap wajar.

Seorang mentor poligami, pendiri pondok pesantren di Banten yang memiliki empat istri dan 25 anak, menceraikan dua istrinya karena menopause. Luar biasa, ya. Perempuan diceraikan karena menopause, dianggap “expired” secara seksual.

Baca Juga:

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Untuk bisa seks berganti-ganti pasangan tanpa zina (plus tetap tampak alim di mata khalayak) adalah alasan fakboi syariah melakukan poligami. Maksimal empat, kalau pengin tambah lagi tinggal ceraikan satu atau dua supaya tetap syar’i. Siapa lagi kalau bukan fakboi yang punya penalaran semacam ini?

“Jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki,” kata mereka. Benar, data BPS 2020 menyebut jumlah penduduk perempuan lebih banyak. Tapi data jumlah yang lebih banyak tersebut ada pada usia 0-14 tahun dan 60-an ke atas. Kalau memang niat berpoligami untuk menolong perempuan, yang dipilih seharusnya usia 60-an dong, ya?

#2 Motif ekonomi

Biasanya yang punya motif ekonomi ini perempuan. Supaya tidak menjadi beban keluarga, buru-buru dinikahkan. Menjadi istri ke sekian pun tidak masalah. Karena itu tidak mengherankan para perempuan yang menjadi istri kedua, tiga, dan seterusnya sering kali karena dijodohkan atau intervensi pihak ketiga (terutama keluarga).

Tapi, sekarang, laki-laki pun bisa saja berpoligami meski pengangguran. Justru dengan poligami, menambah istri, laki-laki lebih terjamin hidupnya. Karena istri dianggap sebagai sumber daya dan investasi.
“Perempuan dinikahi itu untuk menaikkan derajatnya, supaya tidak timbul fitnah dan ada yang menjaga,” adalah kalimat yang pernah saya dengar sendiri dari pelaku poligami. Punya dua istri yang berjualan di online shop dan buka warung, si suami hanya santai-santai di rumah dan ikut pengajian saja aktivitasnya.

Maka jangan heran, dua tahun belakangan peminat seminar dan mentoring berbayar (mahal sekali pun) meningkat, padahal angka pengangguran naik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah orang miskin per Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang, naik 1,12 juta jika dibandingkan dengan akhir Maret 2020. Bagi sebagian orang, poligami adalah solusi untuk lepas dari persoalan keuangan.

#3 Motif ideologi

Diakui atau tidak, konservatisme Islam yang marak belakangan ini bagai “bahaya laten” yang mempengaruhi setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu partai politik bahkan “menganjurkan” kadernya untuk berpoligami, meski setelah mendapat kecaman publik “anjuran” tersebut dibatalkan. Islam bukan lagi tentang cara hidup, bukan hanya beribadah, tapi sudah dianggap sebagai ideologi.

Menguatnya konservatisme Islam membawa dampak pada formalitas dan penggunaan atribut Islam. Salah satunya adalah poligami (sepaket dengan nikah muda). Selain (diyakini) sebagai sunah Nabi, juga dimaksudkan untuk perbanyak keturunan. Makin banyak anak, makin banyak jamaah. Oleh sebab itu, pelaku poligami biasanya dari jaringan atau circle tertentu.

Jika pada 80-an sampai 90-an jaringan atau circle ini sangat tertutup, saat ini bisa dengan terbuka mengiklankan diri di media sosial (berbayar pula). Memperluas jaringan melalui pernikahan merupakan cara kuno yang sudah terbukti efektif sekaligus efisien.

***

Meski diakui motif melakukan kegiatan kampanye, seminar, dan mentoring poligami adalah bisnis, sulit mengubah pendapat orang tentang poligami karena bawa-bawa agama. Kegiatan tersebut bisa dibilang berbahaya karena masyarakat menengah ke bawah, yang kondisi finansialnya tidak siap untuk punya banyak anak, juga didorong untuk melakukan poligami. Mau bagaimana lagi, pelaku bisnis perlu membidik pasar yang lebih luas.

Masalahnya, bahkan ketika dampak sosialnya tampak jelas, seperti pernikahan dini, penelantaran anak, serta kekerasan pada perempuan, menyebut kegiatan tersebut sebagai persoalan dan penyakit sosial pun akan sangat sulit. Apa pasal? Karena pelakunya berlindung dalam tameng agama. Nanti kalau dilarang protes, pemerintah disebut anti Islam. Meh.

Dunia dan teknologi bergerak maju, tapi sebagian masyarakat kita malah mengalami kemunduran berpikir.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 November 2021 oleh

Tags: FakboyIstriMenopausementoring poligamipilihan redaksi
Aminah Sri Prabasari

Aminah Sri Prabasari

Perempuan yg merdeka, pegawai swasta yg punya kerja sambilan, pembaca yg sesekali menulis.

ArtikelTerkait

Benarkah Mystery Box di Online Shop Adalah Pembodohan Seller terhadap Buyer? terminal mojok.co

Benarkah Mystery Box di Online Shop Adalah Pembodohan Seller terhadap Buyer?

11 September 2021
Buggy Memang Pantas Jadi Yonko, dan Ini Alasannya dragon

Buggy Memang Pantas Jadi Yonko, dan Ini Alasannya

21 Juni 2022
Orang-orang Harus Tahu Pemeriksaan USG Bukan Cuma untuk Orang Hamil

Orang-orang Harus Tahu Pemeriksaan USG Bukan Cuma untuk Ibu Hamil

31 Agustus 2021
Suzuki Avenis 125 Nggak Belajar dari Pengalaman. Apakah Suzuki Sengaja Memproduksi Sepeda Motor yang Nyeleneh biar Dibilang Rare di Masa Depan?

Suzuki Avenis 125 Nggak Belajar dari Pengalaman. Apakah Suzuki Sengaja Memproduksi Motor Nyeleneh biar Dibilang Rare di Masa Depan?

23 Juni 2024
Indomie Seleraku, tapi kalau Indomie Rawon Pedas Mercon, Maaf, Nggak Dulu

Indomie Seleraku, tapi kalau Indomie Rawon Pedas Mercon, Maaf, Nggak Dulu

6 Februari 2024
2 Mangli di Kabupaten Magelang Serupa tapi Tak Sama, Jangan Sampai Terkecoh!

2 Mangli di Kabupaten Magelang Serupa tapi Tak Sama, Jangan sampai Terkecoh!

2 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.