Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Menjadi Mahasiswa Madura di Kota Surabaya Itu Berat, Diskriminasi Begitu Lestari di Kota Ini

Abdur Rohman oleh Abdur Rohman
27 Januari 2024
A A
Menjadi Mahasiswa Madura di Kota Surabaya Itu Berat, Diskriminasi Begitu Lestari di Kota Ini

Menjadi Mahasiswa Madura di Kota Surabaya Itu Berat, Diskriminasi Begitu Lestari di Kota Ini (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Menjadi mahasiswa Madura di Kota Surabaya itu bukanlah hal yang mudah. Diskriminasi masih mudah ditemukan di sana-sini

Bisa menempuh pendidikan tinggi di kota besar seperti Surabaya merupakan harapan banyak siswa-siswi SMA, tak terkecuali saya sebagai orang Madura. Banyak yang bilang sekolah/kuliah di kota besar bisa membuat kita lebih mandiri dan tahan banting karena akan ada banyak pengalaman dan peluang yang bisa kita dapat, dibandingkan di tanah asal sendiri. Itu narasi yang saya sering dengar 4 tahun lalu. Kini, saya pun merasakan diri saya lebih tahan banting, tapi bukan karena banyaknya pengalaman, melainkan tantangan.

Setelah menjalani kuliah selama 7 semester di Surabaya dengan identitas Madura yang melekat, saya rasa tidak semua orang Madura bisa bertahan dengan lingkungan kota besar yang katanya maju. Bukan karena kita tertinggal dari mereka, tetapi kadang karena mereka memang ingin kita tertinggal. Misalnya dengan mengeksklusi orang-orang Madura. Makanya, sekarang saya sadar mengapa 4 tahun lalu saya dilarang memilih untuk menempuh pendidikan di Kota Surabaya.

Mahasiswa Madura dipandang sebelah mata

Sepertinya sudah maklum di negeri kita, orang-orang lebih fokus pada sampul daripada isinya. Jangankan orang biasa, yang berlabel MAHAsiswa bahkan yang terhormat profesor doktor saja masih sering memandang mahasiswa dari covernya. Saya sendiri tak jarang menemukan di kampus saya. Sebagai mahasiswa dari Madura, kadang orang terlalu fokus pada stigma Madura yang buruk daripada menilai diri saya sebagai seorang pembelajar, Hash.

Pengalaman ini saya rasakan ketika menjadi mahasiswa baru. Misalnya saat pembentukan kelompok secara mandiri. Jangankan ada yang menawarkan saya menjadi anggota, saya menawarkan diri saja sudah Alhamdulillah nggak diblok, wkwkwk. Tapi, saya tidak terlalu menghiraukan hal tersebut. Yang namanya stigma, ya nggak bisa dipercaya. Buktinya, banyak banget mahasiswa lain dari luar Madura yang tampilannya sok-sok glamour, tapi pas di kelas cuma ngang-ngong, nggak nyambung, yaaa kosong bangetlah isinya.

Kadang dipaksa melepas identitas

Akibat dipandang sebelah mata, tak jarang mahasiswa Madura di Surabaya dengan terpaksa harus melepas identitasnya. Ada yang tidak mau disebut orang Madura, padahal KTP-nya Bangkalan Madura. Ada juga yang enggan nimbrung dengan sesama orang Madura karena takut ketauan. Bahkan, ada teman saya yang bercerita bahwa ia merasa lebih aman dan dihargai ketika melepas logat bahasa Maduranya. Tidak apa-apa sih, itu pilihan mereka.

Waktu itu, ketika teman saya berjalan-jalan di Mall Tunjungan Plaza. Ia tidak sengaja menggunakan logat Maduranya saat memesan makanan. Sontak, ia katanya merasa malu dan tidak aman. Sebab beberapa menit sebelum itu, terjadi kegaduhan di luar mall antara tukang parkir dengan pegawai dishub yang ingin menerapkan QRIS untuk membayar parkir. Teman saya bilang, ia merasa malu jika diejek sebagai salah satu dari mereka.

Guyonan dipaksa asyik, meski sakit

Bagian ini sudah dibahas oleh influencer asal Madura, Husain Basyaiban pada akun TikToknya (@kadamsidik00). Madura, terkhusus orang-orangnya, memang sering sekali menjadi pusat atau tema candaan dan guyonan, atau bahasa lainnya mengejek dengan cara sopan. Entah dari logatnya, stigma buruknya, profesinya yang dianggap aneh, dan lain sebagainya.

Baca Juga:

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

Terlebih lagi berbagai kegaduhan yang terjadi di awal tahun ini. Banyak sekali bahan-bahan guyonan yang membuat mahasiswa Madura tidak merasa nyaman berkeliaran di kampus. Ledakan mortir, hilangnya tutup gorong-gorong, kegaduhan tukang parkir di Surabaya, carok di Bangkalan Madura, begal, dan demo ormas Madura di kantor suzuki. Semua fenomena awal tahun ini benar-benar membuat mahasiswa Madura bertekuk lutut jika dilontarkan guyonan tentang tanah kelahirannya.

Saya pribadi tidak bisa menyangkal jika harus menerima guyonan seperti itu, memang adanya seperti itu. Tapi, yang saya sayangkan adalah kok bisa kalimat, guyonan, dan candaan yang bertemakan rasis seperti itu bisa tetap tumbuh subur di lingkungan akademis seperti universitas. Ditopang oleh para dosen-dosennya lagi.

Jangan muluk-muluk lah ingin menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, ramah disabilitas, atau pendidikan untuk semua. Di lingkungan pendidikan tinggi saja kalimat-kalimat rasis yang bikin golongan tertentu minder masih saja dinormalisasi.

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pengalaman Kuliah di Madura Selama 3 Tahun: Nyatanya, Madura Tak Sejelek yang Ada di Pikiran Kalian

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Januari 2024 oleh

Tags: diskriminasimaduramahasiswa maduraSurabaya
Abdur Rohman

Abdur Rohman

Warga sipil Bangkalan yang phobia sama ketidakadilan.

ArtikelTerkait

Bukan Orang Madura, Jembatan Suramadu Lebih Layak Dijadikan Kambing Hitam Atas Kemarahan Orang Surabaya

Bukan Orang Madura, Jembatan Suramadu Lebih Layak Dijadikan Kambing Hitam Atas Kemarahan Orang Surabaya

8 Oktober 2024
laporan ditulis tangan, tulisan tangan jelek penderitaan ciri arti manfaat tanda orang cerdas mojok.co

Derita Orang dengan Tulisan Tangan Jelek yang Mungkin Tak Pernah Kamu Tahu

30 Maret 2020
Jalan MERR, Jalan Paling Nggak Ramah Pejalan Kaki di Surabaya: Nggak Ada JPO dan Trotoar

Jalan MERR, Jalan Paling Nggak Ramah Pejalan Kaki di Surabaya: Nggak Ada JPO dan Trotoar

25 Oktober 2024
Bakso Cak Mali, Kasta Tertinggi Kuliner di Pasar Labang Madura Mojok.co

Bakso Cak Mali, Kasta Kuliner Tertinggi di Pasar Labang Madura

8 Juni 2024
Orang Madura Bukannya Nggak Paham Aturan, tapi Jalur Motor Jembatan Suramadu Terlalu Sempit hingga Terpaksa Menggunakan Jalur Mobil Mojok.co

Orang Madura Bukannya Nggak Paham Aturan, tapi Jalur Motor Jembatan Suramadu Terlalu Sempit hingga Terpaksa Menggunakan Jalur Mobil 

6 Januari 2024
Taman Paseban, Taman Andalan Warga Bangkalan yang Kalah Jauh Dibanding Taman-taman di Surabaya Mojok.co

Taman Paseban, Taman Andalan Warga Bangkalan yang Kalah Jauh Dibanding Taman-taman di Surabaya

27 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.